BAB I PENDAHULUAN. seperti pemegang saham salah satunya adalah dalam bentuk laporan keuangan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

ARUM KUSUMAWATI B

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dimana bisnis tidak lagi mengenal batas. negara, kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar sangat diperlukan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdapat banyak kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak ( absolute assurance) mengenai. hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor.

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi informasi laporan keuangan yang diperoleh, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan profesi akuntan sejalan dengan perkembangan perusahaan dan berbagai jenis badan hukum lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB I PENDAHULUAN. auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. jasa akuntan publik semakin tinggi dikarenakan bukan hanya perusahaanperusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan auditor adalah melakukan audit yang tujuannya terdiri dari tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance)

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era dimana kita hidup sekarang ini merupakan zaman yang berubah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak di luar manajemen seperti pemegang saham salah satunya adalah dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut harus memiliki karakterikstik kualitatif laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan, yaitu keterbandingan, keterverifikasian, ketepatwaktuan dan keterpahaman yang meningkatkan kegunaan informasi yang relevan dan direpresentasikan secara tepat (IAI: 2016). Informasi yang tercantum di dalam laporan tersebut nantinya akan digunakan oleh pemilik dan pihak lainnya untuk membuat sebuah keputusan. Sehingga laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen, dalam hal ini adalah auditor eksternal atau akuntan publik. Audit atas laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan yang memiliki hubungan dengan masyarakat atau pihak yang berkepentingan di luar manajemen. Terutama perusahaan dengan bentuk badan hukum perseroan terbatas baik yang bersifat terbuka maupun yang tertutup. Laporan keuangan tersebut kemudian diperiksa sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia dan etika Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah disahkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 1

2 serta standar pengendalian mutu. Setelah melaksanakan prosedur pemeriksaan, auditor bertanggung jawab melaporkan hasil auditnya kepada pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut. Dilakukannya audit bertujuan memenuhi kewajiban perusahaan dan memudahkan para pengambil keputusan untuk mengetahui informasi mengenai perusahaan. Audit juga bertujuan mengevaluasi bukti mengenai kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan. Setelah laporan keuangan diaudit maka tercermin opini audit yang diberikan auditor atas dasar pertimbangan materialitas. Pemberian opini oleh auditor merupakan atas dasar pertimbangan tingkat materialitas, hal ini didasari karena dalam pelaksanaan audit laporan keuangan auditor tidak memeriksa seluruh transaksi atau seluruh area yang tercantum di dalam laporan keuangan. Auditor hanya memeriksa area penting, dalam hal ini adalah area yang mengandung risiko salah saji material. Pertimbangan profesional auditor dimulai ketika menentukan materialitas awal (preliminary judgement) yaitu jumlah salah saji gabungan dalam laporan keuangan. Kemudian menentukan materialitas kinerja sebagai alokasi materialitas awal ke area atau akun-akun dalam laporan keuangan. Menurut Arens et al, (2015:298), jika auditor memutuskan untuk mengalokasikan $100.000 dari preliminary judgement yang sebesar $200.000 ke akun piutang usaha, ini berarti auditor bersedia menganggap piutang usaha disajikan secara wajar jika salah saji dalam akun itu sebesar $100.000 atau kurang. Kemudian karena auditor bertanggung jawab menentukan apakah di dalam laporan keuangan terdapat salah saji secara material, auditor harus, berdasarkan temuan

3 salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan itu, auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada seberapa material salah saji tersebut. Agar dapat melakukan penentuan semacam itu, auditor bergantung pada pengetahuan yang mendalam mengenai penerapan konsep materialitas (Arens et al, 2015 : 292). Konsep materialitas dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yaitu bahwa materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut, tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas dan faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas. Sebagai contoh faktor kualitatif adalah jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting ketimbang kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama (Arens et al, 2015:294-295). Auditor menentukan jumlah salah saji material dalam laporan keuangan yang diperiksa untuk membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji namun tidak mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan. Namun, pada tahun 2018 hingga awal 2019 tercatat sudah ada 14 Akuntan Publik (AP) yang diberikan sanksi oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Jenis pelanggarannya mengenai standar profesional yang merupakan pelanggaran atas standar-standar yang sudah ditetapkan seperti Standar Audit (SA) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Terbaru ditetapkan sanksi atas auditor Garuda

4 Indonesia karena pengakuan pendapatan sebesar US$239,94 juta, padahal Garuda Indonesia belum menerima pembayaran maupun melakukan pemberian jasa kepada MAHATA https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/ 20190628124946-92-407304/kemenkeu-beberkan-tiga-kelalaian-auditorgaruda-indonesia. Pelanggaran standar profesional tersebut membuat seorang Akuntan Publik dapat menerima sanksi berupa pembekuan atau pembatasan pemberian jasa tertentu. Kemudian menurut Arens et al, (2015:43): Hampir tidak ada prosedur audit spesifik yang diisyaratkan oleh standar-standar seperti standar auditing yang berlaku umum (Generally Accepted Auditing Standards/GAAS), dan tidak ada persyaratan khusus bagi keputusan auditor, seperti menentukan ukuran sampel, memilih item sampel dari populasi untuk diuji, atau mengevaluasi hasil. Dapat dikatakan konsep materialitas bukanlah sesuatu yang dapat diterapkan dengan mudah dalam praktiknya. Hal ini dikarenakan pertimbangan materialitas didasarkan pada professional judgment auditor itu sendiri dan pengetahuan siapa saja pemakai serta keputusan yang akan dibuat. Di dalam perencanaan audit dikatakan bahwa auditor antara lain harus mempertimbangkan berbagai risiko audit dan tingkat materialitas awal untuk tujuan audit. Menurut Standar Audit Seksi 312 (SPAP: 2016) pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Standar tersebut mencakup pertimbangan kualitas profesional antara

5 lain persyaratan kompetensi, independensi pelaporan dan bukti (Jusup, 2014: 58). Dalam hal penggunaan personel tim audit yang menggunakan auditor junior maupun auditor magang terkait keefektivitasan dan efisiensi biaya audit maka perlu adanya supervisi atas pekerjaan yang diberikan. Auditor pada saat pelaksanaan audit bertanggung jawab atas pemikiranpemikiran yang menyebabkan terjadinya opini yang dikeluarkan dan harus mempunyai sikap independen dalam mengaudit suatu organisasi. Sifat independensi ini mengartikan bahwa auditor tidak berpihak kepada siapapun yang meminta auditor untuk memanipulasi hasil dari suatu audit. Berbeda dengan pengertian yang biasa kita jumpai yang mengatakan bahwa independensi artinya tidak memihak siapapun, tetapi auditor tetap memihak kepada sesuatu yang benar. Itu berarti independensi adalah sikap auditor yang tidak boleh berpihak kepada orang yang akan berbuat kesalahan atau kecurangan. Jika auditor mempunyai pegangan yang baik dan teguh kepada prinsip kebenaran, maka auditor akan berpihak pada kebenaran itu. Sehingga dapat dikatakan independensi berarti memihak kepada kebenaran dan kepentingan umum yang telah memberikan kepercayaan kepada auditor. Independensi dalam pelaksanaannya adalah independen dalam menentukan tingkat materialitas, independen dalam pemilihan dan penggunaan prosedur sesuai tingkat materialitas hingga independen dalam pemberian opini berdasarkan tingkat materialitas. Penelitian yang telah dilakukan oleh Timur (2017) menyatakan adanya hubungan positif antara independensi dengan pertimbangan tingkat materialitas

6 pada auditor di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Independensi akan membuat auditor bersikap netral pada entitas yang diaudit dan menghasilkan laporan audit yang bersifat objektif. Hal ini disebabkan bahwa seorang auditor seharusnya tidak mudah dipengaruhi atau diarahkan untuk membela kepentingan suatu pihak karena auditor melaksanakan pekerjaannya tidak hanya untuk klien melainkan untuk kepentingan umum. Menurut Oktavia (2015) Pengalaman kerja auditor adalah pengalaman dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, banyaknya penugasan maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani. Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan untuk menentukan pertimbangan tingkat materialitas dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Dalam hal ini, setiap auditor memiliki pengalaman dan tantangan yang berbeda dan dapat berpengaruh terhadap pertimbangan materialitas setiap entitas yang diauditnya. Pengalaman auditor berperan dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan proses pemeriksaan serta pada saat memberikan kesimpulan atas laporan audit berupa pemberian pendapat. Judgment dari seorang auditor yang berpengalaman dirasa lebih intuitif jika dibandingkan dengan seorang auditor yang kurang berpengalaman. Penelitian yang telah dilakukan oleh Frank dan Ariyanto (2016), dan Kusumawaty (2015) di wilayah Bali dan Malang menyatakan bahwa

7 pengalaman berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya pengalaman auditor, maka akan semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya. Semakin tinggi tingkat pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena auditor telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis industri. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih dalam pertimbangan tingkat materialitas (Frank dan Ariyanto, 2016:2194). Profesional atau profesionalisme menjadi isu yang penting dan syarat utama yang harus dimiliki oleh auditor. Pada Kode Etik Profesi Akuntan Publik Seksi 130 (IAPI: 2018) telah dijelaskan mengenai prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan praktisi untuk memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja dan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan seksama sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam pemberian jasa profesionalnya. Pentingnya sikap profesionalisme dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas adalah karena auditor yang profesional tercermin pada dedikasi terhadap profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan pada aturan profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi. Sehingga auditor akan

8 menyajikan laporan audit secara tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, jelas dan ringkas (Frank dan Ariyanto : 2016). Penelitian yang dilakukan Yanti (2016) di wilayah Pekanbaru, Batam dan Padang dan Sarwini, Sinarwati dan Yuniarta (2014) di wilayah Bali menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara profesionalisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Menurut Yanti (2016) auditor dengan komitmen profesi yang tinggi akan berperilaku selaras dengan kepentingan publik dan tidak merusak profesionalismenya. Sebaliknya auditor dengan komitmen profesi yang rendah akan berpotensi untuk berperilaku disfungsional. Hal ini disebabkan karena semakin profesional seorang auditor maka akan semakin terpenuhinya kinerja yang diinginkan sesuai standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini diberi judul Pengaruh Independensi, Pengalaman Auditor dan Profesionalisme Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Survey pada Kantor Akuntan Publik Tidak Berafiliasi Asing di Jakarta Selatan). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas di atas, maka masalah yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut: 1. Apakah Independensi berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas? 2. Apakah Pengalaman Auditor berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas?

9 3. Apakah Profesionalisme berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penulis bertujuan agara penelitian ini dapat menunjukan: 1. Untuk mengetahui apakah pengaruh dari independensi terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 2. Untuk mengetahui apakah pengaruh dari pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. 3. Untuk mengetahui apakah pengaruh dari profesionalisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia akuntansi khususnya audit yaitu untuk menguji teori atribusi bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar. Dalam hal ini faktor internal seperti pengalaman dan motivasi dan faktor eksternal seperti hubungan sosial yang dapat mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas seorang auditor. Kemudian mengetahui secara empiris pengaruh independensi, pengalaman auditor dan profesionalisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

10 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan, serta investor sebagai pengguna laporan keuangan dan KAP selaku pemeriksa laporan keuangan. a. Bagi perusahaan diharapkan dapat menjadi referensi untuk menentukan strategi dalam memilih KAP sehingga tidak terjadi lagi kasus-kasus baik secara sengaja maupun tidak sengaja. b. Bagi investor, diharapkan dapat memberikan informasi bagi investor untuk mengurangi biaya keagenan serta dapat melakukan evaluasi kinerja manajemen melalui laporan keuangan yang telah diaudit. c. Bagi KAP diharapkan agar tetap melaksanakan standar audit yang telah ditetapkan dan dapat menjaga kepercayaan masyarakat akan profesi akuntan publik dengan mempertimbangkan supervisi auditor secara efektif dan berkelanjutan.