BAB 1 : PENDAHULUAN. yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk diantaranya anopheles, Culex,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Proses Penularan Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki

Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. No ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (Infeksius) dan dapat mengakibatkan kesakitan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Prevalensi pre_treatment

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

Juli Desember Abstract

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

TUGAS PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS KELOMPOK 6

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

CAKUPAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2011 FILARIASIS MASS TREATMENT COVERAGE IN DISTRICT SOUTHWEST SUMBA 2011

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kaki gajah atau dalam bahasa medis. disebut filariasis limfatik atau elephantiasis adalah

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA ABSTRAK

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan program kelanjutan dari

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Pencegahan dan pemberantasan penyakit merupakan prioritas pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk diantaranya anopheles, Culex, Mansonia, dan Aedes. Terdapat tiga jenis spesies cacing penyebab Filariasis yaitu Wuchereria bancrofi, Brugia malayi, dan Brugia timori. Cacing tersebut hidup di kelenjer dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis seperti pembesaran abnormal bagian tubuh, menyebabkan rasa sakit, cacat, dan stigma sosial.gelaja akut berupa peradangan kelenjer dan saluran getah bening (adenplimfangitis) terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tetapi juga bisa pada bagian tubuh lainnya. Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfa terutama di daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (1) Dunia melalui sidang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menegaskan tentang kepedulian utama masyarakat dunia untuk mencapai tujuan pembangunan Sustainable Development Goals (SDGs) yang programnya sebagian besar terfokus pada kesehatan. Salah satu prioritas dalam program kesehatan tersebut adalah pemberantasan, pencegahan penyakit menular yang di dalamnya termasuk filariasis. (1) Menurut data WHO lebih dari 1,3 miliar penduduk tinggal di darah yang beresiko terinfeksi filariasis yang tersebar di 73 negara. Sebagian besar (80%) penduduk tersebut tinggal di 10 negara berikut: Bangladesh, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Myanmar, Nigeria, Nepal, Filipina, dan Republik Tanzania. Jumlah penderita filariasis yang sudah terinfeksi sekitar 120 juta orang dan 1

2 40 juta diantaranya mengalami cacat dan lumpuh. Kemudian dari 30 juta tersebut diperkirakan 25 juta orang menderita dengan penyakit genital dan 15 juta orang menderita lymphedema. Untuk menghentikan penyebaran penularan WHO menganjurkan pengobatan massal bagi semua orang yang memenuhi syarat dimana terjadi infeksi. (6) Sebelum diresmikan program eliminasi filariasis oleh WHO ( The Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis) pada tahun 2000, lebih dari 80 negara mengalami endemik filariasis dan 60% negara-negara tersebut berada di Asia Tenggara. Jumlah orang yang berisiko terinfeksi filariasis melebihi satu milyar orang diseluruh dunia. Pada tahun 1996, WHOmemperkirakan bahwa sekitar120 jutaorang di dunia telah terinfeksipenyakit filariasis, di antaranyasekitar 40juta orang mengalami gejala klinis olehpenyakit tersebut. Walaupuntidak fatal, WHOtelahmenetapkan bahwa penyakit filariasis sebagai salah satupenyebab utamakecacatanpermanen dalam jangka panjang di dunia.filariasis menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia sesuai dengan resolusi World Health Assembly (WHA) pada tahun 1997. Program eleminasi filariasis di dunia dimulai berdasarkan deklarasi WHO tahun 2000. (2) WHO juga sudah menetapkan Kesepakatan Global (The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by The Year 2020) yangsuatu program eliminasi yang dilaksanakan melalui pengobatan massal dan perawatan untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya dilokasi yang endemis penyakit filariasis secara bertahap dimulai sejak tahun 2005. (6) Indonesia mulai melaksanakan program eliminasi filariasis pada tahun 2002. Untuk mencapai eliminasi, di Indonesia ditetapkan dua pilar yang akan dilaksanakan yaitu: Memutuskan rantai penularan dengan Pemberian Obat Massal

3 PencegahanFilariasis (POMP Filariasis) di daerah endemis; dan Mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis. (3) Penyakir filariasis merupakan penyakit yang penyebarannya tidak merata, melainkan terpusat atau terkonsentrasi pada beberapa titik wilayah tertentu. Dataran pulau Sumatera serta sebagian wilayah Jawa dan Bali menjadi kawasan langganan dari taharun ke tahun untuk terinfeksi penyakit filariasis. Filariasis menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki prevalensi yang lebih tinggi.dari tahun ke tahun jumlah provinsi yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah. Menurut laporan Ditjen PP & PL Depkes RI bahwa jumlah kasus filariasis tahun 2002 adalah 6.571 kasus, namun terjadi peningkatan (3, 4) yang tinggi pada tahun 2014 yaitu sebanyak 14.932kasus. Distribusi penyebaran kasus filariasis di Indonesia mencakup hampir seluruh provinsi, termasuk provinsi Sumatera Barat.Pada tahun 2016, berdasarkan hasil pemetaan daerah endemis di Indonesiadiperoleh sebanyak 241 kabupaten/kota merupakan daerah endemis Filariasis sedangkan daerah non endemis sebanyak 273 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota se-indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian dari penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis sehingga berisiko tertular Filariasis.Dari 241 kabupaten/kota endemis Filariasis sebanyak 54% kabupaten sedang melaksanakan POMP Filariasis dan 22% telah selesai POMP 5 Putaran. Namun, masih ada 18% kabupaten/kota yang belum mulai melaksanakan dan 6% putus POMP Filariasis. (5) Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah endemis filariasis di Indonesia. Berdasarkan data laporan kasus filariasis dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera barat tahun 2016 diketahui prevalensi kejadian filariasis sebesar 4.38 per seratus ribu penduduk yang mencangkup beberapa kabupaten/kota. Berdasarkaan

4 data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat diketahui bahwa kota Padang merupakan salah satu daerah endemis filariasis. Prevalensi kejadian filariasis di Kota Padang pada tahun 2016 yaitu 4,14 per 100.000 penduduk dengan jumlah penduduk 846.377 jiwa yang tersebar di 11 Kecamatan.Adapun distribusi dan prevalensi masing masing kabupaten dan kota di Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1Kasus Filariasis di Sumatera Barat Tahun 2016 No Kabupaten/ Kota Jumlah Jumlah Pervalensi Kasus Penduduk /100.000 1 Kab. Pasaman 3 279.932 0,76 2 Kab. Agam 58 514.432 11,27 3 Kab. Lima Puluh Kota 14 330.083 4,24 4 Kab. Padang Pariaman 14 309.526 4,52 5 Kab. Pes Selatan 38 521.175 7,29 6 Kab. Tanah Datar 11 371.846 4,07 7 Kab. Solok 4 374.849 1.25 8 Kab. Sijunjung 6 217.306 2,86 9 Kota Padang 35 846.377 4,14 10 Kota Bukittinggi 11 108.861 10,10 11 Kota Payakumbuh 1 118.109 1,32 12 Kota Solok 0 65.862 0 13 Kota Pd. Panjang 0 51.542 0 14 Kota Sawahlunto 2 69.531 0,86 15 Kab. Kep. Mentawai 0 65.442 0 16 Kota Pariaman 0 85.121 0 17 Kab. Pasaman Barat 49 395.098 12,40 18 Kab. Dharmasraya 14 234.401 10,28 19 Kab. Solok Selatan 2 173.206 1,63 Jumlah 298 5.132.699 4,38 Sumber : Laporan Tahunan P2PL Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat 2016 Kota Padang merupakan daerah endemis filariasis yang memiliki jumlah kasus filariasis sebanyak 35kasusdengan angka prevalensi 4.14. Beberapa penelitian yang telah dilakukan, faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian filariasis diantaranya faktor lingkungan, perilaku, dan sosial

5 ekonomi. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan kejadian filariasis adalah adanya genangan air, penempatan kandang ternak disekitar rumah, sawah, rawa-rawa, keberadaan parit, adanya tanaman air, pendidikan dan penghasilan. Faktor perilaku yang berkaitan adalah kebiasaan keluar malam, kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk, dan perilaku pencegahan. Populasi rentan yang beresiko terhadap filariasis adalah penduduk yang berada atau tinggal di sekitar penderita filariasis dan di sekitar lingkungan yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang dapat menularkan cacing filaria dari penderita filariasis ke orang sehat, sehingga daerah tersebut sangat rentan terhadap penyebaran dan penularan filariasis. Di Indonesia sudah diketahui ada 23 jenis nyamuk sebagai penular filariasis, diantaranya Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes, Armigeres dan lain-lain. (5) Kota Padang yang merupakan ibukota provinsi adalah daerah dengan tingkat populasi dan kepadatan penduduk tertinggi di Sumatera Barat. Kondisi tersebut akan meningkatkan resiko penularan dan penyebaran kejadian filariasis, maka perlu dilakukan penelitian tentang zona yang rentan terhadap kejadian filariasis. Informasi kerentanan tersebut dapat diketahui melalui pemetaan dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis, dengan diketahuinya kerentanan suatu wilayah terhadap kejadian filariasis dapat mempermudah untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit yang lebih efektif dan efisien, Maka untukitu perlu ditelitii lebih lanjut tentang penggunaan Sistem Informasi Geografis untuk pemetaan kerentanan wilayah kejadian filariasis dan mengidentifikasi faktor risiko kejadian filariasis tersebut di Kota Padang, dengan demikian dapat diketahui intervensi yang tepat untuk pengambilan keputusan, pemutusan mata rantai penularan, pengendalian

6 dan penanggulangan penyakit filariasis,karena sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian filariasis berbasis SIG di Kota Padang. Berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut zona kerentanan filariasis berdasarkan faktor resiko dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis di Kota Padang. Sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat diketahui intervensi dan langkah-langkah yang tepat untuk pengambilan keputusan, memutuskan rantai penularan, serta pengendalian dari penyakit filariasis. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan trend, distribusi, dan persebaran dari penyakit filariasis, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalahuntuk mengetahui kerentanan wilayah berdasarkan faktor risiko kejadian filariasis di Kota Padang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu mengimplementasikan penggunaan Sistem Informasi Geografis untuk pemetaan kerentanan wilayah berdasarkan faktor risiko kejadian filariasis di Kota Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan umum dapat dijabaarkan secara lebih spesifik menjadi tujuan khusus sebagai berikut: 1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian filariasis di Kota Padang. 2. Mengetahui distribusi frekuensi faktor lingkungan (tempat prekembanganbiakan nyamuk, temperatur udara, kelembaban udara, ketinggian dan sarana kesehatan) dengan kejadian filariasis di Kota Padang.

7 3. Memetakan wilayah kerentanan berdasarkan faktor lingkungan (tempat perkembangbiakan nyamuk, temperatur udara, kelembaban udara, dan ketinggian) terhadap kejadian filariasis di Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritsis Hasil Penelitian ini digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan yaitu ilmu pengunaan sistem informasi geografis untuk pemetaan kerentanan wilayah berdasarkan faktor resiko kejadian filariasis di Kota Padang tahun 2018. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Tahun 2018 dalam menentukan dan memetakan wilayah kerentanan penyakit filariasis agar lebih mempermudah dalam pencegahan dan penanggulangan. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peneliti terkait pengunaan sistem informasi geografis untuk pemetaan kerentanan wilayah berdasarkan faktor resiko kejadian filariasis di Kota Padang tahun 2018. 3. Bagi Peneliti Penelitian diharapkan dapat memperluas pengetahuan peneliti tentang pengunaan sistem informasi geografis untuk pemetaan kerentanan wilayah berdasarkan faktor resiko kejadian filariasis di Kota Padang tahun 2018. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai distribusi kejadian filariasis di Kota Padang serta distribusi faktor risiko

8 lingkungan (tempat perkembangbiakan nyamuk, temperatur udara, kelembaban udara, dan ketinggian) yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk vektor filariasis.

9