BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Syahyunan (2013:92), rasio aktivitas merupakan rasio yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini sudah sangat banyak orang yang tertarik ataupun ingin mencoba

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2014). Stice et al (2005) dalam Suharli (2007) mengartikan dividen sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Budi Hardiatmo dan Daljono (2013) Penelitian ini mengambil topik tentang analisis faktor - faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Stice, at al, (Pasadena, 2013) Dividen adalah pembagian kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi pengembalian investasi pada equity securities pada perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tunai adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sartono (2008: 281) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soeprihanto (1997 : 27) modal kerja adalah nilai. industri/jasa untuk keperluan sehari-hari, misalnya membayar gaji pegawai,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. 1. Profitabilitas (net profit margin) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan perusahaan dapat didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah cabang, dan sebagainya. Profitabilitas adalah hasil bersih dari

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. efektif, efisien, berhati-hati dalam melakukan pengambilan keputusan. Pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB II. Tinjauan Pustaka. baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak. menunggu tersedianya dana operasi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak


BAB I PENDAHULUAN. pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tandelin (2010) pasar modal itu sendiri adalah pertemuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanto (2001:265) menyatakan bahwa dividen adalah aliran kas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, perusahaan dituntut untuk mempertahankan

Laba Bersih ROE = x 100% Modal Sendiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Debt To Equity Ratio (DER) dan Devidend Payout Ratio (DPR)

BAB 1 PENDAHULUAN. negara tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi perusahaan publik persaingan tidak hanya terjadi dalam satu sektor industri

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Rasio Aktivitas Menurut Syahyunan (2013:92), rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, dan akibatnya laba akan menurun. Di sisi lain, jika aktiva terlalu tinggi, maka penjumlahan yang menguntungkan akan hilang (Brigham dan Houston,2001:81). 2.1.1.1 Jenis-jenis Rasio Aktivitas Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil keputusan terdiri dari beberapa jenis. Penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung dari keinginan manajemen perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas yang akan digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak manajemen perusahaan tersebut (Kasmir,2012:175). Secara umum apabila rasio aktivitas yang ada digunakan, akan mampu memperlihatkan efektivitas perusahaan secara maksimal, jika dibandingkan dengan penggunaan hanya sebagian saja. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Total Assets Turnover (TATO) Total Assets Turnover (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan (Syahyunan,2013:94). Sedangkan menurut Syamsuddin (2007:62), Total Assets Turnover (TATO) adalah rasio yang digunakan untuk menilai, seberapa jauh kontribusi sejumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan di dalam menghasilkan penjualan. Karena total aktiva merupakan gabungan dari aktiva lancar dan aktiva tetap, maka rasio perputaran total aktiva ini sangat dipengaruhi oleh tingkat perputaran setiap elemen aktiva itu sendiri. Semakin besar TATO berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menunjang kegiatan penjualan. Nilai TATO yang semakin besar menandakan bahwa nilai penjualan perusahaan meningkat serta semakin besar pula harapan untuk mendapatkan laba yang semakin besar (Sartono,2001:78). Dengan laba yang tinggi, maka pembagian dividen juga tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan, jika TATO naik maka besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham juga naik. Sebaliknya, jika TATO turun maka besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham juga akan turun. Proksi untuk menghitung Total Assets Turnover (Syahyunan,2013:94) adalah : Total Assest Turnover = Sales Total Asset

2. Fixed Asset Turnover (FATO) Fixed Asset Turnover (FATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam menghasilkan penjualan (Syahyunan,2013:94). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001:83), Fixed Asset Turnover (FATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya dalam mendapatkan penghasilan. Menurut Kasmir (2012:185), Kondisi perusahaan sangat tidak menggembirakan jika terjadi penurunan pada rasio ini. Namun, jika rasio ini tinggi, maka rasio ini semakin baik. Artinya aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi (Kasmir,2012:185). Dengan tingginya FATO, maka akan menghasilkan laba yang tinggi pula. Laba yang tinggi seharusnya diikuti pembagian dividen yang tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan, jika FATO naik maka besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham bisa naik. Sebaliknya, jika FATO turun maka besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham juga bisa turun. Proksi untuk menghitung fixed asset turnover (Syahyunan,2013:94) adalah: Fixed Asset Turnover = Sales Net FixedAssets

2.1.2 Pengertian Leverage Rasio Leverage biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas (Syahyunan,2013:92). Menurut Brigham dan Houston (2001:84), pembiayaan dengan utang, memiliki tiga implikasi penting: (1) memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas, (2) kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur, (3) jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Perusahaan yang menggunakan utang, akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan kepada pemegang saham, dengan dua alasan: (1) karena bunga dapat dikurangkan, maka penggunaan utang mengakibatkan tagihan bunga yang lebih rendah dan menyisakan lebih banyak laba operasi yang tersedia bagi investor, (2) jika tingkat pengembalian yang diharapkan atas aktiva melebihi suku bunga utang, maka perusahaan pada umumnya dapat menggunakan utang untuk membeli aktiva, membayar bunga utang, dan kemudian sisanya akan menjadi bonus bagi pemegang saham. Jadi, perusahaan dengan rasio utang yang

relatif tinggi memiliki pengembalian yang lebih tinggi dalam situasi perekonomian normal, tetapi mereka menghadapi risiko kerugian ketika perekonomian berada dalam masa resesi. Sebaliknya perusahaan dengan rasio utang yang rendah akan mempunyai risiko yang lebih kecil, tetapi mereka juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan pengembalian atas ekuitas. Prospek pengembalian yang tinggi sangat diinginkan oleh investor, tetapi mereka enggan menghadapi risiko. Oleh karena itu, keputusan penggunaan utang mengharuskan perusahaan untuk menyeimbangkan pengembalian yang lebih tinggi terhadap kenaikan risiko (Brigham dan Houston,2001:86). Dengan demikian, semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi, serta semakin besar tingkat return atau penghasilan bagi para pemegang saham (Syahyunan,2004:110). Hal ini akan berpengaruh terhadap pembagian dividen bagi pemegang saham. 2.1.2.1 Jenis-jenis Rasio Leverage Rasio ini bertujuan untuk menganalisa pembelajaran yang dilakukan berupa komposisi hutang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainnya. Rasio Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio (DER). 1. Debt Ratio Debt Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur (Syahyunan,2013:93).

Proksi untuk menghitung Debt Ratio (Syahyunan,2013:93) adalah : Debt Ratio = 2. Debt to Equity Ratio (DER) Total Liabilities Total Asset Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan,2013:93). Proksi untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) (Syahyunan,2013:93) adalah: 2.1.3 Pengertian Dividen Debt to Equity Ratio = Total Liabilities Total Equity Riyanto (2001:265) menyatakan bahwa dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Menurut Hanafi (2004:361), dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Dividen diberikan atas rekomendasi direksi perusahaan untuk mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Dividen yang dapat dibayarkan kepada para pemegang saham memiliki beberapa jenis, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan bersangkutan. Berikut ini adalah jenis-jenis dividen menurut Warsono (2003:272) : 1. Dividen Tunai (Cash Dividend) Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum digunakan oleh banyak perusahaan. Dividen tunai diterima oleh pemegang saham biasa melalui cek

atau terkadang para pemegang saham menginvestasikan kembali dividen yang diperoleh ke dalam saham biasa perusahaan. 2. Dividen Saham (Stock Dividend) Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk lembar saham tambahan dan tidak berbentuk uang tunai. 3. Dividen Kekayaan (Property Dividend) Property Dividend adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk asset fisik, asset tersebut biasanya berupa produk yang dihasilkan perusahaan. Dari berbagai jenis dividen diatas, cash dividend merupakan jenis dividen yang paling umum dan banyak digunakan oleh perusahaan. Menurut Husnan (2001:316), perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. 2.1.3.1 Dividend Payout Ratio (DPR) Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan proksi untuk menghitung dividen. Menurut Syahyunan (2004:86) Dividend Payout Ratio (DPR) menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Semakin tingginya dividend payout ratio (DPR) yang ditetapkan oleh perusahaan, semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali

didalam perusahaan yang akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto, 2001:265). Adapun proksi untuk menghitung dividend payout ratio (DPR) (Syahyunan,2004:86) ini adalah : Dividend Payout Ratio = Dividend per share Earning per share 2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Menurut Sudana (2011:170), ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan manajemen dalam menentukan dividend payout, antara lain: 1. Likuiditas Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai atau dividen saham. Perusahaan hanya mampu membayar dividen tunai jika tingkat likuiditas yang dimiliki perusahaan mencukupi. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, semakin besar dividen tunai yang mampu dibayar perusahaan kepada pemegang saham, dan sebaliknya. 2. Kemampuan perusahaan untuk meminjam Salah satu sumber dana perusahaan adalah berasal dari pinjaman. Perusahaan dimungkinkan untuk membayar dividen yang besar, karena perusahaan masih memiliki peluang atau kemampuan untuk memperoleh dana dari pinjaman guna memenuhi kebutuhan dan yang diperlukan perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena leverage keuangan perusahaan masih rendah, dan perusahaan masih dipercaya oleh para kreditur. Dengan demikian, semakin besar kemampuan perusahaan untuk meminjam semakin besar dividen dibayarkan kepada pemegang saham.

3. Pengendalian perusahaan. Jika perusahaan membayar dividen yang besar, kemungkinan perusahaan memperoleh dana dengan menjual saham baru untuk membiayai peluang investasi yang dinilai menguntungkan. Dalam kondisi demikian kendali pemegang saham lama atas perusahaan kemungkinan akan berkurang. Jika pemegang saham lama tidak berjanji untuk membeli tambahan saham baru yang diterbitkan perusahaan. Pemegang saham mungkin lebih suka membayar dividen yang rendah dan membiayai kebutuhan dan untuk investasi dengan laba ditahan, sehingga tidak menurunkan kendali pemegang saham atas perusahaan. 2.1.3.3 Teori-teori Dividen Terdapat teori dividen menurut Brigham dan Houston (2001:66) antara lain : 1. Ketidakrelevenan Dividen Kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga sahamnya atau nilai perusahaan tersebut di mata investor. Nilai perusahaan dikatakan hanya dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan pendapatan dan risiko bisnisnya, tidak ada kaitannya dengan bagian dari pendapatan tersebut yang dibagi pada pemegang saham (dividen) maupun yang ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. 2. Teori Bird In The Hand Teori ini dikemukakan oleh Myron J. Gordon dan John Lintner. Gordon dan Lintner dalam Brigham dan Houston (2001:67) mengemukakan bahwa para

investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang diperoleh dari hasil laba yang ditahan dibandingkan apabila mereka menerima keuntungan dalam bentuk pembagian dividen. Para investor lebih menghargai pendapatan yang diperoleh dari pembagian dividen karena memiliki risiko yang lebih kecil. 3. Teori Perbedaan Pajak Para investor lebih menyukai untuk menerima pembagian dividen yang rendah dibandingkan dividen dividen yang tinggi. Teori ini berdasarkan adanya perbedaan pajak antara dividend an capital gain, oleh karena itu para pemegang saham atau investor lebih menyukai capital gain dari pada dividen, karena capital gain dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. 2.1.3.4 Bentuk-bentuk Kebijakan Dividen Menurut Sudana (2011:171), beberapa bentuk kebijakan dividen antara lain : 1. Kebijakan Dividen Stabil Perusahaan yang membayar dividen secara stabil dari waktu ke waktu kemungkinan dinilai lebih baik daripada perusahaan yang membayar dividen secara berfluktuasi. Hal ini karena perusahaan yang membayar dividen secara stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan tersebut juga stabil dan sebaliknya, perusahaan dengan dividen tidak stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik.

2. Kebijakan Dividen Meningkat/Flexible Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. 3. Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya. Dasar yang digunakan sering disebut Dividend Payout Ratio (DPR). 4. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu. 2.2 Penelitian Terdahulu 1. Sugiarto (2015) melakukan penelitian dengan judul Cash Ratio, Return on Assets, Debt to Equity Ratio and Dividend Payout Ratio of 25 Companies Listed in BEI Period 2005-2014 Test Data Using Pane. Variabel dependen yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel independen terdiri dari Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Assets. Hasil dari penelitian tersebut adalah Ada hubungan positif antara rasio kas, pengembalian aset, rasio hutang terhadap ekuitas dan rasio pembayaran dividen dengan menggunakan data panel uji OLS model. Ada hubungan

positif antara rasio kas, pengembalian aset, rasio hutang terhadap ekuitas dan rasio pembayaran dividen dengan menggunakan model data panel uji MET. 2. Bakara (2014) melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. Variabel dependen yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel independen terdiri dari Leverage, Free Cash Flow, Firm Size, Profitability, Growth. Hasil dari penelitian tersebut adalah Leverage (DER) dan Profitability (ROA) secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Dan variabel Firm Size dan Growth secara parsial memiliki pengaruh yang negative signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 3. Mardiyati dan Nusrati (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Free Cash Flow, Return On Assets, Total Assets Turnover dan Sales Growth Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012). Variabel dependen yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel independen yang digunakan terdri dari Free Cash Flow, Return On Assets, Total Assets Turnover, dan Sales Growth. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Free Cash Flow memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio dengan arah hubungan negatif. Return on Assets memliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Total Assets Turnover memiliki pengaruh negatif signifikan

terhadap Dividend Payout Ratio. Sales Growth negatif namun tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 4. Nurraiman (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel dependen terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. ROA berpengaruh positif signifikan terhadap DPR. Current Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap DPR. Debt to Assets Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. 5. Siswantini (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Variabel dependen yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel independen terdiri dari Return on Investment, Debt to Total Asset, Earning Per Share, dan Total Assets Turnover. Hasil penelitian menunjukan bahwa Return on Investment berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Debt to Total Asset berpengaruh negatif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Earning Per Share mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Total

Assets Turnover tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 6. Marietta dan Sampurno (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisi Pengaruh Cash Ratio, Return on Assets, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011). Variabel dependen yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio, sedangkan variabel independen terdiri dari Cash Ratio, Return On Assets, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio. Hasil dari penelitian ini adalah variabel Return On Assets, Firm Size, Debt to Equity Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap DPR. Sedangkan variabel Cash Ratio memiliki hasil positif tidak signifikan dan variabel Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan. 7. Marlina dan Danica (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Cash Positioning, Debt to Equity Ratio dan Return on Asset terhadap Dividend Payout Ratio. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan dividen (DPR), sedangkan variabel independen terdiri dari Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Asset. Hasil penelitian tersebut adalah Cash Position berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Return on Asset berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Debt to Equity Ratio berpengaruh tidak signifikan erhadap kebijakan dividen.

8. Andriyani (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Investment Opportunity Set (IOS), dan Profitability terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada perusahaan Automotive di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006). Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan dividen, sedangkan variabel independen terdiri dari Cash Ratio, DER, Kepemilikan saham manajemen, IOS, ROA. Hasil penelitian tersebut adalah secara parsial variabel Cash ratio berpengaruh signifikan terhadap variabel DPR. Secara parsial variabel DER berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel DPR. Secara parsial variabel Insider Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel DPR. Secara parsial variabel IOS berpengaruh signifikan positif terhadap variabel DPR. Secara parsial variabel ROA berpengaruh signifikan positif terhadap variabel DPR.

Secara ringkas, hasil penelitian dari peneliti-peniliti terdahulu dapat disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Alat Analisis 1. Sugiarto (2015) Cash Ratio, Return on Assets, Debt to Equity Ratio and Dividend Payout Ratio of 25 Companies Listed in BEI Period 2005-2014 Test Data Using Pane. 1. Variabel Dependen: Dividend Payout Ratio. 2. Variabel Independen: Cash Ratio, Return on Assets, Debt to Equity Ratio OLS model Hasil Penelitian 1.Ada hubungan positif antara rasio kas, pengembalian aset, rasio hutang terhadap ekuitas dan rasio pembayaran dividen dengan menggunakan data panel uji OLS model. 2.Ada hubungan positif antara rasio kas, pengembalian aset, rasio hutang terhadap ekuitas dan rasio pembayaran dividen dengan menggunakan model data panel uji MET. 2. Bakara (2014) Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012. 1. Variabel dependen: Dividend Payout Ratio. 2. Variabel Independen: Leverage, Free Cash Firm Profitability, Growth. Flow, Size, Regresi linear berganda 1. Variabel Leverage (DER) dan Profitability (ROA) secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 2. Variabel Firm Size dan Growth secara parsial berpengaruh negative signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Alat Analisis 3. Mardiyati Pengaruh Free 1. Variabel Regresi dan Nusrati Cash Flow, Dependen: linear (2014) Return on Assets, Dividend berganda Total Assets Payout Ratio. Turnover dan Sales Growth 2. Variabel Terhadap Independen: Dividend Payout Free Cash Ratio (Studi Pada Flow, Return on Perusahaan Assets, Total Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012). Assets Turnover, Sales Growth. Hasil Penelitian 1. Free Cash Flow berpengaruh signifikan terhadap DPR dengan arah hubungan negatif. 2. Return on Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. 3. Total Assets Turnover berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR. 4. Nurraiman (2014) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1. Variabel Dependen: Dividend Payout Ratio 2. Variabel Independen: Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Current Ratio (CR), Debt to Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER). Regresi linear berganda 4. Sales Growth negatif namun tidak signifikan terhadap DPR. 1. Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR 2. ROA berpengaruh positif signifikan terhadap DPR 3. Current Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap DPR 4. Debt to Assets Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR 5. Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Alat Analisis 5. Siswantini Pengaruh Analisis 1. Variabel Regresi (2014) Rasio Keuangan Dependen: linear Terhadap Dividend berganda Kebijakan Dividen Payout Ratio. (Studi Empiris pada Perusahaan 2. Variabel Real Estate dan Independen: Property yang Return on Terdaftar di Bursa Investment, Efek Indonesia). Debt to Total Asset, Earning Per Share, dan Total Asset Turnover. Hasil Penelitian 1. Return on Investment berpengaruh positif terhadap DPR. 2.Debt to Total Asset berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR. 3.Earning Per Share mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap DPR. 6. Marietta dan Sampurno (2013) Analisi Pengaruh Cash Ratio, Return on Assets, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011). 1. Variabel dependen: Dividend Payout Ratio. 2. Variabel Independen: Cash Ratio, Return on Assets, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio. Regresi linear berganda 4.Total asset turnover tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR. 1. Variabel Return on Assets, Firm Size, Debt to Equity Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 2. Variabel Cash Ratio memiliki hasil positif tidak signifikan dan variabel Growth berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

No. Peneliti Judul Penelitian Variabel Alat Analisis 7. Marlina Analisis 1. Variabel Regresi dan Pengaruh Cash dependen: linear Danica Positioning, kebijakan berganda (2009) Debt to Equity dividen (DPR) Ratio dan Return on Asset terhadap Dividend Payout Ratio. 1. Variabel Independen: Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Asset. Hasil Penelitian 1. Cash Position berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. 2. Return on Asset berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. 3. Debt to Equity Ratio berpengaruh tidak signifikan erhadap kebijakan dividen. 8. Andriyani (2008) Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Insider Ownership, Investment Opportunity Set (IOS), dan Profitability terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada perusahaan Automotive di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006). 1. Variabel Dependen: Kebijakan Dividen. 2. Variabel Independen: Cash Ratio, DER, Kepemilikan saham manajemen, IOS, ROA. Regresi linear berganda 1. Cash ratio berpengaruh signifikan terhadap variabel DPR. 2. DER berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel DPR. 3. Insider Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel DPR. 4. IOS berpengaruh signifikan positif terhadap variabel DPR. 5. ROA berpengaruh signifikan positif terhadap variabel DPR. Sumber : Sugiarto (2015), Bakara (2014), Mardiyati dan Nusrati (2014), Nurraiman (2014), Siswantini (2014), Marietta dan Sampurno (2013), Marlina dan Danica (2009), Andriyani (2008).

2.3 Kerangka Konseptual Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang didistribusikan kepada para pemegang sahamnya.. Brigham dan Houston (2001:66) menyatakan bahwa kebijakan dividen dikatakan sudah optimal apabila kebijakan yang diambil oleh perusahaan dapat menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan. Akan tetapi hal yang juga sangat penting dalam kebijakan dividen adalah terdapat masalah-masalah lainnya yang berkaitan dan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan antara lain rasio aktivitas yang terdiri dari Total Assets Turnover (TATO), Fixed Asset Turnover (FATO) dan Leverage yang terdiri dari Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio (DER). Indikator rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Total Assets Turnover (TATO) dan Fixed Asset Turnover (FATO). Total Assets Turnover (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan (Syahyunan,2013:94). Sedangkan menurut Syamsuddin (2007:62), Total Assets Turnover (TATO) adalah rasio yang digunakan untuk menilai, seberapa jauh kontribusi sejumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan di dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar TATO berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menunjang kegiatan penjualan. Nilai TATO yang semakin besar menandakan bahwa nilai penjualan perusahaan meningkat serta semakin

besar pula harapan untuk mendapatkan laba yang semakin besar (Sartono,2001:78). Dengan laba yang tinggi, maka pembagian dividen juga tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan, jika TATO naik maka besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham juga naik. Sebaliknya, jika TATO turun maka besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham juga akan turun. Sedangkan Fixed Asset Turnover (FATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam menghasilkan penjualan (Syahyunan,2013:94). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001:83), fixed asset turnover (FATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya dalam mendapatkan penghasilan. Menurut Kasmir (2012:185), kondisi perusahaan sangat tidak menggembirakan jika terjadi penurunan pada rasio ini. Namun, jika rasio ini tinggi, maka rasio ini semakin baik. Artinya aktiva tetap menciptakan penjualan tinggi. Dengan tingginya FATO, maka akan menghasilkan laba yang tinggi pula. Laba yang tinggi seharusnya diikuti pembagian dividen yang tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan, jika FATO naik maka besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham bisa naik. Sebaliknya, jika FATO turun maka besarnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham juga bisa turun. Rasio Leverage biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh utang-utangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai

kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan utang atau ekuitas (Syahyunan,2013:92). Perusahaan yang menggunakan utang, akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan kepada pemegang saham, dengan dua alasan: (1) karena bunga dapat dikurangkan, maka penggunaan utang mengakibatkan tagihan bunga yang lebih rendah dan menyisakan lebih banyak laba operasi yang tersedia bagi investor, (2) jika tingkat pengembalian yang diharapkan atas aktiva melebihi suku bunga utang, maka perusahaan pada umumnya dapat menggunakan utang untuk membeli aktiva, membayar bunga utang, dan kemudian sisanya akan menjadi bonus bagi pemegang saham. Jadi, perusahaan dengan rasio utang yang relatif tinggi memiliki pengembalian yang lebih tinggi dalam situasi perekonomian normal, tetapi mereka menghadapi risiko kerugian ketika perekonomian berada dalam masa resesi. Sebaliknya perusahaan dengan rasio utang yang rendah akan mempunyai risiko yang lebih kecil, tetapi mereka juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan pengembalian atas ekuitas. Prospek pengembalian yang tinggi sangat diinginkan oleh investor, tetapi mereka enggan menghadapi risiko. Oleh karena itu, keputusan penggunaan utang mengharuskan perusahaan untuk menyeimbangkan pengembalian yang lebih tinggi terhadap kenaikan risiko (Brigham dan Houston,2001:86). Dengan demikian, semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi, serta semakin besar tingkat return atau penghasilan bagi para pemegang saham (Syahyunan,2004:110). Hal ini akan berpengaruh terhadap pembagian dividen bagi pemegang saham.

Indikator Leverage yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio (DER). Debt Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur (Syahyunan,2013:93). Sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Syahyunan,2013:93). Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka, dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat dibuat kerangka konseptual yang akan menjadi landasan dan arahan dalam melakukan pengumpulan data serta analisisnya sebagai berikut: Total Assets Turnover (TATO) (X 1 ) Fixed Asset Turnover (FATO) (X 2 ) Debt Ratio (X 3 ) Dividend Payout Ratio (Y) Debt to Equity Ratio (DER) (X 4 ) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Syahyunan (2013).

2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Total Assets Turnover (TATO), Fixed Asset Turnover (FATO), Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.