glomerolus mengalami penurunan (KDIGO, 2012).

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN STATUS BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain


I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

1 Felix E. Suyatno 2 Linda W. A. Rotty 2 Emma S. Moeis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

STATUS BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG SEDANG MENJALANI HEMODIALISIS DI BLU RSU.Prof.Dr.R.D KANDOU MANADO

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju maupun berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

GAMBARAN PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PRE DAN POST HEMODIALISA DI RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

ABSTRAK. Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

BAB I PENDAHULUAN. gizi mikro. Defisiensi besi sering ditemukan bersamaan dengan obesitas.

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengukur hemoglobin pada sejumlah volume darah. Kadar normal hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah penyakit tidak menular yang berlangsung sangat lama dan dapat menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, maupun psikokultural, dimana penanganannya dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan fungsi penderita baik itu secara fisik, sosial, spiritual maupun psikologis (Dewi, 2014). Menurut Irwan (2016), salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori penyakit tidak menular adalah gagal ginjal kronik. Penyakit gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan penyakit tidak menular yang mengenai organ ginjal, dimana organ ginjal tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah akibat laju filtrasi glomerolus mengalami penurunan (KDIGO, 2012). Annual Data Report of the US Renal Data System (USRDS). Pada tahun 2015 menemukan bahwa pada akhir Desember 2013 ada 661.648 kasus gagal ginjal kronik, dan sekitar 2.034 per juta penduduk di Amerika Serikat menderita gagal ginjal kronik. Jumlah kasus gagal ginjal kronik ini terus meningkat dari tahun 2010, hingga mencapai 21.000 kasus per tahun (USRDS, 2015).

2 Pada tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang menderita penyakit gagal ginjal kronik ditemukan sebanyak 499.800 jiwa dan sebanyak 1.499.400 penduduk Indonesia menderita batu ginjal (Riskesdas, 2013). Penyakit gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit seperti penyakit vascular, penyakit glomerulus kronis, infeksi kronis, hipertensi, diabetes, proses obstruksi dan lain sebagainya. Untuk penanganannya sendiri dapat dilakukan dengan cara transplantasi ginjal atau cuci darah/hemodialisis (Bayhakki, 2013). Hemodialisis atau cuci darah merupakan terapi pengganti ginjal untuk membersihkan sisa metabolik yang ada di dalam darah, terapi ini paling sering digunakan pada penderita gagal ginjal kronik dengan tujuan untuk memperpanjang dan memperbaiki kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik. Efek samping dilakukannya hemodialisis yaitu, tekanan darah rendah, gejala sepsis seperti demam tinggi dan pusing, kram pada otot, insomnia serta sakit pada tulang dan persendian. Terapi hemodialisis sendiri biasanya dilakukan seminggu 1-3 kali dengan waktu 2-5 jam (Ramayulis, 2016). Menurut Indonesian Renal Registry (IRR), jumlah lamanya menjalani hemodialisis pada penderita gagal ginjal kronik pada tahun 2015 mencapai 20.000 di daerah Jawa Tengah. Dan sebanyak 374.751 penderita gagal ginjal kronik menjalani hemodialisis selama 3-4 jam. Hal ini masih dibawah standar durasi tindakan dilakukannya terapi hemodialisis pada penderita gagal ginjal kronik yang sebaiknya dilakukan selama 5 jam.

3 Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2015, mendapatkan data bahwa penderita gagal ginjal kronik yang sedang menjalani terapi hemodialisis ditemukan sebanyak 98% dan sisanya sedang menjalani terapi Peritoneal Dialisis (PD) yaitu sekitar 2%. Sedangkan menurut Indonesian Renal Registry (IRR) jumlah pasien aktif maupun pasien baru yang sedang menjalani hemodialisis pada penderita gagal ginjal kronik dari tahun 2007-2016 mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2015. Jumlah peningkatan penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis paling tinggi terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun, baik itu pasien baru maupun pasien yang aktif menjalani hemodialisis. Penderita gagal ginjal kronik yang sedang melakukan hemodialisis menderita anemia. Anemia merupakan salah satu komplikasi dari penyakit gagal ginjal kronik. Anemia muncul ketika klirens kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik mengalami penurunan kira-kira sebanyak 40 ml/mnt/1,73m 2 dari permukaan tubuh. Anemia pada penderita gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh defisiensi besi. Anemia defisiensi besi ini disebabkan oleh adanya perdarahan tersembunyi (occult blood loss), kehilangan darah selama proses dialisis, seringnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium dan lainnya yang juga ditandai dengan penurunan saturasi transferin dan berkurangnya kadar feritin. Dan untuk mendiagnosa terjadinya anemia defisiensi besi dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium status besi konventional seperti serum iron (SI), Total Iron Binding Capacity (TIBC),

4 saturasi transferin dan serum feritin. Hal lain yang ikut berperan dalam terjadinya anemia adalah kehilangan darah, defisiensi asam folat, proses inflamasi akut maupun kronik (Suwitra, K, 2014). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, seorang penderita dinyatakan terkena anemia apabila kadar hemoglobinnya (Hb) < 13 g/dl pada laki-laki dan pada perempuan kadar hemoglobinnya (Hb) < 12 g/dl. Penderita gagal ginjal kronik yang terkena anemia diperkirakan mencapai 80-90%. Serta menurut Pernefri pada tahun 2011 penderita gagal ginjal kronik dikatakan menderita anemia apabila hemoglobinnya < 10 gr/dl dan hematokritnya < 30%. Apabila terjadi anemia dan mengalami penurunan hb serta serum iron dapat mengakibatkan kelelahan, lemah, pucat pada kulit dan gusi, serta detak jantung tidak teratur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ombuh dkk pada tahun 2013, menunjukkan bahwa semua pasien penyakit ginjal kronik mengalami penurunan Hb dan Serum Iron yang menurun sebanyak 40%, yang normal sebanyak 60%, dan Feritin yang meningkat sebanyak 46,7%, yang tidak ada data sebanyak 53,3% dan TIBC yang menurun sebanyak 80%, yang normal sebanyak 20% dan Saturasi Transferin yang menurun sebanyak 6,7% yang meningkat sebanyak 3,3% dan yang normal sebanyak 90%. Pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis semuanya mengalami anemia. Anemia yang sering terjadi disebabkan oleh karena adanya defisiensi eritropoetin. Namun ada juga yang disebabkan oleh karena adanya defisiensi

5 besi yang ditandai dari pemeriksaan status besi dimana saturasi transferin < 20%. Ada juga didapatkan peningkatan feritinin > 400 ng/ml yang disebabkan oleh karena seringnya melakukan transfusi darah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan, dkk pada tahun 2014, menunjukkan bahwa dari 57 pasien yang memenuhi kriteria inklusi berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki 41 (72%) dan perempuan 16 (28%), berdasarkan kelompok usia terbanyak yaitu jatuh pada usia 41-64 tahun 38 (67%), distribusi hasil laboratorium berdasarkan kadar hemoglobin, laki-laki yang paling banyak yaitu, 8-8,9 g/dl 15 (37%), sama halnya pada perempuan 5 (32%), hematokrit pada laki-laki mencapai 24-26,9% 14 (34%), dan perempuan 21-23,9% 5 (32%), nilai serum ion terbanyak mencapai 59-158 ug/dl 33(58%), untuk TIBC <250 ug/dl 52 (91%) dan nilai kadar saturasi transferinnya yang paling banyak >50% 27 (48%). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo pada bulan Januari Juli 2018 melalui hasil catatan rekam medik, didapatkan sebanyak 189 penderita gagal ginjal kronik sedang menjalani hemodialisis. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik mengambil judul Hubungan Lamanya Menjalani Hemodialisis dengan Status Zat Besi Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat ditemukan oleh penulis adalah Adakah hubungan lamanya menjalani hemodialisis dengan status zat besi pada penderita gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui hubungan lamanya menjalani hemodialisis dengan status besi pada penderita gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo. Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan karakteristik responden penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo 2. Mendeskripsikan lamanya menjalani hemodialisis pada penderita gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo 3. Mendeskripsikan status kadar besi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo

7 4. Mengetahui hubungan lamanya menjalani hemodialisis dengan status besi pada penderita gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penderita Gagal Ginjal Kronik Memberikan informasi mengenai adanya hubungan lamanya menjalani hemodialisis dengan status besi pada penderita gagal ginjal kronik serta memberikan informasi mengenai pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, serum iron (SI), Total Iron Binding Capacity (TIBC), saturasi transferin dan serum feritin 2. Bagi Instansi Terkait Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi kalangan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang berhubungan dengan judul penelitian di atas 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai gagal ginjal kronik, status besi yang harus diperiksa apa saja serta lamanya menjani hemodialisis

8 E. Keaslian Penelitian 1. Ombuh dkk (2013), melakukan penelitian tentang Status Besi pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal yang sedang Menjalani Hemodialisis di Blu RSU Prof.Dr.R.D Kandau Manado Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan melihat data rekam medik pada pasien yang sedang menjalani hemodialisis dengan tekhnik purposive sampling. Dimana semua pasien penyakit ginjal kronik mengalami penurunan Hb dan Serum Iron yang menurun sebanyak 40%, yang normal sebanyak 60%, dan Feritin yang meningkat sebanyak 46,7%, yang tidak ada data sebanyak 53,3% dan TIBC yang menurun sebanyak 80%, yang normal sebanyak 20% dan Saturasi Transferin yang menurun sebanyak 6,7% yang meningkat sebanyak 3,3% dan yang normal sebanyak 90%. Pada penderita gagal ginjal kronik ysng menjalani hemodialisis semuanya mengalami anemia. Anemia yang sering terjadi disebabkan oleh karena adanya defisiensi eritropoetin. Namun ada juga yang disebabkan oleh karena adanya defisiensi besi yang ditandai dari pemeriksaan status besi dimana saturasi transferin < 20%. Ada juga didapatkan peningkatan feritinin > 400 ng/ml yang disebabkan oleh karena seringnya melakukan transfusi darah. 2. Kurniawan, dkk (2014), melakukan penelitian tentang Gambaran Status Besi pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani

9 Hemodialisis Penelitian ini menggunakan metode retrospektif deskriptif berdasarkan data prime pada periode November-Desember 2013 di Instalasi Tindakan Hemodialisis BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou dengan variabel penelitian yang digunakan yaitu umur, jenis kelamin, hasil laboratorium, penyebab gagal ginjal kronik, lamanya hemodialisis. Hasil dari penelitian ini adadalah dari 57 pasien yang memenuhi kriteria inklusi berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki 41 (72%) dan perempuan 16 (28%), berdasarkan kelompok usia terbanyak yaitu jatuh pada usia 41-64 tahun 38 (67%), distribusi hasil laboratorium berdasarkan kadar hemoglobin, laki-laki yang paling banyak yaitu, 8-8,9 g/dl 15 (37%), sama halnya pada perempuan 5 (32%), hematokrit pada laki-laki mencapai 24-26,9% 14 (34%), dan perempuan 21-23,9% 5 (32%), nilai serum ion terbanyak mencapai 59-158 ug/dl 33(58%), untuk TIBC <250 ug/dl 52 (91%) dan nilai kadar saturasi transferinnya yang paling banyak >50% 27 (48%). Berdasarkan hasil penelitian di atas, persamaannya adalah sama-sama meneliti kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal kronik, sedangkan perbedaanya adalah dari desain peneltian, variabel dependennya, uji yang dilakukan dan tempat penelitiannya. 3. Sudha, R, dkk (2015), melakukan penelitian tentang Serum Zinc And Copper Levels In Maintenance Haemodialysis Patients And Its Relationship With Depression And Anxiety. Penelitian ini

10 menggunakan metode cross sectional, yang dilakukan pada 65 pasien hemodialisis bertingkat pada jumlah yang sama dari subyek penelitian yang relevan dengan usia dan jenis kelamin, dan dibandingkan ke individu yang sehat selama 3 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 89% dan 98% pasien hemodialisis masingmasing menderita depresi dan kecemasan. Kadar rata-rata serum besi dan albumin adalah 56,25 ± 22,85 μg /dl vs 83,8 ± 18,12 μg /dl dan 3,14 ± 0,49 gm/dl vs 3,95 ± 0,37 gm/dl yang secara signifikan menurun pada pasien hemodialisis bila dibandingkan dengan kontrol. Korelasi negatif ditemukan antara kadar serum besi dan putus depresi tetapi, bukan untuk kecemasan pada pasien hemodialisis. Tingkaat kadar tembaga serum pada pasien hemodialisis acuh tak acuh dari kontrol (118,2 ± 41,59 μg/dl vs 102,23 ± 30 μg/dl). Studi ini menyimpulkan bahwa mayoritas pasien menjalani hemodialisis kronis mengalami depresi berat dan gelisah. Pasien dengan hemodialisis reguler mengalami penurunan kadar besi dan memiliki psikiatri yang lebih berat gangguan dari yang lain.