BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya rumusan visi Indonesia sehat tahun 2010 maka lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif, bagi terwujudnya keadaan yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa (Depkes RI,2005). Masalah penyediaan air bersih merupakan salah satu tujuan rencana strategi lingkungan sehat 2005-2009 dalam upaya mengembangkan Visi Indonesia sehat 2010 yaitu terselenggaranya penyehatan air dengan sasaran terlaksananya surveilans kualitas air, terlaksananya komunikasi dan pengelolaan penyehatan air, serta terlaksananya kesiapsiagaan dan penanggulangan KLB penyakit melalui air (Depkes RI, 2005). Air merupakan zat yang paling penting dalan kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat dipergunakan bagian tubuh kita terdiri akan air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, juga air dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi.
Penyakit- penyakit yang menyerang manusia juga dapat ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana. Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya (Budiman, 2007). Pemakaian air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu air yang akan di konsumsi harus memenuhi persyaratan kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya. Dari segi kuantitas jumlah air dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dari segi kualitas air haruslah memenuhi persyaratan fisik, kimia, bakteriologis, serta bebas bahan radioaktif, namun air yang kita konsumsi juga tidak bisa lepas dari pencemaran yang disebabkan oleh ulah manusia. Air yang dikonsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman diantaranya bebas kontaminasi kuman, bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun. Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah tidak keruh, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan terasa sejuk atau tidak hangat (Soemirat, 2007) Persyaratan kimia air adalah tidak tercemar zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan baik ph, kesadahan, terutama garam garam atau ion-ion logam yang berbahaya bagi kesehatan seperti Fe, Mg, K, Hg, Zn, Mn, Cl,Cr (Kusnaedi, 2006). Kandungan zat-zat kimia atau pun mineral yang maksimum boleh terdapat di air bersih tercantum dalam Kepmenkes RI No. 416 /MENKES/ PER /IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih,
kadar Fe yang diperbolehkan adalah 1,0 mg/l. Kadar Fe yang berlebihan dalam air selain menimbulkan dampak kesehatan juga dapat menimbulkan gangguan ekonomi, dan estetika antara lain menimbulkan warna kuning pada pakaian, wastafel dan lantai pada kamar mandi, rasa yang tidak enak pada air, pengendapan pada dinding pipa kekeruhan pada air Kadar Fe yang berlebihan dalam air selain menimbulkan dampak kesehatan juga dapat menimbulkan gangguan ekonomi, dan estetika antara lain menimbulkan warna kuning pada pakaian, wastafel dan lantai pada kamar mandi, rasa yang tidak enak pada air, pengendapan pada dinding pipa kekeruhan pada air ( Soemirat, 2007). Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular umumnya disebabkan oleh makhluk hidup, Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung dimasyarakat disebut penyakit bawaan air atau water borne disease. Ini terjadi karena air merupakan media yang baik untuk berkembang biak agent penyakit. Selain penyakit menular, penggunaan air dapat juga memicu penyakit tidak menular karena telah terkontaminasi zat-zat berbahaya atau beracun (Mulia, 2005). Menurut beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan pada berbagai tempat di kota Medan didapati rata-rata kadar Fe dalam air tanah berada diatas standar yang telah ditetapkan Depkes. Seperti penelitian yang telah dilakukan di daerah Titi Papan, kadar Fe sebesar 1,06 mg/l(girsang, 2001) dan di kelurahan Bangun Mulia, di dapati kadar Fe sumur bor sebesar 1,21 mg/l (Lesmana, 2004).
Berdasarkan hasil observasi di Kelurahan Percut Sei. Tuan pada tanggal 20 April 2010 mendapati air sumur yang terlihat keruh dan berasa logam, dan dari hasil pemeriksaan awal didapati kadar Fe sebesar 2,85 mg/liter. Untuk itu peneliti merasa harus melakukan usaha-usaha penurunannya sehingga tidak menimbulkan gangguan ekonomi dan estetika serta gangguan kesehatan bagi pengguna air tersebut. Air merupakan bahan yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan, karena air tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari maka harus diperhatikan dan harus selalu memenuhi syarat kualitas sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. Pada zaman serba kompleks seperti sekarang ini, masyarakat di hadapkan pada kebutuhan air bersih yang mulai sulit untuk di dapatkan terutama air minum. Air yang bermasalah dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, salah satunya dalah dengan penyaringan. Dalam rangka mengurangi kadar zat besi didalam air sumur bor ini peneliti tertarik menggunakan penyaringan dengan menggunakan zeolit dan karbon aktif. Keduanya merupakan penyerap yang peneliti ketahui melalui beberapa penelitian dan literatur. Menurut Arnelli dkk, 1999 yang dikutif oleh Fatha (2007) Zeolit adalah salah satu mineral yang banyak terkandung di bumi Indonesia yang pemanfaatannya belum maksimal. Bentuk kristal zeolit relatif teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi sangat luas sehingga baik bila digunakan sebagai adsorben. Struktur zeolit yang memiliki pori dengan ukuran tertentu menyebabkan molekul molekul dengan ukuran kecil mampu terjerap dalam struktur zeolit. Struktur zeolit yang mempunyai pori dan saluran-saluran biasanya
diisi oleh molekul air sehingga baik untuk dijadikan salah satu bahan untuk membuat saringan. Karbon berpori atau lebih dikenal dengan nama karbon aktif, digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan warna, pengolahan limbah, pemurnian air. Karbon aktif akan membentuk amorf yang sebagian besar terdiri dari karbon bebas dan memiliki permukaan dalam yang berongga, warna hitam, tidak berbau, tidak berasa, dan mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karbon yang belum menjalani proses aktivasi. Karbon aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing- masing berikatan secara kovalen. Struktur pori juga merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah (Puspita, 2008). 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, tingginya kadar Fe pada air sumur bor membuat peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana efektifitas penyaringan yang menggunakan zeolit dan penyaringan yang menggunakan karbon aktif untuk menurunkan kadar besi pada air sumur bor. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan kadar Fe pada air sumur bor yang disaring
dengan zeolit dan karbon aktif. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kadar zat besi pada air sumur bor sebelum dilakukan penyaringan yang menggunakan karbon aktif, zeolit dan saringan pasir tanpa perlakuan. 2. Untuk mengetahui kadar zat besi setelah dilakukan penyaringan dengan zeolit. 3. Untuk mengetahui kadar zat besi setelah dilakukan penyaringan dengan karbon aktif. 4. Untuk mengetahui kadar zat besi setelah disaring dengan saringan pasir tanpa perlakuan. 5. Untuk membandingkan kadar zat besi setelah dilakukan penyaringan dengan karbon aktif, zeolit maupun saringan pasir tanpa zeolit dan karbon aktif dengan standard MenKes RI.No.907/MENKES/ PER/IX/ 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih, kadar Fe yang di perbolehkan adalah 1,0 mg/l. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Dapat menjadi bahan pertimbangan masyarakat dalam hal penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan sehari-hari. 2. Bagi peneliti merupakan pengalaman baru sekaligus menambah wawasan dalam pengelolaan air bersih. 3. Mendapatkan suatu alternatif teknologi yang murah, sederhana, dan mudah pengoperasiannya untuk menurunkan kadar Fe dalam air.
4. Memberikan data informasi tentang kemampuan saringan dengan karbon aktif dan zeolit dalam menurunkan konsentrasi kadar Fe yang terlalu tinggi sehingga untuk selanjutnya air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih atau air minum. 5. Sebagai bahan kajian dan referensi kepada penelitian berikutnya untuk dapat mengembangkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dan mencoba dengan berbagai variasi yang lebih baik.