ARTIKEL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PELEPAH PISANG PADA KOMPOSIT SERAT TEBU TERHADAP KEKUATAN UJI TARIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEAUSAN, KEKUATAN TARIK DAN IMPACT KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU BERMATRIK POLYESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

TUGAS AKHIR. PENGARUH WAKTU RENDAM BAHAN KIMIA NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING SEBAGAI FIBER DENGAN MATRIK POLYESTER

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, seiring dengan meningkatnya penggunaan bahan tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

I.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Serat batang pisang kepok(musa paradisiaca) pada umumnya hanya

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 KEKUATAN TARIK SERAT IJUK (ARENGA PINNATA MERR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

: SYAIFUL ANWAR SANI D JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) Padang

ANALISA TEKNIS KEKUATAN MEKANIS MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT AMPAS TEBU (BAGGASE) DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK DAN IMPAK

ANALISA KEKUATAN MEKANIS MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT TEBU DITINJAU DARI KEKUATAN IMPACK DAN KEKUATAN TARIK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Djati Hery Setyawan D

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

TUGAS AKHIR. PENGARUH PROSENTASE BAHAN KIMIA 4%, 5%, 6%, 7% NaOH TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERAT BULU KAMBING DENGAN MATRIK POLYESTER

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH SAMBUNGAN MEKANIK TIPE BOLTED BONDED TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Momentum, Vol. 14, No. 1, April 2018, Hal ISSN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. posterior dalam dunia kedokteran gigi terus mengalami peningkatan yang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak. dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

BAB I PENDAHULUAN. relatif sulit, dapat mengalami korosi dan biaya produksi yang mahal. logam, salah satu material yang banyak dikembangkan saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dibudidayakan. Pada hakekatnya, tanaman pisang diklasifikasikan dalam berbagai

Gambar 1.1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon Sago

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-101

Uji Karakteristik Serat Abaca Anyaman 3D Pada Fraksi Volume (30%, 40%, 50%, 60%)

BAB I PENDAHULUAN. material teknik. Material komposit khususnya dengan penguatan serat alam mulai

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. komposit tidak hanya dari komposit sintetis tetapi juga mengarah ke komposit

UJI KARAKTERISTIK SIFAT FISIS & MEKANIS SERAT AGAVE CANTULA ROXB (NANAS) ANYAMAN 2D PADA FRAKSI BERAT (30%, 40%, 50%, 60%)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bahan yang digunakan pada pembuatan panel kayu sengon laut ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH KOMPOSIT SERAT PANDAN SAMAK TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING PADA MATERIAL BODI KENDARAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA TEKNIS PENGGUNAAN SERAT DAUN NANAS SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN KOMPOSIT PEMBUATAN KULIT KAPAL DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK, BENDING DAN IMPACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi untuk beberapa abad ke depan, semakin meningkat

NASKAH PUBLIKASI. SIFAT FISIS DAN MEKANIS AKIBAT PERUBAHAN TEMPERATUR PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT BATANG PISANG YANG DI TREATMENT MENGGUNAKAN KMnO 4

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan untuk penelitian material komposit ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari logam, proses pembentukannya yang relatif lebih sulit, dapat

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat, baik dalam bidang material logan maupun non logam. Selama ini keberadaan material logam dalam bidang industri sangat

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBEBANAN STATIK TERHADAP PERILAKU MEKANIK KOMPOSIT POLIMER YANG DIPERKUAT SERAT ALAM

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

Transkripsi:

ARTIKEL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PELEPAH PISANG PADA KOMPOSIT SERAT TEBU TERHADAP KEKUATAN UJI TARIK Oleh: GHOZALI MAHAR DIRGA 14.1.03.01.0120 Dibimbing oleh : 1. Irwan Setyowidodo, M.Si. 2. Ali Akbar, M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2018

SURAT PERNYATAAN ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2018 Yang bertandatangan dibawah ini: Nama Lengkap : Ghozali Mahar Dirga NPM : 14.1.03.01.0120 Telepun/HP : 085 708 540591 Alamat Surel (Email) : mahardirga@gmail.com Judul Artikel : Pengaruh Penambahan Serat Pelepah Pisang Pada Komposit Serat Tebu Terhadap Kekuatan Uji Tarik Fakultas Program Studi : Nama Perguruan Tinggi : Alamat Perguruan Tinggi : Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 76 Kediri Dengan ini menyatakan bahwa: a. Artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan bebas plagiarisme; b. Artikel telah diteliti dandisetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data dengan pernyataan ini dana atau ada tuntutan dari pihak lain, saya bersedia bertanggungjawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembimbing I Mengetahui Pembimbing II Kediri, 6 Agustus 2018 Penulis, Irwan Setyowidodo, M.Si. NIDN. 070198404 Ali Akbar, M.T. NIDN. 0001027302 Ghozali Mahar Dirga NPM. 14.1.03.01.0120 1

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PELEPAH PISANG PADA KOMPOSIT SERAT TEBU TERHADAP KEKUATAN UJI TARIK Ghozali Mahar Dirga 14.1.03.01.0120 mahardirga@gmail.com Irwan Setyowidodo, M.Si. Ali Akbar, M.T. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil observasi di lapangan bahwa, serat tebu dan serat pelepah pisang merupakan sumber daya alam yang kurang diperhatiakan dan tidak dimanfaatkan, serat ini juga mudah didapat, murah, tidak membahayakan kesehatan, dapat terdegredasi secara alami (biodegradability) sehingga nantinya dengan pemanfaatan sebagai serat penguat komposit mampu mengatasi permasalahan lingkungan, serta belum ada penelitian material komposit tentang pencampuran dua jenis filler tersebut. Dari pertimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisa teknis berupa kekuatan tarik dari komposit berpenguat serat ampas tebu (baggase) yang dicampurkan dengan serat pelepah pisang. sebagai penguat matrik resin polyester. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh komposit serat tebu yang ditambahkan serat pelepah pisang terhadap kekuatan tarik. Dalam proses pembuatan komposit, peneliti menggunakan standar pengujian JIS K 7113. Matriks yang digunakan berupa resin polyester dengan variasi serat ampas tebu (25%,20%, 15%, 10%, 5%) dengan campuran serat pohon pisang (5%, 10%, 15%, 20%, 25%). Jumlah spesimen dalam penelitian ini sebanyak 30 buah dengan setiap variasi menggunakan 6 kali uji coba kekuatan tarik dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik mekanik komposit. Hasil eksperimen dan uji statistik yang telah dilakukan peneliti disimpulkan bahwa ada pengaruh penambahan serat pelepah pisang terhadap komposit serat tebu terhadap kekuatan tarik. Pada penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar volume serat pelepah pisang pada komposit serat ampas tebu maka nilai kekuatan tariknya akan semakin besar dengan nilai kekuatan tarik mencapai 21 Mpa dengan variasi serat tebu 10% dan serat pelepah pisang 20% menghasilkan kekuatan tarik sebesar 21 Mpa. KATA KUNCI : Komposit, Pengujian Tarik, Serat Tebu, Serat Pelepah Pisang 2

I. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu material khususnya di bidang polimer pada hakikatnya terus berkembang seiring dengan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dengan memanfaatkan pengolahan bahan dan teknologi. Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mendapatkan material baru adalah pemanfaatan bahan yang berasal dari tumbuhan atau serat organik. Dalam penggunaannya polimer sintesis berbahan serat dapat menggantikan logam, kayu, kulit dan bahan alami lainnya dengan berbagai keunggulan seperti: harga yang jauh lebih murah, ramah lingkungan, dan beberapa diantaranya merupakan optimalisasi produk limbah yang belum dimanfaatkan. Komposit serat alam di indonesia terus dikembangkan. Seperti misalnya serat batang pisang dan serat tebu merupakan salah satu bahan natural fibre alternatif dalam pembuatan komposit secara ilmiah sebagai penguat komposit, pemanfaatannya terus dikembangkan dalam dunia otomotif dan tekstil. Pada pengujian yang pernah dilakukan sebelumnya nilai kekuatan tarik dan modulus elastisitas pada serat tebu belum dapat digunakan sebagai serat penguat dalam pembuatan kulit badan kapal karena belum memenuhi nilai standar persyaratan yang disyaratkan oleh pihak BKI yaitu nilai standar kekuatan tarik sebesar 10 kg/mm 2 dan modulus elastisitas sebesar 700 kg/mm 2 (Hartono Y, dkk, 2008). Sedangkan dari seluruh produksi tebu di indonesia, hanya 2.154,4 ribu ton gula yang dihasilkan dengan limbah bagasse berkisar 4.449,6 ribu ton. Sehingga diperlukan pemanfaatan terhadap potensi ampas tebu yang cukup besar. (Lizda, 2013). Pohon pisang umumnya hanya berbuah sekali saja setelah itu perlahan membusuk dan mati dan menjadi limbah. Hasil penelitian sebelumnya dari sekitar 10 jenis tanaman berserat yang tumbuh di indonesia, serat pisang memiliki paling banyak keunggulan dari segi panjang serat, kekuatan, ketersediaan, cara pembudidayaan, dan faktor ramah lingkungan serta tidak membahayakan untuk kesehatan (biodegradeble). Diharapkan dengan penelitian pengaruh penambahan serat pelepah pisang pada komposit serat tebu dapat meningkatkan nilai kuat tarik komposit tebu dan meningkatkan nilai 6

ekonomi dari limbah ampas tebu dan pelepah pisang. II. METODE PENELITIAN a. Alat Penelitian Adapun alat penelitian yang digunakan timbangan digital mesin uji tarik model WDW E200, kaca bening dengan ukuran (200 x 200 x 10 mm 3 ) 4 buah, gelas ukur 1000 ml, sisir, perkakas pelengkap, dan roller b. Bahan Penelitian 1. Serat tebu Serat tebu atau bagas atau yang sering disebut ampas tebu ( reinforcement), termasuk limbah atau bagian dari tebu yang kurang dimanfaatkan,dapat diperoleh dari pabrik gula di daerah kota kediri. dari bagian pohonnya, diperoleh dari perkebunan buah pisang yang didaerah kota kediri. Gambar 2.2 Serat Pelepah Pisang 3. Katalis Katalis adalah bahan yang digunakan sebagai pereaksi agar resin dapat mengeras serta mempercepat proses pengerasan dalam pembuatan komposit. Katalis ini berjenis metyl etyl keton peroksida (MEKPO)). Gambar 2.3 Katalis Gambar 2.1 Serat Ampas Tebu Spesimen uji tarik yang mengacu pada standart JIS K 7113 seperti gambar berikut: 2. Serat Pelepah Pisang Serat pelepah pisang (reinforcement), yang diambil 7

regangan, dan modulus elastisitas. III. HASIL DAN KESIMPULAN Gambar 2.4 Bentuk Spesimen Standar JIS K 7113 (1981) c. Proses pembuatan spesimen Proses pembuatan spesimen dilakukan dengan memotong benda kerja yang mengacu pada standart uji JIS K 7113 untuk pengujian material plastik. Gambar 2.5 Spesimen Uji Tarik d. Teknik Pengolahan Data Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Teknik Faktorial berdasarkan hasil eksperimen, sedangkan metode analisis of varians (ANOVA) dan pengelolaan dipergunaan dengan bantuan softwere Minitab 18 Dalam pengelolaan akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai hasil uji tarik yang meliputi nilai tegangan, Unsur kimia yang mempengaruhi kuat tarik pada serat alam adalah kandungan selulosa, disebabkan selulosa merupakan komponen yang mendominasi karbohidrat yang berasal dari tumbuhtumbuhan hampir mencapai 50%, karena selulosa merupakan unsur struktural dan komponen utama bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh - tumbuhan. Selulosa merupakan β-1,4 poli glukosa, dengan berat molekul sangat besar. Unit ulangan dari polimer selulosa terikat melalui ikatan glikosida yang mengakibatkan struktur selulosa linier. Keteraturan struktur tersebut juga menimbulkan ikatan hidrogen secara intra dan intermolekul. Fungsi dasar selulosa adalah untuk menjaga struktur dan kekakuan bagi tanaman. Selulosa bertindak sebagai kerangka untuk memungkinkan tanaman untuk menahan kekuatan mereka dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda. Itulah sebabnya dinding sel tanaman kaku dan tidak dapat berubah-berubah bentuk. 8

Beberapa molekul selulosa akan membentuk mikrofibril dengan diameter 2-20 nm dan panjang 100-40000 nm yang sebagian berupa daerah teratur (kristalin) dan diselingi daerah amorf yang kurang teratur. Beberapa mikrofibril membentuk fibril yang akhirnya menjadi serat selulosa. Selulosa memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan pelarut. Hal ini berkaitan dengan struktur serat dan kuatnya ikatan hidrogen. mengandung Ampas tebu sebagian besar bahan-bahan lignoselulosa. Ampas tebu mengandung air 48-52%, gula ratarata 3,3% dan serat ratarata 47,7%. Serat tebu tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin (Idris et al., 1994). Kandungan Penyusun dalam Serat Lignin 25% Tebu Hemiselulosa 25% Selulosa 50% Gambar 3.1 Struktur Penyusun Serat Tebu Pelepah pisang merupakan salah satu koponen penting pada pohon pisang. Batang pisang mengandung lebih dari 80% air dan memiliki kandungan selulosa dan glukosa yang tinggi sehingga sering dimanfaatkan sebagai bahan penguat komposit. Gambar 3.2 Struktur Penyusun Serat Pelepah Pisang Setelah didapatkan data kandungan kimia pada serat tebu dan serat pelepah pisang, dapat disimpulkan kandungan selulosa pada serat pelepah pisang lebih besar dibanding serat tebu, sehingga pengaruh penambahan serat pelepah pisang Hemiselulosa 12% pada komposit serat tebu seharusnya terus mengalami kenaikan nilai kuat tarik di setiap penambahan fraksi serat pelepah pisang. Penulis menyimpulkan adanya penurunan nilai disebabkan kurangnya kerekatan antara serat tebu dengan serat pelepah pisang sehingga mengalami kerenggangan Kandungan Kimia Pada Serat Pelepah Pisang Lignin 8% atau menimbulkan rongga dan mengakibatkan turunnya nilai tarik fraksi serat pelepah pisang 0% ke nilai tarik pada fraksi serat pelepah pisang 5% Selulosa 80% Maka dengan semakin bertambahnya kandungan partikel pada komposit, kerapatan antar 9

IV. partikel semakin tinggi dan partikel ikut membantu matrik dalam menompang beban saat dilakukan penarikan, dan oleh sebab itu komposit serat ampas tebu 5% yang ditambahkan serat pelepah pisang 20% memiliki kekuatan tarik yang jauh lebih besar dibandingkan dengan komposit dengan variasi yang lain. Jika komposit hibrid mengalami penurunan sifat kekuatan tarik seiring dengan bertambahnya komposisi pengisi alami yang disebabkan karena ikatan interfasa yang buruk antara matriks dan pengisi seperti pada komposit serat ampas tebu, maka perlu ditambahkan serat pelepah pisang yang memiliki karakteristik yang lebih kuat, tidak berongga dan sangat rapat untuk meningkatkan hubungan interfasa yang baik antara matriks dan pengisi yang dapat meningkatkan sifat kekuatan tarik komposit. PENUTUP Hasil eksperimen dan uji statistik yang telah dilakukan peneliti disimpulkan bahwa ada pengaruh penambahan serat pelepah pisang terhadap komposit serat tebu terhadap kekuatan tarik. Pada penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar volume serat pelepah pisang pada komposit serat ampas tebu maka nilai kekuatan tariknya akan semakin besar dengan nilai kekuatan tarik mencapai 21 Mpa dengan variasi serat tebu 10% dan serat pelepah pisang 20% menghasilkan kekuatan tarik sebesar 21 Mpa. DAFTAR PUSTAKA Hartono, Y. 2008. Analisa Teknis Kekuatan Mekanis Material Komposit Berpenguat Serat Ampas Tebu ( Baggase) Ditinjau Dari Kekuatan Tarik Dan Impak. Jurnal Teknik Perkapalan. (Online), tersedia: https://ejournal.undip.ac.id/index.p hp/kapal/article/view/3197, diunduh 27 Oktober 2017. Eqitha, D.C. dan Lizda, J.M. 2013. Pembuatan dan Karakteristik Komposit Polimer Berpenguat Bagasse. Jurnal Teknik Pomits, 02 (02) : 1-6. (Online), tersedia: http://ejurnal.its.ac.id/index.php/tek nik/article/view/ 4295, diunduh 27 Oktober 2017. 10