BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan di Indonesia, badan usaha yang dimiliki pemerintah terbagi menjadi dua badan usaha yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sekarang ini diwajibkan untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG). BUMD adalah organisasi yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk membentuk dan mengelola berbagai kegiatan pemerintahan di daerah. Dilihat dari perkembangannya setiap tahun, BUMN telah memberikan andil dalam menompang keuangan negara dan melayani peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya akan di pengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola. Agar perusahaan memiliki kelangsungan jangka panjang, shareholders dan stakeholders perlu mempertimbangkan tata kelola yang baik. Pada kondisi perekonomian seperti yang terjadi pada saat ini, pengelolaan perusahaan telah diangggap penting sebagaimana telah diterapkan pada pemerintah suatu negara. Pernyatan diatas telah menegaskan kedudukan penting perusahaanperusahaan dalam menjalankan peran mereka dalam kehidupan ekonomi dan sosial (Faridz,2013). 1
2 Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan stakeholder organisasi tersebut (Pratolo,2007). Good Corporate Governance merupakan sistem bagaimana suatu organisasi dikelola dan dikendalikan. Sistem governance antara lain mengatur mekanisme pengambilan keputusan pada tingkat atas organisasi. Sedangkan corporate governance mengatur hubungan antar Dewan Komisaris, Direksi dan manajamen perusahaan agar terjadi keseimbangan dalam pengelolaan organisasi. Secara teoritis konsep Good Corporate Governance (GCG) bukan sesuatu yang baru bagi manajemen korporasi,tetapi di Indonesia konsep ini fenomena baru dalam tata kelola perusahaan setelah adanya krisis ekonomi pada tahun 1997. Sejak terjadinya krisis moneter yang berkepanjangan tahun 1997, pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik menjadi isu yang mengemuka di Indonesia. Semenjak itulah semua pihak sepakat Indonesia harus mulai dengan tata kelola pemerintah, perusahaan pemerintah, dan swasta. Berbagai upaya memperbaiki tata kelola dilakukan dengan menerapkan prinsip GCG di semua lini masyarakat (Wahyudin Z.(2008:1). Good Corporate Governanace dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial untuk mengelola sumber daya dan urusan suatu Negara dengan cara-cara terbuka, transparan, akuntabel, equitabel, dan responsive terhadap kebutuhan masyarakat (Widyananda,2008).
3 Penelitian Thomas S.(2006:1), menyebutkan dari berbagai hasil pengkajian yang dilakukan oleh berbagai lembaga riset independen nasional dan internasional, krisis moneter tersebut menunjukkan rendahnya pemahaman terhadap arti penting dan strategisnya penerapan prinsip-prinsip GCG oleh pelaku bisnis di indonesia. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/20011 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum yang menjadi dasar hukum GCG dalam sektor perbankan, mendefinisikan GCG adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), keterbukaan (transparency), kewajaran (fairness), serta kemandirian (independency). Di Indonesia cukup banyak kasus-kasus yang memperlihatkan masih lemahnya penerapan Good Corporate Governance. Hal ini diperkuat dengan fenomena sejak 2013 hingga 2015 ada 90 kasus yang berindikasi fraud di perbankan. Dari total itu lebih besar berasal dari BPR. Pendampingan akan dilakukan oleh OJK kepada BPR hingga pemberlakuan aturan Good Corporate Governance (GCG) dan Manajemen Risiko (MR). Fraud yang terjadi di perbankan kebanyakan dari lemahnya penerapan GCG dan kurangnya pengendalian internal, seperti kurangnya kompetensi SDM, check and balance serta action plan yang masih kurang. Salah satu contoh kasus tersebut misalnya ada nasabah menyimpan uang tetapi uang tesebut masuk ke kantong pribadi karyawan. Dari OJK, terus menginvestigasi,
4 apakah ada tindak pidananya kemudian dengan pihak kepolisisan dan kejaksaan. Kalau tidak ada pidana akan diberikan tindakan pengawasan (supervisory action) (www.okezone.com;23 Mei 2016). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/POJK.03/2014 tentang Bank Perkreditan Rakyat dikeluarkan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha yang bersifat dinamis dengan perbankan nasional yang tangguh, termasuk industri Bank Perkreditan Rakyat yang sehat, kuat, produktif, dan memiliki daya saing agar mampu melayani masyarakat, terutama usaha mikro dan kecil. Oleh karena itu dalam mewujudkan GCG, entitas memerlukan peran internal audit yang bertugas meneliti mengevaluasi suatu system akuntansi serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Auditor internal merupakan salah satu profesi yang menunjang terwujudnya GCG, karena dalam hal ini auditor internal berperan dalam mengawasi dan mengevaluasi kegiatan operasional perusahaan dengan memastikan bahwa perusahaan telah melakukan praktik-praktik dalam penerapan prinsip-prinsip GCG di dalam perusahaan. Agar tidak terjadi masalah-masalah internal yang kemudian dapat merugikan perusahaan, oleh karena itu penting bagi perusahaan melakukan pengawasan internal atau pengendalian internal (Nainggolan,2013). Pengendalian internal dapat dilakukan oleh auditor internal, dimana auditor internal ialah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal auditing. Dengan demikian Audit Internal muncul sebagai suatu kegiatan
5 khusus dari bidang akuntansi yang luas yang memanfaatkan metode dan teknik dasar dari penilaian. Audit internal membantu sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya, melalui pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses governance (Nasution,2003). Fungsi audit internal biasanya dilakukan bukan dengan tujuan menguji kelayakan laporan keuangan, akan tetapi untuk membantu pihak manajemen dalam mengidentifikasi kelemahan-kelemahan, kegagalankegagalan, dan inefisiensi dari berbagai program yang telah direncanakan oleh organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Peran auditor internal yang independen sangat penting dalam penerpan GCG di perusahaan, dimana anggota auditor internal tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan tersebut, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direksi, komisaris dan pemegang saham utama perusahaan tersebut, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan tersebut. GCG juga menuntut sejauh mana auditor internal dapat berperan dengan baik untuk mewudjudkannya pada sektor publik maupun sektor swasta (S. Wardoyo Trimanto & Lena,2010). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul PERANAN AUDIT INTERNAL TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) (Studi Kasus pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung)
6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efaktifitas Audit Internal pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung. 2. Bagaimana efektifitas penerapan Good Corporate Governance pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung telah dilaksanakan secara efektif. 3. Bagaimana peran audit internal terhadap efektifitas penerapan Good Corporate Governance pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan mendapat informasi bagaimana peran audit internal terhadap penerapan GCG pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung. Selain itu peneliti ingin mengetahui apakah penerapan GCG pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung telah dilaksanakan secara efektif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas audit internal pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung.
7 2. Untuk mengetahui efektifitas penerapan Good Corporate Governance pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui peranan audit internal terhadap efektifitas penerapan Good Corporate Governance pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap beberapa segmen, antara lain: 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya peran audit internal dalam PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung. 2. Bagi Perusahaan / Instansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan manfaat bagi perusahaan dan memberikan nilai tambah dalam penerapan good corporate governance didalam PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung. 3. Bagi Pihak Lain Dapat menjadi sumber informasi yang dapat menambah wawasan pembaca dengan mengetahui apakah penerapan Good Corporate Governance berpengaruh terhadap PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung.
8 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada PD. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Bandung. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai dengan selesai.