BULETIN. Prakata. 15 Oktober 2019

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

P U T U S A N. Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD

BAB I PENDAHULUAN. Hukum persaingan usaha di Indonesia diatur dalam Undang-Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

PT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

2015, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /SEOJK.04/2016 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger,

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

Perubahan Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan oleh Auraylius Christian

BAB III PENUTUP. diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ini adalah apabila setelah dilakukan penilaian oleh KPPU, ternyata merger

BAB I LATAR BELAKANG

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13211

MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

BAB I. KETENTUAN UMUM

Adapun...

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kewenangan Pemberian Hukuman Denda Administratif

BAB 1 PENDAHULUAN. Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cara bagi pelaku usaha untuk dapat mengembangkan

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.13/ 8 /DPNP Jakarta, 28 Maret 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG FXPRIMUS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi dan persaingan bebas pada saat ini juga dengan kemajuan

Draft DRAFT PEDOMAN PASAL 50 H TENTANG PENGECUALIAN USAHA KECIL UU NO. 5/1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PEMBAHARUAN PROSPEKTUS REKSA DANA MINNA PADI PROPERTY PLUS

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

VERSI PUBLIK LATAR BELAKANG

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI MULTI ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

SEBI No.17/11/DKSP tanggal 1 Juni 2015 Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

MATRIKS HARMONISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK

*36423 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 29 TAHUN 1999 (29/1999) TENTANG PEMBELIAN SAHAM BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 19/KPPU/PDPT/VI/2014 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK. /2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat

- dalam kemampuan keuangan - akses pada pasokan dan pasar - kemampuan menyesuaikan pasokan atau permintaan barang/jasa tertentu [psl 1 (4)]

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PETUNJUK PELAKSANAAN PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI REAL ESTAT BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 23/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Teknik Perancangan Perjanjian - Studi Kasus Perjanjian Jual Beli Saham

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Pasal/ Ayat BAB I KETENTUAN UMUM. Cukup jelas.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LATAR BELAKANG II. PARA PIHAK

P U T U S A N Perkara Nomor 08/KPPU- M/2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

POKOK POKOK PERUBAHAN ISI PROSPEKTUS HMETD

Transkripsi:

BULETIN 15 Oktober 2019 PERATURAN BARU KOMISI PENGAWASAN PERSAINGAN USAHA TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI MERGER & AKUISISI: IMPLIKASI MATERIAL TERHADAP PEMBELIAN ASET DAN TRANSAKSI M&A LINTAS NEGARA Prakata Semangat Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam menciptakan persaingan usaha yang sehat seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara Republik Indonesia yang dinamis dan ekspansif, mendorong diterbitkannya Peraturan KPPU No. 3 Tahun 2019 tentang Penilaian Terhadap Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan/atau Persaingan Usaha Tidak Sehat (Peraturan KPPU No. 3), pada tanggal 2 Oktober 2019. Peraturan KPPU No. 3 memiliki beberapa implikasi signifikan terhadap para pelaku usaha di Indonesia yang penting untuk dikaji lebih lanjut, yaitu: (i) perluasan definisi pengambilalihan yang kini tidak hanya mencakup pengambilalihan saham namun juga pengambilalihan aset suatu perusahaan, serta (ii) kewajiban pelaporan kepada KPPU atas transaksi penggabungan dan pengambilalihan yang memenuhi batas nilai tertentu dan terjadi di luar negeri. Pramudya A. Oktavinanda Managing Partner +62 811-165-906 (pramoctavy@umbra.law) Anissa Noor Associate (anissa@umbra.law) Jennifer Janice S. Halim Associate (jennifer@umbra.law) UMBRA Strategic Legal Solutions Telkom Landmark Tower, 49 th Floor The Telkom Hub Jl. Gatot Subroto Kav. 52 Jakarta 12710 Indonesia (+62) 21 5082 0999 UMBRA - Strategic Legal Solutions www.umbra.law Layanan Kami: Penggabungan & Pengambilalihan Pasar Modal & Efek Ekuitas Privat Kepatuhan, Tata Kelola & Manajemen Risiko Perbankan & Lembaga Keuangan Tekfin Korporasi & Pembiayaan Proyek Restrukturisasi & Manajemen Aset Bermasalah Ketenagalistrikan Infrastruktur Pertambangan dan Logam Minyak & Gas Bumi Properti & Real Estat Usaha Patungan & Investasi Langsung Asing Telekomunikasi, Media & Teknologi (TMT) Badan Usaha Milik Negara Ketenagakerjaan

Latar Belakang Tindakan korporasi Penggabungan 1, Peleburan 2, dan/atau Pengambilalihan 3 (M&A) sudah lama menjadi salah satu perhatian utama dari KPPU dalam menjalankan visi dan misinya mengawal pelaksanaan ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UUPM) dan Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (PP 57). Guna mencegah praktek monopoli dan/atau persaingan usaha yang tidak sehat oleh pelaku usaha sebagai akibat dari transaksi M&A; serta untuk mendorong transaksi M&A yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha, KPPU merancang suatu konstruksi hukum yang secara lebih ekstensif dalam Peraturan KPPU No. 3 yang menggantikan secara keseluruhan peraturan pendahulunya yaitu Peraturan KPPU No. 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yang telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan KPPU No. 2 Tahun 2013 (Peraturan KPPU No. 13). Ketentuan-ketentuan Umum Konsisten dengan ketentuan PP 57, batasan nilai aset/nilai penjualan badan usaha tertentu yang melakukan transaksi M&A yang 1 Penggabungan didefinisikan sebagai: perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu badan usaha atau lebih untuk menggabungkan diri dengan badan usaha lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari badan usaha yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada badan usaha yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan usaha yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. 2 Peleburan didefinisikan sebagai: perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua badan usaha atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu badan usaha baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari badan usaha yang meleburkan diri dan status badan usaha yang meleburkan diri berakhir karena hukum. 3 Pengambilalihan didefinisikan sebagai: perbuatan hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk mengambilalih saham dan/atau aset perusahaan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian perusahaan dan/atau aset perusahaan tersebut.

menimbulkan kewajiban pelaporan kepada KPPU (Batas Nilai) yang diatur dalam Peraturan KPPU No. 3 adalah sebagai berikut: 1. nilai Aset 4 Badan Usaha 5 hasil transaksi M&A melebihi Rp2,5 trilyun; atau 2. nilai Penjualan 6 Badan Usaha hasil transaksi M&A melebihi Rp5. trilyun. Secara umum, Nilai Penjualan dan/atau Aset hasil M&A akan dihitung berdasarkan penjumlahan dari nilai Penjualan (di wilayah Indonesia) dan/atau Aset tahun terakhir yang telah diaudit dari masing-masing pihak yang melakukan transaksi M&A (sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan) ditambah dengan Nilai Penjualan dan/atau Aset dari seluruh Badan Usaha yang secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan atau dikendalikan oleh Pelaku Usaha 7 yang melakukan Transaksi M&A. Selanjutnya, pemberitahuan kepada KPPU sebagaimana dimaksud di atas harus dilakukan paling lama 30 hari setelah tanggal transaksi M&A yang relevan berlaku efektif secara hukum oleh: 1. Pelaku Usaha yang menerima Penggabungan; 2. Pelaku Usaha hasil Peleburan 3. Pelaku Usaha yang melakukan Pengambilalihan; atau 4. Pelaku Usaha yang menerima atau mengambil alih Aset. 4 Aset didefinisikan sebagai: semua kekayaan yang dimiliki oleh Pelaku Usaha, baik berwujud maupun tidak berwujud yang berharga atau bernilai yang memiliki nilai ekonomi. 5 Badan Usaha didefinisikan sebagai: perusahaan atau bentuk usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum, yang menjalankan suatu jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dengan tujuan untuk memperoleh laba. 6 Penjualan didefinisikan sebagai: arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas Badan Usaha selama periode tertentu dan tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. 7 Pelaku Usaha didefinisikan sebagai: setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.

Perubahan penting dalam Peraturan KPPU No. 3 yang berbeda secara signifikan dari Peraturan KPPU No. 13 adalah sebagai berikut: Pengambilalihan Aset Dalam Peraturan KPPU No. 3, KPPU memperluas definisi Pengambilalihan menjadi tidak hanya sebatas perbuatan hukum untuk mengambilalih saham, melainkan juga mengambilalih Aset suatu perusahaan. Lebih lanjut, Pasal 5 Peraturan KPPU No. 3 menjelaskan bahwa perpindahan Aset suatu Badan Usaha akan dipersamakan dengan Pengambilalihan saham jika perpindahan Aset tersebut: (i) mengakibatkan beralihnya pengendalian dan/atau penguasaan atas Aset, dan/atau (ii) meningkatkan kemampuan penguasaan atas suatu pasar tertentu oleh badan usaha yang mengambilalih. Masuknya pengalihan Aset dalam definisi Pengambilalihan akan mengubah praktek transaksi M&A yang selama ini berlaku di Indonesia terkait isu persaingan usaha khususnya mengingat UUPM sendiri sebenarnya hanya mengatur larangan Penggabungan, Peleburan, atau Pengambilalihan saham (tidak termasuk Aset) apabila tindakan tersebut menyebabkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Pasal 29 UUPM juga menegaskan bahwa jenis transaksi M&A yang wajib dilaporkan kepada KPPU tidak meliputi pengambilalihan Aset. PP 57 yang dirujuk oleh Peraturan KPPU No. 3 sebagai salah satu dasar penerbitan peraturan ini pun secara tegas mengatur bahwa definisi Pengambilalihan adalah terbatas hanya pada saham dalam suatu Badan Usaha. Dalam hal ini patut ditelaah lebih jauh apakah terdapat dasar hukum yang cukup kuat untuk memasukkan Pengambilalihan Aset sebagai bagian dari analisis hukum persaingan usaha? Lebih penting lagi, definisi Aset dan Pengambilalihan dalam Peraturan KPPU No. 3 adalah sangat luas dimana Pasal 5 Ayat (1) (a) Peraturan KPPU No. 3 mengindikasikan bahwa perpindahan Aset yang menyebabkan perubahan pengendalian atas Aset tersebut sudah dianggap mewajibkan pemberitahuan kepada KPPU selama Batas Nilai terpenuhi sekalipun perpindahan tersebut belum tentu meningkatkan kemampuan penguasaan atas suatu pasar tertentu oleh Badan Usaha yang mengambil alih Aset.

Dengan kata lain, dapat diargumentasikan bahwa setiap transaksi jual beli Aset pada prinsipnya akan masuk dalam kategori transaksi yang wajib dilaporkan kepada KPPU sepanjang Batas Nilai terpenuhi, hal mana bisa menjadi isu dalam praktek khususnya untuk perusahaanperusahaan yang melakukan kegiatan jual beli Aset sebagai kegiatan usaha utamanya atau perusahaan yang membutuhkan suplai bahan baku dalam skala besar untuk keperluan manufaktur/industri. Sebagai contoh, dengan definisi Aset yang mencakup segala bentuk harta kekayaan yang memiliki nilai ekonomi, suatu Badan Usaha yang bergerak di bidang manufaktur dan memiliki total Aset lebih dari Rp2,5 trilyun dan/atau Penjualan lebih dari Rp 5 trilyun dalam satu tahun buku baik secara individu maupun sebagai bagian dari suatu grup usaha yang berada dalam satu pengendalian akan wajib menyampaikan pemberitahuan atas transaksi pembelian barang baku (karena barang baku termasuk dalam definisi Aset) kepada KPPU terlepas apakah sebenarnya transaksi ini memiliki implikasi tertentu terhadap persaingan usaha di Indonesia. Isu lainnya yang tak kalah penting, mengingat sanksi administrasi berupa denda berdasarkan PP 57 hanya berlaku atas kegagalan dari suatu Pelaku Usaha untuk menyampaikan pemberitahuan kepada KPPU atas transaksi Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan saham, menjadi pertanyaan apakah kegagalan untuk menyampaikan pemberitahuan terkait transaksi Pengambilalihan Aset sebagaimana diatur dalam Peraturan KPPU No. 3 menyebabkan Pelaku Usaha dapat dikenakan denda administratif sebesar Rp1 milyar sehari (maksimum Rp25 milyar) sebagaimana diatur dalam Pasal 6 PP 57? Transaksi Merger di Luar Wilayah Republik Indonesia Berbeda dengan Peraturan KPPU No. 13 yang menyatakan bahwa transaksi M&A yang terjadi di luar wilayah Republik Indonesia pada prinsipnya tidak menjadi perhatian KPPU selama tidak mempengaruhi kondisi persaingan domestik (dimana ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sebelum pelaporan menjadi wajib, misalnya bahwa perusahaan asing yang sahamnya dibeli tersebut memiliki kegiatan usaha di Indonesia), Pasal 23 Ayat (1) Peraturan KPPU No. 3 secara tegas mengatur bahwa setiap transaksi M&A yang telah memenuhi Batas Nilai dan terjadi di luar wilayah Republik Indonesia tetap wajib diberitahukan

kepada KPPU apabila seluruh pihak atau salah satu pihak yang melakukan transaksi M&A tersebut melakukan kegiatan usaha atau penjualan di wilayah Republik Indonesia. Apabila dibaca secara tekstual, implikasi terbesar dari aturan di atas adalah bahwa setiap Pelaku Usaha di Indonesia wajib melaporkan setiap transaksi pengambilalihan saham dan/atau Aset yang dilakukan di luar negeri semata-mata karena Pelaku Usaha tersebut melakukan kegiatan usaha atau penjualan di wilayah Indonesia bahkan sekalipun jika perusahaan atau Aset yang dibeli di luar negeri tersebut sama sekali tidak melakukan kegiatan usaha di Indonesia. Selain tentunya berdampak terhadap rencana investasi Pelaku Usaha Indonesia di luar negeri, menjadi suatu pertanyaan mengapa pembelian saham atau Aset di luar negeri yang tidak memiliki dampak terhadap pasar di Indonesia harus dilaporkan kepada KPPU, khususnya apabila tidak ada implikasi langsung terhadap isu persaingan usaha? Penutup Dikarenakan beberapa perubahan signifikan terkait pelaporan Transaksi M&A yang diadopsi dalam Peraturan KPPU No. 3 sebagaimana dibahas di atas, Pelaku Usaha Indonesia perlu mewaspadai 2 hal. Pertama, potensi pengenaan denda administratif atas kegagalan memberitahukan transaksi M&A (termasuk Aset) yang telah memenuhi Batas Nilai yang ditentukan baik di dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia. Kedua, dengan asumsi bahwa pengambilalihan Aset memiliki dasar hukum untuk dijadikan sebagai bagian dari analisis persaingan usaha berdasarkan UUPM dan PP 57 (sebagai rujukan dan dasar penerbitan Peraturan KPPU No. 3), implikasi dari aturan persaingan usaha terhadap rencana pembelian Aset oleh Pelaku Usaha di Indonesia mengingat salah satu sanksi atas transaksi yang diduga melanggar persaingan usaha yang sehat adalah pembatalan atas transaksi tersebut. Klarifikasi lebih lanjut mengenai aturan ini (beserta dengan segala implikasinya) akan perlu untuk dibicarakan lebih jauh dengan KPPU. Disclaimer (Sangkalan): Artikel ini hanya ditujukan untuk memberikan gambaran umum mengenai permasalahan hukum dan/atau peraturan perundang-undangan terkini. Kami tidak berniat untuk dan tidak: (i) menyediakan jasa hukum apapun kepada, dan (ii) menciptakan hubungan klien-advokat dengan, siapapun melalui artikel ini. Kami tidak menjamin kelengkapan dari pendapat apapun yang dinyatakan dalam artikel ini dan kami tidak bertanggung jawab dalam bentuk dan atas dasar apapun kepada setiap pihak yang membaca dan/atau menggunakan bahan apapun yang terkandung dalam artikel ini. Apabila anda hendak menindaklanjuti permasalahan hukum apapun yang didiskusikan dalam artikel ini, silahkan menghubungi advokat yang memiliki kualifikasi untuk berpraktek di Indonesia. Tidak ada seorang pun yang dapat menggunakan atau mereproduksi, dengan cara apapun, setiap dan seluruh media dan bahan yang terkandung dalam artikel ini tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari UMBRA Strategic Legal Solutions. Dengan membaca artikel atau disclaimer ini, dan/atau mengakses situs web UMBRA, anda mengakui dan menyetujui secara keseluruhan isi dari disclaimer ini.