GUBERNUR PAPUA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR TAHUN 2019 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI PROVINSI PAPUA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.580, 2010 KOMNAS HAM. Pemantauan. Penyelidikan. Prosedur.

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI HUKUM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XII (DUA BELAS) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KASUS PELANGGARAN HAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang

BERITA NEGARA. No.859, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pelayanan. Komunikasi Masyarakat. Rencana Aksi Nasional. HAM. Pedoman.

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN DAN PENGAWASAN ALIRAN SESAT DI JAWA TIMUR

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU

PELANGGARAN HAM YANG BERAT. Muchamad Ali Safa at

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN JABATAN STAF AHLI GUBERNUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

HAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi Nasional

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis (Lemba

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1999) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE DAERAH PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

Transkripsi:

GUBERNUR PAPUA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR TAHUN 2019 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945, menyatakan bahwa: Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung-jawab negara, terutama Pemerintah; b. bahwa setiap orang dan korban pelanggaran hak asasi manusia orang diakui, tanpa perbedaan, semua hak-hak asasi manusia yang diakui dalam hukum internasional dan nasional; c. bahwa Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, Pasal 45 ayat (1) menyatakan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan penduduk Provinsi Papua wajib menegakkan, memajukan, melindungi, dan menghormati hak asasi manusia di Provinsi Papua; d. bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 39 Tahun 1999 dalam Pasal 71 menyatakan, Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia. e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud dalam huruf a, b, c, dan d maka diperlukan penyusunan satu Peraturan Daerah Provinsi Papua tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM di Provinsi Papua; Mengingat : 1. Pasal 28 I Ayat (4), Undang-Undang Dasar Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Jaya 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; 5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 ~ 1 ~

tentang Pengesahan International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik) 7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant on Economic, Social dan Culture Rights (Kovenan tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya) 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukkan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234: 9. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 120 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Produk Hukum Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PAPUA dan GUBERNUR PAPUA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI PROVINSI PAPUA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Perdasi ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat. 2. Daerah adalah Provinsi Papua. 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Papua. 4. Gubernur adalah Gubernur Papua. 5. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. 6. Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia adalah Perwakilan Komnas HAM Papua. 7. Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disingkat HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dilindungi, dipenuhi, ditegakkan dan dimajukan oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 8. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. ~ 2 ~

9. Penyelesaian Pelanggaran HAM adalah Proses, Cara, Perbuatan, menyelesaikan Permasalahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia baik melalui mekanisme hukum maupun alternatif penyelesaian lain di luar mekanisme hukum. 10. Pengadilan Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat. 11. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnakan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama. 12. Kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas dan/atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil. 13. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, baik sipil, militer, maupun polisi yang bertanggung jawab secara individual. 14. Badan Usaha adalah usaha milik perorangan, badan usaha swasta atau badan usaha milik swasta dan badan usaha Negara. 15. Pengaduan adalah pemberitahuan dan/atau laporan yang disampaikan oleh seorang atau sekelompok orang kepada Komnas HAM tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia. 16. Pemantauan adalah serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan dan melakukan verifikasi terhadap suatu informasi guna mengungkap isu-isu yang berkenaan dengan dugaan pelanggaran hak asasi manusia. 17. Rekomendasi adalah pendapat tertulis Komnas HAM yang disampaikan kepada para pihak yang relevan sehubungan dengan dugaan peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang sedang ditangani oleh Komnas HAM guna ditindaklanjuti oleh penerima rekomendasi. 18. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) adalah Lembaga yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran terhadap suatu peristiwa pelanggaran HAM di masa lalu dan adanya pengakuan dari pihak yang melakukan pelanggaran tersebut yang diakhiri dengan pernyataan maaf dan komitmen untuk tidak mengulanginya lagi di masa mendatang dalam perspektif kepentingan bersama sebagai bangsa. BAB II ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Asas Pasal 2 Penyelesaian Pelanggaran HAM di Provinsi Papua dilaksanakan berdasarkan asas : a. Keadilan; b. Hak Asasi Manusia; c. Legalitas; dan d. Sosio Kultural. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Peraturan Daerah Provinsi Papua tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM di Provinsi Papua bertujuan untuk: a. Mendorong Pemerintah melaksanakan tanggung jawabnya dalam bidang HAM dan Melaksanakan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam rangka menegakkan, memajukan, melindungi dan menghormati Hak Asasi Manusia di ~ 3 ~

Provinsi Papua sesuai dengan amanat UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua b. Menyelesaikan dugaan Pelanggaran HAM masa lalu, Pelanggaran HAM biasa dan Pelanggaran HAM berat yang terjadi di Provinsi Papua dalam perspektif otonomi khusus sesuai dengan amanat Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua dan nilai-nilai serta prinsip HAM yang tercantum di dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia serta konvenan internasional lainnya yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 4 Ruang lingkup peraturan daerah ini meliputi: a. Hak Asasi Manusia, b. Jenis Pelanggaran HAM c. Komnas HAM Perwakilan Papua d. Pengadilan HAM e. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi} f. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah dan g. Partisipasi masyarakat. BAB III. Bagian Pertama Hak Asasi Manusia Pasal 5 (1) Klasifikasi jenis-jenis hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 9 sampai dengan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. (2) Adapun klasifikasi jenis-jenis hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagai berikut : a. hak untuk hidup; b. hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan; c. hak mengembangkan diri; d. hak memperoleh keadilan; e. hak atas kebebasan pribadi f. hak atas rasa aman; g. hak atas kesejahteraan h. hak turut serta dalam pemerintahan i. hak perempuan; j. hak anak. (3) Hak-Hak Sipil dan Politik meliputi: a. Hak hidup b. Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi c. Hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa d. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi e. Hak atas kebebasan bergerak dan berpindah f. Hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hukum g. Hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama h. Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi i. Hak untuk berkumpul dan berserikat j. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan ~ 4 ~

(4) Hak-Hak ekonomi dan Sosial Budaya, meliputi: a. Hak atas pekerjaan b. Hak-hak buruh c. Hak-hak sosial d. Hak untuk mendapatkan standart kehidupan yang layak e. Hak atas keluarga, ibu dan anak-anak f. Hak atas kesehatan fisik dan mental g. Hak-hak budaya h. Hak atas pendidikan i. Hak atas kehidupan budaya dan ilmu pengetahuan (5) Hak atas lingkungan hidup yang baik dan Pengelolaan Sumber daya Alam dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan bagi kesejahteraan seluruh rakyat Papua dengan prinsip menghormati, melindungi dan memberdayakan hak-hak masyarakat adat, pelestarian lingkungan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan semangat otonomi khusus. Pasal 6 Pelaksanaan Hak Asasi Manusia sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5, dilakukan berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Bagian Kedua Jenis Pelanggaran HAM Pasal 7 (1) Pelanggaran HAM biasa, meliputi pelanggaran terhadap pemenuhan HAM yang diatur di dalam ketentuan Pasal 5, ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5). (2) Pelanggaran HAM Berat meliputi: a. kejahatan Genosida (Genocide); dan b. kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crime Against Humanity). (3) Pelanggaran HAM Berat sebagaimana disebutkan ayat (2) ditetapkan jika memenuhi unsur terencana, sistematis dan meluas. BAB IV PENYELESAIAN PELANGGARAN HAM Pasal 8 Penyelesaian Pelanggaran HAM di Provinsi Papua dilakukan melalui; a. Komnas HAM Perwakilan Papua; b. Pengadilan HAM; dan c. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Bagian Kesatu Komisi Nasional HAM Perwakilan Papua Pasal 9 (1) Komisi Nasional HAM Perwakilan Papua memiliki tugas dan fungsi untuk, melakukan: a. Pendidikan dan Penyuluhan mengenai isu-isu HAM di Papua; b. Pengkajian dan Penelitian mengenai isu-isu HAM di Papua; c. Pemantauan dan Investigasi terhadap dugaan pelanggaran HAM dan atau Pelanggaran HAM berat di Papua; d. Mediasi untuk menyelesaikan konflik antara para pihak dalam kasus yang berhubungan dengan isu-isu HAM di Papua. (2) Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Komnas HAM Perwakilan Papua sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 ayat (1) maka Pemerintah Provinsi Papua wajib memberi dukungan anggaran yang bersumber dari APBD dan menyediakan sarana dan prasarana yang representatif. ~ 5 ~

Pasal 10 (1) Pelaksanaan tugas dan fungsi Komnas HAM Perwakilan Papua sebagaimana disebutkan pada Pasal 9 ayat (1), berdasarkan pengaduan atau karena pertimbangan Komnas HAM dan dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Pimpinan Komnas HAM Perwakilan Papua dan atau Komnas HAM RI; (2) Ketentuan mengenai Pembentukan Tim untuk menindaklanjuti suatu pengaduan diatur secara khusus di dalam Peraturan Tata Tertib Komnas HAM Perwakilan Papua; (3) Komnas HAM Perwakilan Papua wajib menyampaikan atau mengumumkan kepada publik laporan hasil pemantauan atau investigasi terhadap suatu peristiwa pelanggaran HAM dan dilampirkan dengan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait; (4) Setiap orang atau kelompok orang atau institusi negara maupun swasta yang menerima Rekomendasi dari Komnas HAM Perwakilan Papua wajib untuk menindaklanjutinya; (5) Setiap Rekomendasi Komnas HAM Perwakilan Papua wajib disampaikan juga kepada Gubernur Papua, Dewan Perwakilan Rakyat Papua dan Majelis Rakyat Papua untuk dilakukan pengawasan secara bersama. Pasal 11 (1) Ketentuan mengenai tugas pokok dan tata kerja Komisi Nasional HAM Perwakilan Papua diatur berdasarkan UU No 39 Tahun 1999 dan Tata Tertib Komnas HAM. (2) Komisi Nasional HAM Perwakilan Papua wajib menyampaikan laporan tahunan kepada publik mengenai kondisi pemenuhan dan penegakan HAM di Provinsi Papua dan diteruskan kepada Gubernur Papua, Dewan Perwakilan Rakyat Papua dan Majelis Rakyat Papua. Bagian Kedua Pengadilan Hak Asasi Manusia Pasal 12 (1) Pemerintah membentuk Pengadilan HAM di Provinsi Papua. (2) Pembentukan Pengadilan HAM sebagaimana disebutkan pada ayat 1 dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomr 21 Tahun 2001. (3) Pembentukan Pengadilan HAM dimaksudkan untuk menyelesaikan Pelanggaran HAM Berat yang memenuhi unsur terencana, sistematis dan meluas. Pasal 13 Tata kerja Pengadilan HAM sebagaimana dimaksudkan pada Pasal 12, mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Bagian Ketiga Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Pasal 14 (1) Pemerintah membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi di Provinsi Papua. (2) Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, sebagaimana disebutkan pada ayat 1 dibentuk berdasarkan Undang-Undg Nomor 21 Tahun 2001. (3) Tugas, fungsi dan mekanisme kerja Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah Provinsi Papua. ~ 6 ~

BAB V TANGGUNG JAWAB Pasal 15 (1) Pemerintah, Pemerintah Provinsi Papua dan badan usaha lainnya wajib dan bertanggung jawab untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan HAM yang diatur dalam Peraturan Daerah ini. peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia. (2) Kapolda Papua dan Panglima KODAM Cenderawasih wajib bertanggung jawab untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan HAM yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia. Pasal 16 Kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya dan bidang lainnya sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001. BAB IV PARTISIPASI MASYARAKAT Pasal 17 (1) Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakkan dan pemajuan HAM. (2) Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran HAM kepada Komnas HAM Perwakilan Papua atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan, penegakan, dan pemajuan HAM. (3) Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak untuk mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan HAM kepada Komnas HAM Perwakilan Papua dan atau lembaga lainnya. (4) Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, lembaga studi, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, baik secara sendiri-sendiri maupun kerja sama dengan Komnas HAM Papua dapat melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai HAM. BAB V SANKSI Pasal 18 (1) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah Provinsi ini dikenakan dengan denda Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) (2) Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh setiap orang, badan, pemerintah dan badan usaha dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang undangan. (3) Setiap orang atau kelompok orang atau institusi negara maupun swasta yang tidak menindaklanjuti rekomendasi dari Komnas HAM Perwakilan Papua dikenakan denda Rp.50.000.000,- dan sanksi sosial diumumkan melalui media masa dan elektronik sebagai pelanggar HAM. ~ 7 ~

BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 19 Pembiayaan badan yang dibentuk berdasarkan Perdasi ini, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Papua dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Hal-hal yang belum diatur didalam Peraturan Daerah Provinsi ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur. Peraturan Daerah Provinsi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Papua. Ditetapkan di Jayapura Pada Tanggal 4 Maret 2014 8 Juli 2013 GUBERNUR PAPUA, CAP/TTD Diundangkan di Jayapura LUKAS ENEMBE, SIP, MH ~ 8 ~