BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ reproduksi termasuk tanda kelamin sekunder. Matangnya organ-organ reproduksi ditandai dengan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki dan menstruasi pada remaja perempuan. Masa ini sering disebut sebagai periode perubahan, karena terjadi perubahan baik fisik, psikis, maupun psikososial. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Perubahan ini berlangsung dengan cepat dan memberi dampak pada berbagai aspek pada kehidupan selanjutnya. Proses perkembangan dipengaruhi oleh faktor hereditas dan faktor lingkungan perkembangan. Pada remaja (siswa) yang dimaksud dengan lingkungan perkembangan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan remaja (siswa). Lingkungan perkembangan remaja adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya (peer group), dan masyarakat (Citrawathi, 2014). Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak kemasa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Remaja mempunyai masalah yang kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu masalah seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta NAPZA), rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja dan median usia kawin pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun. Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja adalah masalah perilaku, kurangnya akses pelayanan dan kurangnya informasi yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga timbul anggapan yang salah, misalnya tentang kehamilan yang tidak mungkin terjadi pada satu kali hubungan seksual. Semua ini berpangkal pada rendahnya pendidikan remaja, kurangnya 1

2 keterampilan petugas kesehatan dalam menangani kesehatan remaja serta kurangnya kesadaran dan kepedulian masayarakat dan semua pihak pada penanganan masalah kesehatan remaja ini, seperti banyaknya kejadian kasus kehamilan remaja dan maslah kesehatan reproduksi lainnya serta masalah kenakalan remaja (Sebayang dkk., 2018). Seks pranikah pada remaja berisiko terhadap kehamilan remaja dan penularan penyakit menular seksual. Kehamilan yang tidak direncanakan pada remaja perempuan dapat berlanjut pada aborsi dan pranikah remaja. Keduanya akan berdampak pada masa depan remaja tersebut, janin yang dikandung dan keluarganya. Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran pertama kali pada usia 15-17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5% remaja laki-laki yang berusia 15-19 tahun mulai berpacaran pada saat mereka belum berusia 15 tahun. Pada usia tersebut dikhawatirkan belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, sehingga mereka berisiko memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat, antara lain melakukan hubungan seks pranikah (Kementrian Kesehatan RI, 2012). Berdasarkan hasil dari National Youth Risk Behaviour Surveillance pada tahun 2017 menunjukkan bahwa banyak siswa sekolah menengah yang terlibat dalam perilaku berisiko kesehatan yang terkait dengan penyebab utama kematian di antara usia 10-24 tahun di Amerika Serikat. Banyak siswa sekolah menengah yang terlibat dalam perilaku berisiko seksual yang berhubungan dengan kehamilan dan IMS yang tidak diinginkan, termasuk infeksi HIV. Dari hasil survei tersebut didapatkan 39,5% siswa pernah melakukan hubungan seksual dan 9,7% pernah melakukan hubungan seksual dengan empat orang atau lebih selama hidup mereka. Di antara siswa yang aktif secara seksual saat ini, 53,8% melaporkan bahwa mereka atau pasangan mereka telah menggunakan kondom selama hubungan seksual terakhir mereka. Di antara siswa sekolah menengah Amerika Serikat yang disurvei pada tahun 2017 menujukkan 40% pernah melakukan hubungan seksual, 10% memiliki empat atau lebih pasangan seksual, 7% secara fisik terpaksa melakukan hubungan seksual ketika mereka tidak mau,

3 30% telah melakukan hubungan seksual selama 3 bulan sebelumnya, dan dari jumlah tersebut 46% tidak menggunakan kondom saat terakhir berhubungan seks, 14% tidak menggunakan metode apa pun untuk mencegah kehamilan, 19% minum alkohol atau menggunakan narkoba sebelum hubungan seksual terakhir, dan kurang dari 10% dari semua siswa yang pernah dites untuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) (CDC, 2017). Di Indonesia, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2017) bahwa kebanyakan wanita dan pria mengaku berpacaran melakukan aktivitas berpegangan tangan (64% wanita dan 75% pria), berpelukan (17% wanita dan 33% pria), cium bibir (30% wanita dan 50% pria), dan meraba/ diraba (5% wanita dan 22% pria). Pacaran dapat berakibat pada kekerasan, perilaku seksual pranikah, kehamilan tak diinginkan, infeksi menular seksual, dan lainnya. Hal ini diakibatkan oleh pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi yang belum memadai. Berdasarkan laporan Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (2017) pada provinsi Banten, pada wanita sebesar 60% dari 458 responden yang belum kawin berusia 15 24 tahun dan pria sebesar 58% dari 638 responden belum kawin berusia 15 24 tahun mengetahui bahwa kehamilan terjadi setelah sekali melakukan hubungan seksual. Begitu pula gejala PMS (Penyakit Menular Seksual) kurang diketahui oleh remaja. Informasi tentang HIV relatif lebih banyak diterima oleh remaja yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS, dengan jumlah 37,9% pada remaja wanita dan 34,9% pada remaja pria. Menurut data dari Badan Kesehatan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2014 merilis data remaja yang sudah tidak lagi perawan di kota Tangerang yaitu sebesar 51% dari 237,6 juta jiwa penduduk Indonesia. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacammacam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Dorongan seksual terkait erat dengan perilaku seksual. Perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang

4 dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Abrori, 2014). Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa faktor penyebab seperti pengetahuan, meningkatnya libido seksual, keterpaparan media informasi, norma agama, peran orang tua dan pengaruh teman sebaya (Sarwono, 2011 dan Handayanani dkk., 2015). Dilihat dari data yang telah didapatkan dari berbagai sumber baik secara internasional maupun nasional, diketahui bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja masih sangat tinggi. Hal ini juga diperkuat dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan antar variabel. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmasih (2011) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pra nikah pada remaja SMA di Surakarta bahwa tedapat pengaruh antara pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi dan peran keluarga dengan perilaku seks pra nikah pada remaja. Selain itu, hasil penelitian Hasibuan dkk., (2014) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian seks pra nikah pada remaja putri di SMAN 1 Pagi Utara Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang menunjukkan bahwa ada pengaruh antara teman pengetahuan, sikap orang tua terhadap kejadian seks pra nikah remaja. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh (Lisnawati, 2015) kepada remaja di Cirebon mengenai perilaku seksual pra nikah bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan dan sumber informasi terhadap perilaku seks bebas pada remaja. SMK X Kota Tangerang merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di kawasan sekitar Pasar Lama Tangerang, berdiri sejak bulan Juni tahun 2008 yang terdiri dari 4 jurusan yaitu Administrasi Perkantoran, Multimedia, Kesehatan, dan Akuntansi. Di SMK X ini terdapat 433 siswi dengan jumlah 212 siswi untuk kelas X dan 221 siswi untuk kelas XI. Berdasarkan informasi data guru Bimbingan Konseling (BK) pada SMK X Kota Tangerang, terdapat 4 kasus remaja (siswi) yang mengalami kejadian hamil diluar nikah selama satu tahun terakhir pada tahun ajaran 2017/ 2018, dan terdapat 15 kasus sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2017.

5 Sedangkan dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti dengan metode wawancara kepada 20 siswi bahwa didapatkan hasil yang mengaku pernah melakukan kissing (berciuman bibir) sebanyak 40%, pelukan sebanyak 25% dan berpegangan tangan 35%. Dari kasus diatas tersebut nampak bahwa fenomena yang terjadi di SMK X kota Tangerang saat ini menunjukkan bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja masih terus terjadi dan belum dapat ditanggulangi. Hal ini dikarenakan belum adanya progam pemberian edukasi ataupun penyuluhan tentang kesehatan reproduksi baik yang diselenggarakan oleh pihak sekolah maupun pihak instansi lainnya. Kasus dari perilaku seks ini memang bukanlah hal yang sederhana, terlebih bagi mereka yang melakukannya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang seks pra nikah pada remaja dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang tahun 2019 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan data yang didapatkan melalui informasi guru Bimbingan Konseling (BK) pada SMK X Kota Tangerang, terdapat 4 kasus remaja (siswi) yang mengalami kejadian hamil diluar nikah selama satu tahun terakhir pada tahun ajaran 2017/ 2018, dan terdapat 15 kasus sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2017 serta survei awal yang dilakukan oleh peneliti dengan metode wawancara, didapatkan hasil bahwa terdapat 20 responden yang mengaku pernah kissing (berciuman bibir) sebesar 40%, 25% pernah pelukan dan 35% berpegangan tangan. Dilihat dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa siswi SMK X Kota Tangerang 100% berperilaku seksual pranikah beresiko. Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019?

6 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Apa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 2. Bagaimana gambaran perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 3. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 4. Bagaimana gambaran media informasi tentang perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 5. Bagaimana gambaran peran orang tua tentang perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 6. Bagaimana gambaran pengaruh teman sebaya tentang perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 7. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku seksual pranikah pada pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 8. Apakah ada hubungan media informasi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 9. Apakah ada hubungan peran orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 10. Apakah ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 2. Mengetahui gambaran pengetahuan mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019.

7 3. Mengetahui gambaran media informasi mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 4. Mengetahui gambaran peran orang tua mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 5. Mengetahui gambaran pengaruh teman sebaya mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 6. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 7. Menganalisis hubungan media informasi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 8. Menganalisis hubungan peran orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 9. Menganalisis pengaruh teman sebaya sebagai pembentuk perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Bagi Remaja Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK X Kota Tangerang Tahun 2019. 1.5.2. Manfaat Bagi Intansi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi pendidikan, dan instansi terkait sebagai salah satu sumber informasi terkait keadaan remaja saat ini, khususnya terkait perilaku seksual pranikah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah agar dapat menentukan sikap dan membuat kebijakan terkait pembinaan remaja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pihak.

8 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, paparan media informasi, peran orang tua, dan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Penelitian ini dilakukan di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Tangerang. Obyek dari penelitian ini adalah siswi kelas X dan XI di SMK X Kota Tangerang. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli tahun 2019. Penelitian ini dilakukan karna berdasarkan data informasi yang diberikan oleh guru BK (Bimbingan Konseling) bahwa terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di SMK X Kota Tangerang yang masih tinggi. Hal ini dikarenakan adanya perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja ketika berpacaran. Perilaku seksual tersebut diakui oleh 20 siswi yang telah di wawancara oleh peneliti bahwa yang mengaku pernah berpegangan tangan sebesar 35%, pernah pelukan sebesar 25% dan pernah berciuman sebesar 40% ketika berpacaran. Metode yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik dan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini berjumlah 433 responden dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 66 responden dengan cara stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan uji chi-square.