BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Seks bebas atau dalam bahasa populernya extra-marital intercourse atau kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Tidak terkecuali bukan saja oleh agama dan negara tetapi juga oleh filsafat. Seks bebas merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa dilandasi oleh suatu ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini cenderung disukai oleh anak muda terutama kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan (Amirudin dkk, 1997). Remaja adalah bagian dari penduduk dunia yang berskala kecil namun memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah remaja usia 10-19 tahun mencapai sekitar 60.901.709 atau 30% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 201.241.999 jiwa. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, dan mental spiritual. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja pada usia dini sudah terjebak dalam perilaku reproduksi tidak sehat. Diantaranya adalah seks pranikah atau seks bebas. Dari data yang ada menunjukkan: 1. Antara 10-31% (N=300 disetiap kota) remaja yang belum menikah di 12 kota besar di Indonesia menyatakan pernah berhubungan seks (YKB, 1993).
2. Di Denpasar Bali, dari 633 pelajar SLTA kelas II, sebanyak 24,4% (155 remaja) mempunyai pengalaman hubungan seks (Pangkahila, 1996). 3. Di Lampung, 75 dari 100 remaja yang belum menikah dilaporkan sudah pernah melakukan hubungan seks (Studi PKBI, 1997). 4. Di Medan, 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan (15-19 tahun) mengatakan sudah pernah berhubungan seksual (Situmorang, 2001). (BKKBN, 2006). Menurut Soetjiningsih (2004), perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja tidak terlepas dari kurangnya pengetahuan remaja mengenai seks bebas tersebut. Berdasarkan hasil survey SKRRI 2002-2003, pengetahuan seks remaja Indonesia masih relatif rendah, pengetahuan remaja laki laki hanya 46,1% dan pengetahuan remaja perempuan hanya sekitar 43,1%. (SKRRI, 2004) Dari data lain diketahui hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan dengan benar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan hanya 24% mengetahui tentang PMS. (Baseline Survey, 1999) Selain itu ada 86% remaja, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak mengerti tentang kapan terjadinya masa subur. Disamping itu, hanya satu diantara dua remaja yang mengetahui adanya kemungkinan hamil apabila melakukan hubungan seks meskipun hanya sekali (SKRRI, 2004). Perilaku seks bebas yang dilakukan remaja juga tidak terlepas dari adanya sikap setuju remaja terhadap paham seks bebas tersebut. Ada 2,2% remaja Indonesia setuju apabila berhubungan seks sebelum menikah. (LDFEUI & NFPCB 1999) Berdasarkan hasil survey SKRRI 2002-2003 menunjukkan bahwa remaja yang setuju melakukan hubungan seks jika akan menikah mencapai
16,2%, saling mencintai sebanyak 12,0%, dan suka sama suka 12,3% (SKRRI, 2004). Berdasarkan Laporan Hasil Survei MCR-PKBI (Mitra Citra Remaja) Jawa Barat, terdapat delapan faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seksual pranikah atau seks bebas remaja. Berdasarkan jawaban yang masuk, faktor sulit mengendalikan dorongan seksual menduduki peringkat tertinggi (63,68%), selanjutnya faktor kurang taat menjalankan agama (55,79%), rangsangan seksual (52,63%), sering nonton blue film (49,47%), tidak ada bimbingan orang tua (9,47%), pengaruh tren (24,74%), tekanan dari lingkungan (18,42%), dan masalah ekonomi (12,11%) (Tempo, 2006). Menurut Laporan Hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP) 2002-2003 di Indonesia, di Kabupaten Deli Serdang terdapat 250 WPS (Wanita Penjaja Seks) langsung dan 200 WPS tidak langsung yang sebagian besar berasal dari kalangan remaja (BPS, 2004). Perilaku seks bebas yang dianggap melanggar norma bukan merupakan masalah baru lagi. Dibeberapa kota metropolitan, beberapa remaja sudah mulai melakukan hubungan seks bebas, walaupun kebanyakan secara sembunyisembunyi. Memang kegiatan seks bebas yang dianggap lepas kontrol masih sering dirasakan sebagai ancaman. Karena itu, seks bebas dijadikan bahan pembicaraan lagi oleh beberapa pakar (Kompas, 2001). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa
1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang seks bebas di Desa 1.2.2 Untuk mengetahui sikap remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa 1.2.3 Untuk mengetahui perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Bagaimana pengetahuan remaja tentang seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008? 1.3.2 Bagaimana sikap remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008? 1.3.3 Bagaimana perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008?
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Remaja Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja untuk lebih meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam menghadapi seks bebas. 1.4.2 Bagi Tempat Penelitian Untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai. 1.4.3 Bagi Peneliti Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama ini, serta menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian selanjutnya. 1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan bahan bacaan bagi yang memerlukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang.