BAB-5 RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

'., 1 "i~' ,} '/' ~%~.' ~.-,...~~.~.'*''? ._~l. «:,J:;;:f?Ij~ .-, /J><:,.::' 'h'l.,:,.(/' vr:~ -..-:>~ "'~J",. 8J~PJ>~Pl5~ ~ d"kkh~

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Modul B-3 Perencanaan Teknis dan Manajemen Persampahan

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH di DKI JAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI BANDUNG BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

Pengembangan Pengelolaan Persampahan / 2015

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 7 SERI E

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

5 ASPEK PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 09 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 30 TAHUN 2018 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2015

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DONGGALA

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

BAB 5 KONDISI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DKI JAKARTA TAHUN

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

Transkripsi:

BAB-5 RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH 5.1. RENCANA PROGRAM TEKNIS TEKNOLOGIS 5.1.1. Pemilahan/ Pewadahan Pemilahan sampah pada masing masing periode perencanaan terbagi menjadi 3 (tiga) jenis sampah untuk fase I dan 5 (lima) jenis sampah untuk fase II hinggan fase IV, yaitu: sampah organik, sampah anorganik,sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sampah daur ulang dan residu. Pewadahan dibedakan berdasarkan warna wadah sesuai jenis sampah. Pemilahan dan pewadahan sampah tiap periode perencanaan lihat Tabel 5.1. berikut: Tabel 5.1. Pemilahan dan Pewadahan Sampah tiap Periode Perencanaan Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 1

Tabel 5.1. Pemilahan dan Pewadahan Sampah tiap Periode Perencanaan (lanjutan) 5.1.2. Pengumpulan Pengumpulan sampah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan sampah yang dihasilkan oleh sumber dan membawanya ke suatu titik penampungan yang ditentukan bersama oleh pengelola dan masyarakat. Pada saat pengumpulan, sampah yang sudah terpilah tidak diperkenankan dicampur kembali. Pengumpulan untuk tiap periode perencanaan lihat Tabel 5.2. berikut: Tabel 5.2. Pengumpulan Sampah tiap Periode Perencanaan Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 2

5.1.3. Pengangkutan Pemindahan dan pengangkutan sampah dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang di mulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada pengumpulan dengan pola individual langsung atau dari tempat pemindahan/ penampungan sementara (TPS, TPS 3R, SPA) atau tempat penampungan komunal sampai ketempat TPA. Jadwal perencanaan, pengadaan dan pendanaan alat angkut sampah tercantum pada Lampiran 5.1. Pengangkutan pada masing masing periode perencanaan lihat pada Tabel 5.3. berikut : Tabel 5.3.Pengangkutan Sampah tiap Periode Perencanaan Fase Periode Perencanaan Fase 1 2012 2017 Fase 2 2017-2022 Fase 3 2022 2027 Fase 4 2027-2032 Pengangkutan a. Arm Roll Kecil b. Arm Roll Besar c. Compactor Kecil d. Compactor Besar e. Typer Kecil f. Typer Besar a. Arm Roll Kecil b. Arm Roll Besar c. Compactor Kecil d. Compactor Besar e. Typer Kecil f. Typer Besar a. Compactor Kecil b. Compactor Besar a. Compactor Kecil b. Compactor Besar 5.1.4. Pengolahan Kegiatan pengurangan sampah dilakukan mulai dari sumber sampah (reduksi sampah di sumber sampah). Kegiatan reduksi sampah ini direncanakan dengan besaran mulai dari 7% sampai dengan mencapai 30% dari total volume timbulan Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 3

sampah di akhir tahun perencanaan.kegiatan pengurangan sampah ini diasumsikan sebagai kegiatan yang dilakukan baik oleh sumber sampah, yaitu masyarakat, maupun oleh pihak ketiga serta Pemerintah Provinsi dan Kota Administratif. Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dapat berupa pengolahan sampah mulai dari penggunaan tong komposter individual, maupun pengolahan sampah lainnya yang dilakukan secara pribadi dari masing-masing rumah tangga. Sementara untuk kegiatan yang dilakukan oleh pihak ketiga atau swasta dapat berupa pengolahan sampah di unit pengolahan sampah skala kawasan yang dibangun pada suatu kawasan, baik perumahan, apartemen, pertokoan, perkantoran, industri dan sebagainya, yang dibangun serta dikelola oleh pihak ketiga. TPS 3R Unit TPS 3R ini merupakan tempat pengolahan sampah yang berasal dari sumber sampah, disamping juga sebagai wadah untuk mensosialisasikan kegiatan pengolahan sampah kepada masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa reduksi sampah di sumber merupakan kegiatan pengolahan sampah yang antara lain dapat dilakukan di unit pengolahan sampah TPS 3R serta unit pengolahan sampah Skala Kawasan. Skala Pengolahan: Pengolahan sampah dapat dilakukan dalam 4 (empat) kategori, yaitu skala individu, skala kawasan/lingkungan, skala TPS 3R, serta skala kota. Jadwal perencanaan dan pendanaan pengembangan TPS 3R tercantum pada Lampiran 5.1. Di Fase 1 (Tahun 2012 2017) ini mulai dilakukan rencana pembangunan pengolahan sampah skala kawasan berupa pembangunan TPS 3R di Pesanggrahan dan Pantai Indah Kapuk. Di Fase 2 (Tahun 2017 2022) ini telah terbangun TPS 3R di Pesanggrahan dan Pantai Indah Kapuk, kemudian direncanakan lagi TPS 3R di Tanah Abang dan Pulo Gebang. Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 4

Di Fase 3 (Tahun 2022 2027) ini telah terbangun TPS 3R di Tanah Abang dan Pulo Gebang, kemudian direncanakan lagi TPS 3R di Kebon Jeruk. Pada Fase 4 (Tahun 2027 2032) ini semua TPS3R telah terbangun. Pada setiap tahapan perencanaan fase fase ini langkah awal dilakukan persiapan sosialisasi awal untuk menyiapkan masyarakat melalui pendampingan agar dapat berperan aktif dengan menjaring minat masyarakat melalui tokoh masyarakatnya. Pendampingan dan pembinaan masyarakat dilakukan karena merupakan langkah yang cukup penting bagi keberlanjutan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat atau saat ini lebih dikenal dengan istilah bank sampah. Melalui tahap ini diharapkan akan dihasilkan fasilitator pemberdayaan, Lembaga Pengelola sampah, pemilihan metode/teknologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R, dan rencana kerja masyarakat. Aspek teknis operasional meliputi kegiatan pengoperasian TPS 3R dan kebutuhan tenaga pelaksana kegiatan operasional. Intermediate Treatment Facility (ITF)/Fasilitas Pengolahan Sampah Antar (FPSA) Sesuai dengan arahan konsep pembangunan Master Plan yang tertuang pada Bab 2 sebelumnya, maka diperlukan adanya pembangunan ITF di Provinsi DKI Jakarta. Teknologi pengolahan sampah saat ini sudah berkembang menjadi sistem pengolahan dengan berbagai macam alternatif. Jadwal perencanaan dan pendanaan pengembangan ITF tercantum pada Lampiran 5.1. Jadwal pembangunan ITF disesuaikan dengan proyeksi timbulan tiap tahun, terdapat pada Tabel 5.4. Fase Tabel 5.4.Pengolahan Sampah tiap Periode Perencanaan Periode Perencanaan Fase 1 2012 2017 Pengolahan a. ITF Sunter Kapasitas 1.000 ton/hari. b. ITF Cakung Cilincing kapasitas 1.000-2.000 ton/hari. Fase 2 2017-2022 a. ITF Sunter Kapasitas 1.000 ton/hari. Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 5

Fase Periode Perencanaan Fase 3 2022 2027 Fase 4 2027-2032 Pengolahan b. ITF Cakung Cilincing kapasitas 1.000-2.000 ton/hari. c. ITF Marunda Kapasitas 1.500-2.000 ton/hari. a. ITF Sunter Kapasitas 1.000 ton/hari. b. ITF Cakung Cilincing kapasitas 1.000-2.000 ton/hari. c. ITF Marunda kapasitas 1.500-2.000 ton/hari. d. ITF Duri Kosambi kapasitas 1.000 ton/hari. a. ITF Sunter Kapasitas 1.000 ton/hari. b. ITF Cakung Cilincing kapasitas 1.000-2.000 ton/hari. c. ITF Marunda kapasitas 1.500-2.000 ton/hari. d. ITF Duri Kosambi kapasitas 1.000 ton/hari. 5.1.5. Pemrosesan Akhir Tempat Pemrosesan Akhir untuk Provinsi DKI Jakarta berada pada TPST Bantargebang, merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/ pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir. TPST Bantargebang ini merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Pengoperasian dan pemeliharaan TPST Bantargebang sanitary landfill, harus dapat menjamin fungsi : a. Sistem pengumpulan dan pengolahan leachate Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 6

b. Penanganan gas c. Pemeliharaan estetika sekitar lingkungan d. Pengendalian vektor penyakit e. Pelaksanaan keselamatan pekerja f. Penanganan tanggap darurat bahaya kebakaran dan kelongsoran. g. Sesuai dengan kelayakan teknis dan pertimbangan sosial-ekonomis yang dikaitkan dengan besaran kota dan timbulan sampah kota, maka untuk TPST Bantargebang menggunakan teknologi Sanitary Landfill. h. Dibutuhkan pengawasan dan pengendalian untuk meyakinkan bahwa setiap kegiatan yang ada di TPST Bantargebang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Data pemantauan di atas perlu dirangkum dengan baik menjadi suatu laporan yang dengan mudah memberikan gambaran mengenai kondisi pengoperasian dan pemeliharaan TPST Bantargebang. i. TPST Bantargebang sebagai Tempat Pemrosesan Akhir, maka wajib terdapat 4 (empat) aktivitas utama penanganan sampah di lokasi TPA, yaitu: Pemilahan sampah Daur-ulang sampah non-hayati (an-organik) Pengomposan sampah hayati (organik) Penimbunan/penimbunan sampah residu dari proses di atas di lokasi penimbunan (landfill) Pengomposan dan daur-ulang diharapkan akan merupakan kegiatan utama, khususnya guna meminimasi sampah yang harus dibuang ke lahan urug (sistem landfill). Kegiatan tersebut juga harus siap untuk tidak difungsikan bila ternyata pasar untuk menerima hasil produksinya mengalami hambatan. Berikut ini adalah kriteria perencanaan untuk TPST Bantargebang yang diterapkan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan operasionalnya. Berikut perencanaan pemrosesan akhir sampah tiap masing masing periode perencanaan, Tabel 5.5. Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 7

Tabel 5.5. Pemrosesan Akhir Sampah tiap Periode Perencanaan Fase Periode Perencanaan Pengolahan Fase 1 2012 2017 TPA Bantar Gebang Fase 2 2018 2022 TPA Bantar Gebang Fase 3 2023 2027 TPA Bantar Gebang (Hanya Residu) Fase 4 2028 2032 TPA Bantar Gebang (Hanya Residu) Rencana Program Pengurangan dan Penanganan Sampah: a. Penanganan sampah sungai, taman, dan ruang terbuka hijau. b. Pembangunan dan pengembangan TPS 3R dan Pemilahan/Pengolahan oleh masyarakat dan pengelola kawasan. c. Pengembangan pengelola sampah berbasis masyarakat secara bertahap. d. Peningkatan pengelolaan sampah skala kawasan secara mandiri-business to Business (pertokoan, mall, dan lain lain). e. Pembangunan dan pengembangan pusat data dan sistem informasi serta monitoring pengelolaan sampah yang berbasis teknologi. 5.2. RENCANA PROGRAM PENGATURAN 1) Pengaturan pemisahan regulator dan operator. 2) Penegakan hukum dan penerapan sanksi hukum. 3) Melengkapi produk hukum sebagai landasan hukum penyelenggaraan pengelolaan sampah. 4) Pemberian insentif dan disinsetif. 5) Penetapan institusi penegakan hukum beserta personil dan pembiayaannya untuk penerapan peraturan yang telah ditetapkan. Jadwal perencanaan dan pendanaan aspek pengaturan tercantum pada Lampiran 5.1. 5.3. RENCANA PROGRAM KELEMBAGAAN 1) Mengevaluasi kelembagaan yang ada di lingkungan di Instansi Pemerintah pengelola sampah meliputi bentuk institusi, struktur organisasi, SDM, Tata Laksana Kerja dan Pola kerjasama antar daerah. 2) Perubahan tugas pokok dan fungsi dari regulator dan operator. Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 8

3) Pembentukan Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) pengelolaan sampah 4) Pembentukan lembaga pengelola sampah lingkup RT/RW dan lingkup kawasan. 5) Peningkatan kerjasama dengan pihak swasta untuk kegiatan pengelolaan sampah 6) Penyesuaian tugas pokok dan fungsi serta koordinasi dari Dinas Kebersihan dengan Pimpinan Wilayah (Walikota, Camat, Lurah, RT/RW). 7) Penyesuaian tugas pokok dan fungsi Dinas Kebersihan dengan pemangku kepentingan lainnya. 8) Penyesuaian tugas pokok dan fungsi Dinas Kebersihan dengan BPLHD terkait dengan sampah B3 rumah tangga. 9) Sertifikasi Manajemen Mutu (ISO: 9002) untuk peningkatan mutu pelayanan pengelolaan sampah. 10) Penetapan sertifikasi dan persyaratan ijin usaha pihak ketiga dalam pengelolaan sampah. Jadwal perencanaan dan pendanaan pengembangan aspek kelembagaan tercantum pada Lampiran 5.1. 5.4. RENCANA PROGRAM PENDANAAN 1) Mengevaluasi terhadap kemampuan anggaran tahunan yang di alokasikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah. 2) Merencanakan alokasi anggaran dalam penanganan pengelolaan sampah. 3) Mengupayakan sumber pembiayaan alternatif. 4) Peningkatan retribusi/iuran pengelolaan sampah 5) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya wajib membayar iuran 6) Bermitra dengan pihak swasta dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah. 7) Memanfaatkan dana CSR dalam pengelolaan sampah 8) Menggali potensi dana swasta dalam program EPR Anggaran untuk pelaksanaan action plan pengelolaan sampah di Provinsi DKI Jakarta mencapai ±Rp 4,9 Trilyun dalam kurun waktu 16 tahun (tidak termasuk Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 9

pembiayaan pembangunan, operasional ITF serta operasional rutin yang telah berjalan sebelumya) yaitu dari tahun 2015 hingga tahun 2032 yang akan dibiayai dari beberapa sumber yaitu : APBN, APBD Provinsi, APBD Kota Administratif, Swasta, Masyarakat, dan Pinjaman Dalam / Luar Negeri. Jadwal perencanaan dan sumber pendanaan tiap tahun perencanaan tercantum pada Lampiran 5.1. 5.5. RENCANA PROGRAM PERAN SERTA MASYARAKAT/ SWASTA/ PERGURUAN TINGGI 1) Meningkatkan peran serta masyarakat/swasta/perguruan tinggi dalam penanganan yang berbasis masyarakat. 2) Meningkatkan pemahaman pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan. 3) Meningkatkan pembinaan serta masyarakat/swasta/perguruan tinggi dalam pengelolaan sampah. 4) Melakukan pemilahan mulai dari sumber. 5) Membayar iuran/retribusi pengelolaan sampah. 6) Meningkatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat pada tingkat RT,RW, Kawasan dan Kelurahan. 5.6. MEMORANDUM PROGRAM Memorandum program untuk aspek teknis teknologi, aspek pengaturan, aspek kelembagaan dan aspek peran serta masyarakat dapat dilihat pada Tabel 5.6 sampai Tabel 5.10 di halaman selanjutnya. 1. Aspek Teknis Teknologi Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 10

Tabel 5.6. Memorandum Program Aspek Teknis-Teknologi Tabel 5.7. Memorandum Program Aspek Teknis Teknologi (lanjutan) Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 11

2. Aspek Pengaturan Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 12

Tabel 5.8. Memorandum Program Aspek Pengaturan 3. Aspek Kelembagaan Tabel 5.9. Memorandum Program Aspek Kelembagaan 4. A spek Peran Serta Masyarakat/Swasta/Perguruan Tinggi Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 13

Tabel 5.10. Memorandum Program Aspek Kelembagaan Penanggung Jawab Program Penanggung jawab program yaitu institusi yang berada di tingkat Pusat, tingkat Provinsi, atau tingkat Kota Administratif yang ditetapkan dengan jelas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Sinergi baik secara nasional maupun lokal sangat diperlukan untuk menunjang pencapaian sasaran program pengelolaan persampahan agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien serta mendukung peningkatan pengelolaan lingkungan hidup. Beberapa institusi dengan bidang tugas pokok dan fungsinya secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pemerintah Pusat Dalam pengelolaan persampahan serta pelayanan publik lainnya, Pemerintah Pusat pada prinsipnya hanya berperan dalam hal pembinaan dan fasilitator. Pemerintah Pusat diharapkan dapat berperan dalam hal : 1. Merumuskan dan melaksanakan action plan nasional 2. Mengkoordinasikan rencana-rencana yang disusun di tingkat lebih rendah agar terpadu dan optimal 3. Menetapkan Peraturan, Standar, Pedoman, dan Ketentuan teknis maupun administratif lainnya untuk tercapainya standar pelayanan minimal 4. Menyediakan bimbingan dan bantuan teknis 5. Memberikan bantuan finansial kepada Pemerintah Provinsi/Kota Administratif untuk kegiatan-kegiatan/proyek yang bersifat strategis dan investasi awal untuk proyek perlindungan lingkungan 6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan teknis aparat Provinsi, maupun Kota Administratif. 7. Menciptakan atmosfer Pengaturan yang kondusif bagi Pihak Swasta untuk berpartisipasi dalam kerjasama pengelolaan/pelayanan Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 14

8. Melaksanakan kerjasama internasional untuk mendapatkan bantuan teknis dan finansial 9. Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi bidang persampahan 10. Merumuskan dan melaksanakan evaluasi periodik atas kinerja pengelolaan persampahan secara nasional b. Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi diharapkan dapat berperan dalam hal : 1. Merumuskan dan melaksanakan action plan tingkat Provinsi 2. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan kepada Pemerintah Kota Adminitratif dalam peningkatan kemampuan institusi dan pembiayaan 3. Membantu koordinasi penyediaan, pembangunan, dan pengelolaan fasilitas yang bersifat inter-regional misalnya TPS 3R ataupun ITF, dengan wilayah pelayanan pada lintas Kota Administratif 4. Melaksanakan pemantauan terhadap kinerja pengelolaan persampahan di la diperlukan dapat menyarankan langkah-langkah penyelesaian atas permasalahan yang terjadi. c. Pemerintah Kota Administratif Pemerintah Kota Administratif merupakan penanggung jawab pelaksanaan pelayanan persampahan sehingga diharapkan akan berperan dalam hal : 1. Merumuskan dan melaksanakan action plan tingkat kota. 2. Melaksanakan pelayanan kebersihan di wilayahnya baik secara langsung maupun dengan bantuan pihak ketiga. 3. Melaksanakan pembuangan akhir secara aman dan sehat 4. Menyediakan alokasi dana yang mencukupi untuk dapat melaksanakan kegiatan pelayanan dengan baik 5. Melaksanakan pembinaan dan pendidikan kepada masyarakat melalui kerjasama dengan pihak terkait misal Departemen/ Dinas Pendidikan. 6. Menyusun dan melaksanakan rencana induk pengelolaan persampahan di wilayahnya. 7. Mengawasi kinerja pengelolaan persampahan. d. Masyarakat Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 15

Masyarakat sebagai penghasil sampah disamping memerlukan jasa pelayanan persampahan juga diharapkan dapat berperan dalam hal : 1. Bekerjasama dengan Pemerintah Kota/Kabupaten dengan melakukan ketentuan penanganan sampah yang sudah diatur dalam Peraturan Daerah maupun pembinaan; misalnya dalam hal penyediaan dan penempatan wadah sampah. 2. Membayar retribusi pelayanan kepada Pemerintah Provinsi/Kota Administratif dan iuran kepada lingkungan setempat sesuai ketentuan/musyawarah yang ada. Retribusi terutama ditujukan pada penghasil sumber sampah yang tidak melakukan pemilahan, baik di TPS 3R maupun pengolahan sampah skala kawasan. 3. Melaksanakan upaya minimalisasi dan daur ulang sampah di tempat beraktivitas. 5.7. RENCANA LEGALISASI RENCANA INDUK Rencana Induk Persampahan Provinsi DKI Jakarta ini harus disahkan dengan Peraturan Gubernur, maka Dinas Kebersihan harus membuat rancangan Peraturan Gubernur yang akan disahkan. Pada program pengembangan aspek pengaturan, penjadwalan mengenai penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur Persampahan Provinsi DKI Jakarta di rencanakan pada Fase 1 yaitu Tahun 2016. Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Sinkronisasi, 2015) V- 16