UJI BATAS BATAS ATTERBERG ASTM D-4318-00



dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PLASTIS LIMIT DAN LIQUID LIMIT. a. Craig, RF. Mekanika Tanah. BAB I Klasifikasi Dasar Tanah : Plastisitas Tanah Berbutir Halus.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada tugas akhir ini bersifat research di laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di

BATAS SUSUT. Kadar air, w= 100% 89.63

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil).

Pada percobaan ini alat-alat yang digunakan adalah

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

UJI BERAT ISI DAN KADAR AIR TANAH ASTM C-29 DAN ASTM D

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari

V. BATAS SUSUT DAN FAKTOR-FAKTOR SUSUT TANAH

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

BATAS PLASTIS DAN INDEKS PLASTISITAS

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

BATAS CAIR TANAH (ASTM D )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

L 01 UJI KLASIFIKASI

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang. 1. Lokasi : Desa Margakaya, Jati Agung, Lampung Selatan

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah berbutir halus dari Yoso Mulyo,

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lunak yang diambil dari

III. METODE PENELITIAN. yang diambil adalah tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari Sukarame, Bandar Lampung. Serta cornice adhesive atau

III. METODOLOGI PENELITIAN. panjang, dengan panjang = 18 cm, Lebar = 9 cm, dan tebal = 4,5 cm.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir

LAPORAN UJI TANAH BATAS-BATAS ATTERBERG

Revisi SNI Daftar isi

METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah liat dari Yosomulyo, Kecamatan

Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah

III. METODOLOGI PENELITIAN. melakukan penelitian di laboratorium. Persiapan penelitian terdiri dari:

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Uraian Umum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Cara uji penentuan batas susut tanah

STUDI PENGARUH JENIS TANAH KOHESIF (IP) PADA UJI KOMPAKSI STANDAR PROCTOR ABSTRAK

METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari daerah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lunak (soft clay) yang

UJI BERAT JENIS TANAH ASTM D ERLENMEYER

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MEKANIKA TANAH SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH MODUL 2. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH

METODE PENELITIAN. Blok I A Karang Anyar, Lampung Selatan. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung besi. Tabung ditekan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

METODOLOGI PENELITIAN. berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturbed soil) yaitu

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

UJI KOMPAKSI ASTM D698 DAN ASTM D1557

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lempung lunak dari Rawa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED UNDRAINED) ASTM D

UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) ASTM D1883

III. METODE PENELITIAN. Lampung Timur dengan titik koordinat lintang (-5 o 71 84,26 ) dan bujur

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan pada penelitian kali ini antara lain, adalah : 6. Mesin pencetak paving block dengan sistem getaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

ALTERNATIF PENENTUAN BATAS CAIR DAN BATAS PLASTIS DENGAN TIGA VARIASI BERAT KONUS MENGGUNAKAN METODE LEE DAN FREEMAN (2009)

LAMPIRAN A PENGUJIAN PENDAHULUAN

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:

LAMPIRAN A PENGUJIAN SIFAT GEOTENIK TANAH UJI BERAT JENIS TANAH

Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.

PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK UNTUK STABILITAS LERENG

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN


II. KLASIFIKASI TANAH

Penelitian pengaruh garam pada tanah lempung yang distabilisasi dengan

UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) ASTM D2435

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

Transkripsi:

1. LINGKUP Percobaan ini mencakup penentuan batas-batas Atterberg yang meliputi Batas Susut, Batas Plastis, dan Batas Cair. 2. DEFINISI a. Batas Susut (Shrinkage Limit), w S adalah batas kadar air dimana tanah dengan kadar air di bawah nilai tersebut tidak menyusut lagi (tidak berubah volume). b. Batas Plastis (Plastic Limit), w P adalah kadar air terendah dimana tanah mulai bersifat plastis. Dalam hal ini sifat plastis ditentukan berdasarkan kondisi di mana tanah yang digulung dengan telapak tangan, di atas kaca mulai retak setelah mencapai diameter 1/8 inci. c. Batas Cair (Liquid Limit), w L adalah kadar air tertentu di mana perilaku berubah dari kondisi plastis ke cair. Pada kadar air tersebut tanah mempunyai kuat geser yang terendah. Batas Plastis Alat-alat yang digunakan : Pelat kaca Timbangan dengan ketelitian 0.01 g Kontainer Mangkok porselin Stikmaat/jangka sorong Oven dan desikator Batas Cair Alat-alat yang digunakan : Pelat kaca, dan pisau dempul Timbangan dengan ketelitian 0.01 g Kontainer sebanyak 5 buah Alat Cassagrande dengan pisau pemotongnya Cawan porselin Oven dan desikator Aquades Spatula 3. MAKSUD DAN TUJUAN SERTA APLIKASI BATAS - BATAS ATTERBERG Maksud dari Uji Batas - Batas Atterberg adalah untuk menentukan angka-angka konsistensi Atterberg, yaitu : Batas Susut/ Shringkage Limit (w S ) Batas Plastis/ Plastic Limit (w P ) Batas Cair/ Liquid Limit (w L ) Gbr. 1. Grooving Tool Tipe A Tujuan uji ini adalah untuk klasifikasi tanah butir halus. 4. PERALATAN Batas Susut Alat-alat yang digunakan : Ring silinder Timbangan dengan ketelitian 0.01 g Oven dan desikator Kontainer kaca dan air raksa (Hg) Pelat kaca yang dilengkapi 3 buah jarum dan cawan kaca Pisau Gbr. 2. Grooving Tool Tipe B Gbr. 3. Kondisi Contoh Tanah Sebelum dan Setelah Diuji

Gbr. 4. Alat Casagrande 5. PERSIAPAN UJI Tanah yang akan diuji harus disaring dengan ayakan No. 40. Siapkan contoh tanah sebanyak 200-250 gr. 6. PROSEDUR UJI Batas Susut 1. Tanah yang dipergunakan dapat tanah yang terganggu. 2. Ring silinder diisi dengan contoh tanah, ratakan ke dua permukaannya, tinggi dan diameter ring terlebih dahulu diukur. 3. Contoh tanah dimasukkan dalam oven pada temperatur 105-110 C selama 24 jam. 4. Setelah dioven lalu dimasukkan ke dalam desikator selama kurang lebih 1 jam. 5. Kontainer kaca diisi dengan air raksa, permukaannya dalam kontainer diratakan dengan pelat kaca, hal ini disebabkan karena permukaan air raksa cembung. 6. Timbang pelat kaca dan kontainer kacanya. 7. Letakkan kontainer kaca di atas cawan kaca, lalu contoh tanah ditekan perlahan-lahan ke dalam Hg dalam kontainer diratakan dengan pelat kaca. 8. Timbang berat cawan kaca + Hg yang tumpah. Batas Plastis 1. Masukkan contoh tanah dalam mangkok, diremas-remas sampai lembut, ditambahkan aquades sedikit dan diaduk sampai homogen. 2. Letakkan contoh tanah adukan itu di atas pelat kaca dan digulung-gulung dengan telapak tangan sampai diameternya kira-kira 1/8 inch (3 mm). Akan dijumpai 3 keadaan : gulungan terlalu basah sehingga dengan diameter 1/8 inch tanah belum retak. gulungan terlalu kering sehingga sewaktu diameter belum mencapai 1/8 inch, gulungan tanah sudah mulai retak. gulungan dengan kadar air tepat, yaitu gulungan mulai retak sewaktu mencapai diameter 1/8 inch. 3. Timbang kontainer sebanyak 3 buah 4. Gulungan tanah tersebut dimasukkan ke dalam kontainer, tiap kontainer berisi 5 buah gulungan, dengan berat masing-masing minimum 5 gr. Ketiga kontainer yang berisi gulungan tanah tersebut dimasukkan dalam oven 24 jam pada suhu 105-110 C. 5. Setelah dioven lalu dimasukkan ke dalam desikator selama kurang lebih 1 jam, lalu ditimbang 6. Harga rata-rata kadar air dari percobaan di atas adalah batas plastisnya. Batas Cair 1. Contoh tanah diambil secukupnya, ditaruh dalam cawan porselin dan ditumbuk dengan penumbuk karet, diberi aquades dan diaduk sampai homogen. 2. Pindahkan tanah tersebut ke atas plat kaca dan diaduk sampai homogen dengan pisau dempul, bagian yang kasar dibuang. 3. Ambil sebagian dari contoh tanah, dan dimasukkan dalam alat Casagrande, ratakan permukaannya dengan pisau. Contoh tanah dalam mangkok Casagrande dipotong dengan grooving tool dengan posisi tegak lurus, sehingga didapat jalur tengah. 4. Alat Casagrande diputar dengan kecepatan konstan 2 putaran/detik. Mangkok akan terangkat dan jatuh dengan ketinggian 10 mm (sudah distel) 5. Percobaan dihentikan jika bagian yang terpotong sudah merapat, dan dicatat banyaknya ketukan, biasanya harus berkisar antara 10-100 ketukan.

6. Tanah pada bagian yang merapat diambil dan dimasukkan dalam oven, ditempatkan dalam kontainer yang telah ditimbang beratnya. Sebelum dimasukkan dalam oven tanah + kontainer ditimbang. 7. Setelah dioven selama 24 jam pada temperatur 105-100 C, baru dimasukkan dalam desikator selama 1 jam untuk mencegah penyerapan uap air dari udara. 8. Percobaan di atas dilakukan 5 kali. 9. Segera dilakukan penimbangan sesudah keluar dari desikator. 10. Setelah kadar air didapat, dibuat grafik hubungan antara kadar air dengan jumlah ketukan dalam kertas skala semi-log. Grafik ini secara teoritis merupakan garis lurus. 11. Kadar air dimana jumlah ketukan 25 kali disebut Batas Cair. Batas Cair ini diulangi dengan tanah yang telah dimasukkan dalam oven; tanah tersebut ditambahkan aquades secukupnya, prosedur selanjutnya sama dengan di atas; dan Batas Cair yang didapatkan disebut w L oven. Indeks Kekakuan (Toughness Index) - I t Perbandingan antara Indeks Plastisitas dengan Indeks Alir I p I t I f Indeks Kecairan (Liquidity Index) - I l Perbandingan antara selisih kadar air asli dengan batas plastis terhadap Index Plastisitasnya. I l ini penting dalam menunjukkan keadaan tanah. w w p I l I P Indeks Konsistensi (Consistency Index) - I c Perbandingan antara selisih batas cair dengan kadar air aslinya terhadap Index Plastisitasnya. w L w I C I P 7. PELAPORAN HASIL UJI Pelaporan harus memuat : Nama instansi Nama proyek Lokasi proyek Deskripsi tanah Kedalaman tanah Nama operator Nama engineer Tanggal 8. LAMPIRAN Indeks Plastisitas (Plasticity Index) - I P Selisih antara batas cair dan batas plastis, daerah diantaranya disebut daerah keadaan plastis. I P = w L - w P Indeks Alir (Flow Index) - I f Perbandingan antara selisih kadar air pada keadaan tertentu dengan selisih antara jumlah pukulan pada kadar air tersebut. Indeks Alir menyatakan kemiringan kurva percobaan batas cair. w I f log N

BATAS SUSUT Berat container, W 1 (gr) Berat tanah basah + container, W 2 (gr) Berat tanah kering + container, W 3 (gr) Berat tanah basah, W 4 =W 2 -W 1 (gr) Berat tanah kering, W 5 =W 3 -W 1 (gr) Berat air, W 6 =W 4 -W 5 (gr) W6 Kadar air, w x 100% W Volume tanah basah, V 0 (cm 3 ) Berat piring, W 7 (gr) Berat piring + air raksa, W 8 (gr) Berat air raksa, W 9 = W 8 W 7 (gr) 5 Volume tanah kering (V f ) W Vf BJ 9 Hg (BJ Hg = 13.6 gr/cm 3 ) Batas susut Vo Vf ws w x 100% (1) W 5

Vf x w 1 Batas susut ws x 100% W5 G (2) s Kesalahan relatif, (1) (2) Shrinkage Ratio (SR) W SR V f 5 Catatan :

BATAS CAIR No. Uji 1 2 3 4 5 Berat kontainer, W 1 (gram) Berat tanah basah + kontainer, W 2 (gram) Berat tanah kering + kontainer, W 3 (gram) Berat tanah basah, W 4 = W 2 W 1 (gram) Berat tanah kering, W 5 = W 3 W 1 (gram) Berat tanah air, W 6 = W 4 W 5 (gram) Kadar Air, w = (W 6 / W 5 ) x 100 % Jumlah Ketukan, N Batas Cair (Dari grafik)

GRAFIK BATAS CAIR Catatan :

BATAS PLASTIS No. Kontainer 1 2 3 Berat kontainer, W 1 (gram) Berat tanah basah + kontainer, W 2 (gram) Berat tanah kering + kontainer, W 3 (gram) Berat tanah basah, W 4 = W 2 W 1 (gram) Berat tanah kering, W 5 = W 3 W 1 (gram) Berat tanah air, W 6 = W 4 W 5 (gram) Kadar Air, w = (W 6 / W 5 ) x 100 % Batas Plastis, % Catatan :

CASSAGRANDE PLASTICITY CHART Jenis Tanah = Batas Susut (grafis) = Indeks Plastis, I P = Indeks Alir, I F = Indeks Kekakuan, I T = Indeks Konsistensi, I C = Indeks Kecairan, I I = Catatan :

FOTO ALAT UJI Peralatan Batas Susut Peralatan Batas Cair Peralatan Batas Plastis FOTO PROSES PENGUJIAN Pengujian Batas Susut Pengujian Batas Cair Pengujian Batas Plastis