BAB 1 PENDAHULUAN. antara Oriental dan Australia (IDS, 2013). bumi, dibandingkan habitat laut dan daratan (Odum, 1996).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

BAB I PENDAHULUAN. akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

bentos (Anwar, dkk., 1980).

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat diperbarui oleh alam sendiri, tapi kenyataan ketersediaan air dalam

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak


BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

PENDAHULUAN. dengan arus yang lambat atau bahkan tidak ada arus sama sekali. Waktu tinggal

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda atau dikenal sebagai siput merupakan salah satu kelas dari filum

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

JUDUL OBSERVASI ALIRAN DAS BRANTAS CABANG SEKUNDER BOENOET. Disusun oleh : Achmad kirmizius shobah ( )

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB III ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km 2

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di danau dan lautan, air sungai yang bermuara di lautan akan mengalami

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

baik dalam kegiatan rumah tangga ataupun industri adalah sungai. Hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

BAB I PENDAHULUAN. sungai. Sungai Brantas merupakan sungai besar di provinsi Jawa Timur dengan

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, karena Indonesia diuntungkan oleh letak geografisnya pada garis 6 0 LU 11 0 LS dan 95 0 BT 141 0 BT yang beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa dan menjadi pertemuan kawasan biogeografi antara Oriental dan Australia (IDS, 2013). Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan totalitas dari kehidupan organisme di suatu kawasan tertentu. Total biodiversitas pada bentang lahan tertentu (diversitas gamma) merupakan fungsi dari diversitas lokal atau habitat tertentu (diversitas alfa) dan perbedaan komposisi spesies (diversitas beta) Ada empat habitat utama didalam biosfer, yakni, laut, kuala, air tawar dan darat. Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi, dibandingkan habitat laut dan daratan (Odum, 1996). Sungai merupakan habitat air tawar yang tidak dapat terhindar dari perubahan lingkungan. Sungai mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat termasuk digunakan sebagai tempat pembuangan limbah industri dan limbah rumah tangga. Penambahan bahan buangan dalam bentuk limbah jumlah besar dan terjadi terus menerus akan mengakibatkan sungai tidak mampu lagi melakukan pemulihan dan menyebabkan menurunnya kualitas air sungai (Widyastuti, 2005). 1

Kualitas air sungai yang menurun di beberapa wilayah di Indonesia pada saat ini sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, sehingga diperlukan penanganan segera dalam suatu sistem pemantauan kualitas air sungai (Anonimous, 2000). Perubahan lingkungan secara fisik atau kimia berpengaruh terhadap organisme perairan tersebut. Beberapa organisme sangat terpengaruh oleh perubahan lingkungannya, sehingga dapat digunakan sebagai parameter untuk melihat adanya perubahan komunitas yang ada di perairan.hal ini secara tidak langsung dapat digunakan untuk mengamati kualitas ekosistem secara keseluruhan. Pengukuran kualitas air biasanya dilakukan dengan mengukur keadaan fisik dan kimia saja, padahal pengamatan kualitas air juga dapat dilakukan dengan bioindikator yaitu dengan komponen biotik. Komponen biotik dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik, kimia, dan biologi dari suatu perairan. Biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan makrozoobentos, contohnya adalah anggota gastropoda. Gastropoda sebagai organisme yang hidup di perairan sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya. Perubahan lingkungan perairan contohnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) berpengaruh terhadap komposisi dan keragaman populasi kelas tersebut (Odum, 1993). Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Sungai Bengawan Solo. Sungai kebanggaan masyarakat Jawa Timur ini memiliki luas area sekitar 12.000 km persegi dan panjang sungai mencapai 320 km. Sungai Brantas bersumber dari Sumber Brantas di Kota Batu, 2

tepatnya di lereng Gunung Arjuna dan Anjasmara, lalu mengalir ke Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto, dan akhirnya ke Surabaya (selat Madura atau Laut Jawa). Sungai Brantas merupakan sumber utama kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, kesehatan, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain, namun kondisi Sungai Brantas saat ini ternyata memprihatinkan, meski diakui fungsinya sangat besar bagi kehidupan masyarakat. Tingkat pencemaran sungai ini telah melewati ambang batas dan berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota perairan serta kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai. Bahan pencemar berasal dari limbah domestik, limbah pertanian, limbah taman rekreasi, limbah pasar, limbah hotel, limbah rumah sakit, dan limbah industri. Pembuangan sampah disepanjang sempadan maupun langsung ke aliran Sungai Brantas dapat merugikan penduduk sekitar dan di kawasan yang lebih rendah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau busuk karena fermentasi, menjadi sarang serangga dan tikus, serta dapat menimbulkan kebakaran karena adanya gas metana di tumpukan sampah. Air yang mengenai sampah akan mengandung besi, sulfat dan bahan organik yang tinggi ditambah kondisi BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) yang melebihi standar air permukaan. Hasil pengukuran turbinitas air Sungai Brantas di Kota Malang, daerah yang masih tergolong sebagai hulu, menghasilkan kisaran angka 14 hingga 18 mg/l. Kisaran itu telah melebihi kekeruhan maksimum (5 mg/l) yang dianjurkan dari Baku Mutu Air pada Sumber Air Golongan A (Kep 02/MENKLH/I/1988). 3

Kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi ideal yang diharapkan. Kondisi ideal sungai Brantas tercermin pada Perda Kota Malang Nomor 17 Tahun 2001 tentang konservasi air. Dalam peraturan daerah tersebut disebutkan bahwa segala jenis kegiatan yang menimbulkan limbah (cair maupun padat) harus memiliki instalasi pengolahan air limbah (minimal pengolahan sederhana seperti sumur resapan) (Perda Kota Malang Nomor 17 Tahun 2001, 2012). Hal ini dilakukan agar kualitas air sungai Brantas tetap terjaga. Namun peraturan dan kenyataan dilapangan sangatlah tidak sesuai. Ketidaksesuaian ini mendasari pentingnya pengukuran kualitas air Sungai Brantas secara berkala agar dapat diketahui kondisi terkini air Sungai Brantas. Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan banyak indikator yaitu fisik, kimia dan biologi (Husamah, 2013). Gastropoda adalah golongan invertebrata yang sebagian besar atau seluruhnya hidupnya berada didasar perairan, bergerak secara lambat dengan ukuran lebih besar dari 1mm. Banyak diantara jenis-jenis gastropoda mempunyai arti ekonomi penting bagi manusia dan dari beberapa jenis telah dibudidayakan. Hewan-hewan anggota kelas gastropoda berdasarkan organ pernafasannya dapat dibedakan menjadi tiga subkelas yaitu subkelas Prosobranchia, subkelas Opisthobranchia dan subkelas Pulmonata (Boen dan Wisnu, 1990 dalam Jasin, 1987). Kelimpahan gastropoda pada suatu sungai dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik yaitu : suhu, kecerahan, kecepatan arus, salinitas, PH, DO. Menurut (Odum, 1996) kelimpahan relatif adalah prosentase dari jumlah individu dari suatu spesies terhadap jumlah total individu dalam suatu daerah tertentu. 4

Menurut Soegianto (1994) penyebaran populasi organisme dialam pada umumnya mempunyai pola persebaran yang mengelompok dan sangat jarang sekali ditemukan dalam pola seragam (merata) sehingga jumlah afinitas antar spesies pada gastropoda juga perlu diketahui apakah pola penyebaran antar spesies terjadi secara merata dalam kawasan perairan yang sama. Ludwig dan Reynolds (1998) menyatakan adanya interaksi dan asosiasi intra dan inter spesies (afinitas spesies) akan menghasilkan asosiasi spesifik yang polanya sangat ditentukan oleh apakah spesies memilih atau menghindari habitat yang sama, mempunyai daya penolakan atau daya tarik, atau tidak berinteraksi. Asosiasi bisa positif, negatis atau tidak adanya asosiasi. Interaksi dan asosiasi ini akan dipengaruhi faktor internal (seperti tingkah laku dan pemangsaan) dan faktor eksternal (pengaruh antropogenik). Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti di sungai Brantas pada tanggal 24 April 2016 di tiga lokasi yang berbeda yaitu daerah jalan Brantas Kota Batu, Pendem, daerah kampus III Universitas Muhammadiyah Malang menunjukan bahwa jenis gastropoda air tawar yang banyak ditemukan yaitu jenis Melanoides tuberculata dan Pomacea canaliculata. Jenis ini umumnya ditemukan di daerah yang terlindung, tenang dan menempel pada batu-batu pada bagian pinggiran sungai. Berdasarkan pengalaman hasil observasi peneliti tersebut belum ada dilakukan penelitian tentang afinitas maupun klasifikasi komunitas yang terjadi pada spesies gastropoda. Menurut Swasta(2006) bahwa terkait aspek ekologis dari suatu komunitas, salah satu aspek ekologis yang menarik untuk dikaji adalah aspek afinitas 5

spesies. Dikatakan demikian karena aspek afinitas spesies ini belum banyak mendapat perhatian padahal dari aspek afinitas spesies dapat dipelajari sifatsifat suatu spesies dalam kaitannya dengan spesies lain dalam suatu komunitas. Dalam mengkaji aspek afinitas spesies suatu komunitas, permasalahan utama yang perlu mendapat perhatian adalah tumpang tindih relung dan asosiasi antar spesies dalam kaitannya dengan tingkat kekerabatan diantara spesies. Berhubungan dengan dugaan bahwa tingkat kekerabatan diantara spesies dapat mempengaruhi tingkat tumpang tindih relung dan tingkat asosiasi spesies, sesungguhnya dugaan ini didasari dua hal yaitu: 1) adanya pemahaman tentang arti kekerabatan yang mencerminkan adanya kesamaan genetis yang dapat diekspresikan dalam bentuk kesamaan struktur morfologi, kesamaan fisiologis dan kesamaan perilaku; dan 2) adanya pemahanan bahwa kesamaan struktur, fisiologi dan prilaku cenderung mengarahkan suatu komunitas untuk memilih habitat dan sumber daya yang sama. Jadi dengan menggabungkan kedua pemahaman diatas, dapatlah dipahami bagaimana tingkat kekerabatan spesies dapat diduga mempengaruhi afinitas spesies dalam suatu komunitas (Swasta, 2006). Asosiasi merupakan salah satu aspek ekologi yang sangat penting untuk dikaji karena ketika mengkaji tentang asosiasi maka kita dapat mengetahui bagaimana interaksi yang terjadi antar makhluk hidup terdapat dalam komunitas khususnya interaksi yang terjadi antar gastropoda dalam penelitian ini. Sedangkan untuk aspek klasifikasi komunitas ini dikatakan penting karena dalam proses klasifikasi dapat memberikan gambaran tentang gastropoda yang 6

memiliki persamaan antar spesies yang kemudian dapat diklasifikasikan berdasarkan persamaannya masing-masing. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk tingkat afinitas antar spesies dan klasifikasi komunitas di sungai Brantas yang dapat digunakan sebagai database gastropoda dan membutuhkan perluasan kajian salah satunya mengembangkan hasil riset sebagai bahan ajar biologi di sekolah tentang keanekaragaman hayati. Sehubungan dengan kepentingan tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul Afinitas Antar Spesies dan Klasifikasi Komunitas Gastropoda Pada Sungai Brantas di Kota Malang Sebagai Sumber Belajar Biologi. 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana afinitas antar spesies gastropoda pada sungai Brantas di Kota Malang?. 2. Bagaimana klasifikasi komunitas gastropoda pada sungai Brantas di Kota Malang?. 3. Bagaimana hasil penelitian tentang afinitas antar spesies dan klasifikasi komunitas gastropoda pada sungai Brantas di Kota Batu-Malang sebagai sumber belajar SMA kelas X?. 7

1.3. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk menganalisis afinitas antar spesies gastropoda di sungai Brantas Malang. 2. Untuk menganalisis klasifikasi komunitas gastropoda di sungai Brantas Malang. 3. Untuk mengetahui hasil penelitian tentang afinitas antar spesies dan klasifikasi komunitas gastropoda pada sungai Brantas di Kota Batu- Malang sebagai sumber belajar SMA kelas X. 1.4. Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat praktis Bagi ilmu pengetahuan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi pada mahasiswa maupun siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Bagi guru penelitian ini dapat membantu guru dalam menjelaskan tentang contoh dan jenis hewan invertebrata pada materi tentang invertebrata. Bagi siswa dapat menambah pengetahuan dan mempermudah dalam memahami pelajaran. 2. Manfaat Keilmuan Manfaat keilmuan yaitu dapat memperluas terapan keilmuan pada mata kuliah invertebrata, biologi umum dan metode penelitian. 3. Manfaat kemasyarakatan 8

Manfaat kemasyarakatan yaitu dapat memberi informasi kepada masyarakat umum bahwa aktivitas manusia disekitar sungai akan mempengaruhi makhluk hidup yang ada di sungai khususnya gastropoda. 1.5. Batasan penelitian Untuk menghindari meluasnya permasyalahan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan-batasan penelitian agar tidak menyimpang dari rumusan masalah. Adapun batasan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi dilakukan dengan teknik identifikasi menurut Simpson (2006) yaitu dapat dilakukan dengan 5 kegiatan yaitu menggunakan kunci identifikasi, deskripsi berdasarkan literatur, specimen pembanding, foto atau gambar serta institusi yang berkompeten. 2. Jenis gastropoda yang diamati akan di identifikasi di laboratorium Peternakan UMM. Perhitungan jenis gastropoda yang ditemukan dengan menggunakan rumus indeks Shannon and Weaner. 3. Stasiun sungai terdiri dari 3 (tiga) stasiun yaitu: 1. Stasiun 1 :jln Brantas Kota Batu 2. Stasiun 2 :Pendem 3. Stasiun 3 : Kampus III Universitas Muhammadiyah Malang 4. Pengaruh faktor lingkungan abiotik (fisika-kimia) terhadap jumlah gastropoda air tawar dianalisis dengan menggunakan analisis Correlation Pearson dengan bantuan Statistical Program for Social Science (SPSS) dan Microsoft Excel. 9

5. Sumber belajar yang menjadi produk penelitian yaitu bahan ajar cetak dalam bentukbuku saku. 1.6. Definisi operasional Adapun definisi operasional dari judul penelitian ini adalah : 1. Afinitas adalah ketertarikan atau simpati yang ditandai oleh persamaan kepentingan. 2. Klasifikasi adalah penyusunan bersistem kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. 3. Komunitas adalah kelompok organisme yang hidup dan saling berinteraksi di daerah tertentu. 4. Gastropoda adalah hewan invertebrata yang melakukan aktivitas lokomosi dengan kaki perutnya (gastro=perut, poda=kaki) (Suwignyo, 2005). 5. Sumber belajar biologi adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. 6. Buku saku adalah buku dengan ukurannya yang kecil, ringan, dan bisa disimpan di saku sehingga praktis untuk dibawa kemana-mana, dan kapan saja bisa dibaca. 10