1.1. Latar Belakang Perkembangan penyakit tidak menular telah menjadi suatu tantangan pada abad 21. Di dunia, penyakit tidak menular (PTM) telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

3. Jenis kelamin 4. Obesitas. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi : Data Penyakit Kardiovaskuler

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Perkembangan penyakit tidak menular telah menjadi suatu tantangan pada abad 21. Di dunia, penyakit tidak menular (PTM) telah menyumbang 3 juta kematian pada tahun 2005 dimana 60% kematian diantaranya terjadi pada penduduk berumur di bawah 70 tahun. Penyakit tidak menular yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka kematian dunia adalah penyakit kardiovaskuler (PKV). WHO mengestimasi pada tahun 1998 kematian yang disebabkan oleh PKV di dunia terdapat 1/3 (15,3 juta), yang terjadi di negara berkembang dan negara yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO Technical Report Series, 2003). Pada tahun 2005, PKV telah menyumbangkan kematian sebesar 28% dari seluruh kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2008). Sedangkan di Indonesia menurut laporan WHO tahun 2002, angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 361 per 100.000 penduduk untuk kategori age-standardize mortality rate (WHO, 2007). Berbicara mengenai PKV tidak bisa terlepas dari permasalahan hipertensi. Hipertensi dan komplikasinya merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu, secara global. Komplikasi pembuluh darah akibat hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark (kerusakan jaringan) jantung, stroke, dan gagal ginjal. Komplikasi pada organ tubuh menyebabkan angka kematian yang tinggi. Gangguan kerja organ, selain menyebabkan penderita, keluarga dan negara harus mengeluarkan banyak biaya pengobatan dan perawatan, tentu pula menurunkan kualitas hidup penderita (Depkes RI, 2007). Prevalensi hipertensi cukup tinggi di dunia, namun diketahui bahwa 90-95% orang yang menderita hipertensi adalah hipertensi essensial, penyakit tersebut diturunkan atau herediter dan etiologinya tidak diketahui. Manifestasi klinik sangat bervariasi, biasanya baru dijumpai pada usia 30-40 tahun (Guyton,2007). Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III), paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan di bawah 140/90 mmhg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan

kesehatannya yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, 2006). Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2013), prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 adalah sebesar 25,8% ; sedangkan prevalensi hipertensi di Sumatera Utara adalah 24,7%. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg. Peningkatan tekanan darah ini berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung, dan otak. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada saat istirahat atau pagi hari pada saat bangun tidur (basal) (Purwandhono, 2013). Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat menganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah didiagnosis menderita hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita hipertensi tetapi saat diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat sendiri). Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik 140 mmhg atau tekanan darah diastolik 90 mmhg. Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur 18 tahun, maka prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur 18 tahun. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk umur 15 tahun maka temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VII 2003 akan dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan informasi.

Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke (Depkes, 2012). Seperti yang sebelumnya telah dikatakan pada bagian di atas, bahwa 90-95% orang yang menderita hipertensi adalah hipertensi essensial. Menurut Yogiantoro (2006), hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Sisanya yang berkisar hanya 5%, adalah hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder antara lain adalah penyakit renovaskular, penyakit gagal ginjal kronik, fekromositoma, hiperaldosteronisme dan penyebab lain yang diketahui. Hipertensi bukanlah penyakit dengan kausa tunggal. Berbagai penelitian telah membuktikan ada berbagai faktor risiko yang berkontribusi terhadap munculnya hipertensi. Hasil studi kardiovaskuler Jakarta menunjukkan bahwa faktor risiko hipertensi antara lain adalah umur, jenis kelamin, perilaku merokok, aktivitas fisik yang kurang, tingginya kadar kolesterol darah dan diabetes melitus (Lidya, 2009). Menurut Patel (1995) dalam Lidya (2009), faktor risiko hipertensi antara lain ras, riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, stres psikologis, kelas sosial, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, perilaku merokok, hidup yang kurang gerak (sedentary lifestyle), lemak, dan pola makan. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak, ataupun ginjal (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, 2006). Menurut Sharma (2007) dalam Sharon (2009), hipertensi telah menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat luas yang harus dicegah sedini mungkin, sebab hipertensi dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ. Komplikasi yang banyak dijumpai pada penderita hipertensi, antara lain serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal. Gejala yang harus diwaspadai sebagai ciri hipertensi adalah tensi

yang mendadak naik, hiperhidrosis, cephalgie (sakit kepala), dan takikardi. Tetapi tidak selalu orang yang hipertensi mempunyai gejala seperti ini. Telah diketahui bahwa hipertensi esensial merupakan jenis hipertensi yang paling banyak dijumpai, orang yang memiliki bakat hipertensi esensial harus berhati-hati, karena bahaya bila melakukan aktivitas berat atau aktivitas yang dapat merangsang emosi, karena tekanan darah dapat meningkat secara tiba-tiba (Sharon, 2009). Adanya bakat hipertensi esensial pada seseorang dapat dideteksi dengan percobaan Cold Pressor Test, yaitu suatu tes provokasi terhadap penderita dengan suhu dingin yang akan mempengaruhi pusat vasomotor (Guyton,2007). Menurut Schirger (1994) dalam Sharon (2009), bila Cold Pressor Test dijumpai positif pada seseorang maka orang tersebut mempunyai kemungkinan untuk menderita hipertensi esensial. Menurut Mourot, Bouhaddi, dan Regnard (2009), Cold Pressor Test (CPT) merupakan suatu tes yang dapat menyebabkan stres akut yang akan memicu peningkatan efek simpatis vaskular dan kenaikan tekanan darah pada subjek yang normal. Sedangkan untuk respon denyut nadi terhadap tes ini masih kurang didefinisikan dengan baik karena tingginya variasi inter-individual. Menurut Kasagi, Akahishi, dan Shimakao (1995) dalam Irfannudin dan Novita (2009), menyatakan bahwa hasil CPT ternyata mampu memprediksi kejadian hipertensi di kemudian hari. Mereka mampu membuktikan hal tersebut setelah melakukan studi prospektif selama 28 tahun. Hal ini perlu dicermati bahwa lebih dari separuh subjek termasuk ke dalam kelompok hiperreaktor dan ditambah memiliki riwayat keluarga hipertensi. Dalam penelitian Irfannuddin dan Novita yang dilakukan terhadap 199 subjek yang berusia 19-21 tahun, sekitar 52,3% subjek termasuk ke dalam kategori hiperreaktor. Hampir 2/3 dari mereka adalah subjek laki-laki. Bila dihubungkan dengan riwayat hipertensi pada orang tua mereka, maka didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat orang tua hipertensi dengan kategori subjek yang hiperreaktor. Dikatakan bahwa, bila hanya ayah yang mengalami hipertensi, rasio subjek yang masuk hiperreaktor meningkat 7,75 kali lipat. Bila hanya ibu yang mengalami hipertensi, rasio subjek dengan

kategori hiperreaktor meningkat 10,02 kali lipat, dan rasio hiperreaktor akan meningkat 15,5 kali lipat bila kedua orang tua mengalami hipertensi. Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Sarosa, Billah, Herlambang, dan Muslimah (2009) di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang, yang membagi subjek penelitian (28 orang) ke dalam 2 kelompok; kelompok I (mahasiswa dengan riwayat hipertensi di keluarga) dan kelompok II (mahasiswa tanpa riwayat hipertensi di keluarga). Pada akhirnya, kedua kelompok uji menunjukkan peningkatan perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah CPT, baik sistolik maupun diastolik, walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan. Tetapi bila ditinjau perbedaan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah CPT, maka kelompok dengan riwayat hipertensi di keluarga mempunyai perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok yang tidak mempunyai riwayat hipertensi di keluarga. Demikian pula menurut penelitian dari Wood, Sheps, Evelback, dan Schirger di Minnesota (1934-1979), yang juga melakukan studi prospektif dan follow up selama 45 tahun pada 142 subjek, menyatakan bahwa adanya respon yang positif pada CPT dapat berguna secara potensial untuk memprediksi kejadiaan hipertensi. Terbukti dari 48 subjek yang termasuk kategori hiperreaktor, setelah 45 tahun sebanyak 71% menderita hipertensi. Jika dibandingkan dengan kelompok kategori normoreaktor yang berjumlah 94 subjek, hanya satu yang menderita hipertensi. Mereka juga mengatakan indikator lain untuk memperkuat kejadian hipertensi di kemudian hari adalah riwayat hipertensi keluarga yang positif, yaitu pasien yang dengan riwayat hipertensi keluarga 62% sedangkan yang tanpa riwayat hipertensi hanya 28%. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan belum ada yang meneliti tentang perbedaan tekanan darah setelah pemaparan cold pressor testantara mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga di Fakultas Kedokteran Universitas Sumtera Utara. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, Perbedaan Tekanan Darah Setelah Pemaparan Cold

Pressor Test Antara Mahasiswa Dengan dan Tanpa Riwayat Hipertensi di Keluarga. 1.2.Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan tekanan darah setelah pemaparan cold pressor test (CPT) antara mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tekanan darah setelah pemaparan cold pressor test antara mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui perubahan tekanan darah pada mahasiswa dengan riwayat hipertensi di keluarga. b. Untuk mengetahui perubahan tekanan darah pada mahasiswa tanpa riwayat hipertensi di keluarga. c. Untuk membandingkan tekanan darah antara mahasiswa dengan riwayat hipertensi di keluarga dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga sebelum dan sesudah cold pressor test. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti : - Memberikan informasi kepada peneliti tentang hubungan paparan stresor akut CPT terhadap tekanan darah. 1.4.2. Segi Pendidikan (Ilmu Pengetahuan) : - Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan terutama dalam hal studi literatur, baik bagi penulis maupun pembaca dan masyarakat luas. 1.4.3. Segi Penelitian :

- Hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian lain dengan metode yang sama, baik pada daerah di Indonesia maupun negara lain. -Sebagai tambahan informasi kepada pembaca dan sebagai bahan acuan untuk penelitian berikutnya di bidang fisiologi. 1.4.4. Segi Pelayanan Kesehatan : - Untuk memberi sumbangsih bagi kemajuan ilmu kedokteran, terutama untuk diagnosa hipertensi dan menurunkan angka kesakitan karena hipertensi dengan salah satu upaya mencegah terjadinya komplikasi hipertensi.