1 BAB 4 METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.) sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sentral bagian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Koloni bakteri endofit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperiment.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. terdapat adanya perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian dan diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. in vitro. Rancangan penelitian yang digunakan adalah post-test kelompok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB 4 METODE PENELITIAN. (True experiment-post test only control group design). Dalam penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode difusi dengan teknik sumuran.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB IV METODE PENELITIAN. Post test only control group design (Marczyk dkk., 2005). Bagan rancangan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

Transkripsi:

1 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (True Experimental Design) dengan rancangan yang digunakan adalah Post Test Only Control Group Design. Metode yang digunakan adalah uji dilusi tabung (tube dilution test) dan metode turbidimetri untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.) sebagai antifungal dengan berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri Malassezia furfur secara in vitro. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang dengan estimasi waktu selama 1 bulan. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah jamur M. furfur yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. 4.3.2 Sampel 1 Sampel dalam penelitian ini adalah jamur M. furfur yang diambil dengan menggunakan Simple Random Sampling. 4.3.3 Estimasi Jumlah Pengulangan Penelitian menggunakan 8 kelompok perlakuan ekstrak kulit pisang kepok, satu kelompok kontrol negatif dan satu kelompok kontrol positif, sehingga terdapat 30

31 10 kelompok. Berdasarkan rumus Faderer (1991) dengan p adalah jumlah perlakuan dan n adalah jumlah pengulangan, maka: 2 ( p-1 ) ( n-1 ) 15 3 4 ( 10-1 ) ( n-1 ) 15 5 6 9 ( n-1) 15 7 8 9n 9 15 9 10 n 2,67 3 11 Ket : p = jumlah perlakuan 12 n = jumlah ulangan yang diperlukan 13 Dari hasil perhitungan diatas, maka diperlukan sebanyak tiga kali pengulangan untuk setiap sampel, sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini diperlukan sebanyak 30 sampel ekstrak kulit pisang dengan konsenstrasi yang berbeda. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit pisang kepok dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,12%, 1,56%, 0,78%, 0,39%, 0%. 4.4.2 Variabel Tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah jumlah koloni jamur M. furfur dengan mengukur tingkat kekeruhan yang dihasilkan pada media Sabouraud Dextrose Broth (KHM) dan jumlah koloni jamur M.furfur pada Sabouraud Dextrose Agar (KBM).

32 4.5 Definisi Operasional Tabel 4.1 Definisi Operasional No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Indikator penilaian Skala Variabel Bebas 1. Ekstrak Ekstrak kulit pisang kulit kepok merupakan pisang limbah kulit pisang kepok kepok diekstraksi (Musa menggunakan paradisiac metode maserasi a) dengan pelarut ethanol 70% kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat dari ampas selanjutnya diuapkan dengan rotatory evaporator sehingga dihasilkan ektrak kulit pisang kepok yang bebas dari pelarut Variabel Tergantung 2. Pertumbuh an M. furfur 3. KHM (Kadar Hambat Minimum) biakan murni yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang pertumbuhannya di lihat dengan menghitung jumlah koloni pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) kadar atau konsentrasi minimal ekstrak kulit pisang kapok (Musa paradisiaca) yang dapat menghambat Diekstrasi dan dimaserasi dengan ethanol 70 % lalu diuapkan dalam rotary evaporator Penghitungan dengan Colony Counter Metode turbidimetri yang dibandingkan dengan jumlah koloni jamur Konsentrasi : 1. 100% 2. 50% 3. 25% 4. 12,5% 5. 6,25% 6. 3,12% 7. 1,56% 8. 0,78% 9. 0,39% 10. 0% Jumlah koloni pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) Konsentrasi Ekstrak Kulit Pisang Kepok yang paling mendekati kontrol bahan Ordinal Rasio Nominal

33 3. KBM (Kadar Bunuh Minimal) pertumbuhan jamur M. furfur kadar atau konsentrasi minmal ekstrak kulit pisang kepok yang dapat membunuh jamur M. furfur, ditandai dengan tidak terdapatnya pertumbuhan koloni M. furfur pada Sabouraud Dextrose Agar sampai 99,9% pada metode dilusi tabung di masingmasing konsentrasi Penghitungan dengan Colony Counter (-) Tidak adanya pertumbuhan jamur pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) Rasio 4.6 Instrumen Penelitian 4.6.1 Alat dan Bahan Pembuatan Sabouraud Dextrose Agar 1. Alat o Tabung Erlenmeyer o Autoklaf o Cawan Petri o Stirrer 2. Bahan o Bubuk SDA 13 gr o Aquades 200 ml o Minyak zaitun 0,2 ml o Pengemulsi Tween 0,2 ml o Kapsul Antibiotik Rifampisin 450 mg

34 4.6.2 Alat dan Bahan Pembuatan Sabouraud Dextrose Broth 1. Alat o Tabung ukur 100ml o Tabung Erlenmeyer o Autoklaf o Stirrer 2. Bahan o Bubuk SDA 1 gr o Aquades 15 ml o Minyak zaitun 0,015 ml o Pengemulsi Tween 0,015 ml o Kapsul Antibiotik Rifampisin 450 mg 4.6.3 Alat dan Bahan Identifikasi Malassezia furfur 1. Alat o Ose o Object glass o Cover glass o Mikroskop 2. Bahan o Isolat jamur M. furfur o Aquades o Pewarna LPCB o Minyak imersi

35 4.6.4 Alat dan Bahan Uji Kepekaan Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca) 1. Alat o Tabung reaksi steril o Ose o Inkubator o Lampu spirtus o Label o Vortex o Colony counter 2. Bahan o Pemberian cair jamur M. furfur o Ekstrak kulit pisang kepok o Sabouraud Dextrose Broth o Sabouraud Dextrose Agar o Aquades 4.7 Prosedur Penelitian 4.7.1 Sterelisasi Alat Sterelisasi alat dilakukan dengan cara: 1. Mencuci semua peralatan dengan sabun hingga bersih dan di keringkan menggunakan tisu. 2. Alat-alat yang dapat disterilkan dalam autoklaf dibungkus dengan kertas dan dimasukan dalam autoklaf pada suhu 121 o C dengan

36 tekanan 15 atm selama 15 menit. Sedang alat yang tidak dapat disterilkan dengan autoklaf disterilkan dengan alkohol 96%. 4.7.2 Pembuatan Medium Sabouraud Dextrose Agar Sabouraud Dextrose Agar dibuat dengan cara : 1. Tuang aquades 200 ml ke dalam bubuk SDA 13 gr 2. Larutkan tween dengan minyak zaitun 3. Campurkan minyak zaitun dengan larutan SDA lalu disterilisasi 4. Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang telah disterilisasi diberikan antibiotik rifampisin 450 mg sebanyak 0,2 ml lalu dituangkan ke dalam masing-masing cawan petri sebanyak 20 ml 4.7.3 Pembuatan Medium Sabouraud Dextrose Broth (SDB) Sabouraud Dextrose Broth dibuat dengan cara: 1. Tuang aquades 15 ml ke dalam bubuk SDA 1 gr 2. Endapkan larutan SDA hingga timbul endapan di bagian bawah, ambil larutan SDA yang berada di bagian atas endapan 3. Larutkan tween dengan minyak zaitun 4. Campurkan minyak zaitun dengan larutan SDB lalu disterilisasi 5. Sabouraud Dextrose Broth (SDB) yang telah disterilisasi diberikan antibiotik rifampisin 450 mg sebanyak 0,015 ml 4.7.4 Pembuatan Perbenihan Cair Jamur 1. Ambil 1 ose koloni jamur yang sudah di remajakan sebanyak 1 kali goresan kemudian suspensikan kedalam 10 ml SDB didalam tabung reaksi. Tabung reaksi kemudian divortex dan disesuaikan dengan standart McFarland 1,5x10 8 CFU/ml.

37 2. Setelah mendapatkan 10 ml koloni jamur Malassezia furfur dengan suspensi sebesar 1,5x10 8 CFU/ml, ambil 1 ml dan campurkan dengan 9 ml aquadest kedalam tabung reaksi yang baru dan tabung kemudian di vortex hingga mendapatkan koloni jamur Malassezia furfur dengan suspensi sebesar 1,5x10 7 CFU/ml 3. Setelah mendapatkan 10 ml koloni jamur Malassezia furfur dengan suspensi sebesar 1,5x10 7 CFU/ml, ambil 1 ml dan campurkan dengan 9 ml SDB kedalam tabung reaksi yang baru dan tabung kemudian di vortex hingga didapatkan koloni jamur Malassezia furfur dengan suspensi sebesar 1,5x10 6 CFU/ml 4.7.5 Identifikasi jamur Malassezia furfur Jamur M. furfur di identifikasi secara mikroskopis dengan cara Germinating tube test yaitu : Ambil perbenihan M.furfur dengan ose dan masukkan kedalam tabung yang berisi SDB. Inkubasikan pada 37 o C selama 48 jam. Ambil kultur di dalam SDB tersebut menggunakan ose dan letakkan pada gelas obyek, berikan satu tetes LPCB dan tutup dengan gelas penutup. Periksa di bawah mikroskop menggunakan lensa obyektif perbesaran 40x. Carilah bentukan khas M.furfur yaitu bentuk sel yeast dan mold. 4.7.6 Uji Efektifitas Kepekaan Larutan Ekstrak Kulit Pisang Kepok terhadap Malassezia furfur Metode yang digunakan untuk tes ini adalah metode dilusi tabung

38 dan di lanjutkan dengan metode turbidimetri. Pada penelitian ini diperlukan kadar beberapa macam konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok untuk dicampurkan atau diinokulasi dengan perbenihan cair jamur M. furfur. Proses selanjutnya ialah mengeramkan selama 48 jam pada suhu 37 C dengan cara sebagai berikut: Hari ke-1 : a. Sediakan 10 tabung reaksi steril; tabung 1, tabung 2, tabung 3, tabung 4, tabung 5, tabung 6, tabung 7 dan tabung 8, tabung 9, tabung 10. Masingmasing di beri perlakuan konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok 8 konsentrasi dan 2 tabung kontrol. b. Masukkan 1 ml Aquadest pada tabung 3,4,5,6,7,8,9,10 dan 2 ml ekstrak kulit pisang kepok pada tabung 1. c. Masukkan 1 ml Malassezia furfur pada tabung 10 lalu campurkan dengan aquadest

39 d. Masukkan 1ml ekstrak kulit pisang kepok pada tabung 2 dan 3 Konsentrasi ekstrak kulit Pisang Kepok = Tabung 2 1 ml (100%) Tabung 3 2 ml (50%) e. Campurlah hingga rata larutan SDB dan ekstrak kulit pisang kepok pada tabung 3, kemudian pindahkan sebanyak 1 ml ke dalam tabung 4. Konsentrasi ekstrak kulit Pisang Kepok Tabung 3 1 ml (50%) Tabung 4 2 ml (25%) f. Ulangi hal yang sama terhadap tabung 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 g. Pada tabung 9, setelah tercampur rata, larutan dibuang sebanyak 1 ml. h. Dari pengenceran diatas, maka konsentrasi awal antifungi dari masingmasing tabung adalah i. Selanjutnya tabung 2 sampai 9 ditambahkan perbenihan cair jamur 1 ml j. Dengan demikian, volume masing-masing tabung menjadi 2 ml sehingga konsentrasi akhir ekstra berubah seperti berikut. Kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 48 jam

40 Hari ke-3: Tabung dikeluarkan dari inkubator, akan di dapatkan KHM dengan cara melihat kejernihan tabung. Kemudian dari masing-masing tabung diambil 1 ose dan diinokulasikan atau streaking pada media SDA. Lalu diinkubasikan lagi 48 jam pada suhu 37 C Hari ke-5: Media SDA dikeluarkan dari inkubator kemudian dilakukan pengamatan kuantitatif pada masing-masing konsentrasi dengan cara menghitung jumlah koloni jamur dengan colony counter sehingga didapatkan data KBM. Hari ke-6: a. Membuat standart McFarland dengan jumlah koloni jamur 1,2 x 10 9 CFU/ml dengan mencampurkan BaCl 2 2H 2 O 1,175% sebanyak 0,4 ml dan H 2 SO 4 1% sebanyak 9,6 ml. b. Membuat suspensi jamur kemudian membandingkan kekeruhannya suspensi dengan standart yg sudah dibuat secara visual. c. Suspensi jamur 1,2 x 10 9 CFU/ml di encerkan dengan mencampurkan 1 ml suspensi dengan 9 ml aquades kedalam tabung reaksi dan tabung kemudian di vortex hingga mendapatkan koloni jamur Malassezia furfur dengan suspensi sebesar 1,2 x 10 8 CFU/ml.

41 d. Suspensi jamur 1,2 x 10 8 CFU/ml di encerkan dengan mencampurkan 1 ml suspensi dengan 9 ml aquades kedalam tabung reaksi dan tabung kemudian di vortex hingga mendapatkan koloni jamur Malassezia furfur dengan suspensi sebesar 1,2 x 10 7 CFU/ml. e. Suspensi jamur 1,2 x 10 7 CFU/ml di encerkan dengan mencampurkan 1 ml suspensi dengan 9 ml aquades kedalam tabung reaksi dan tabung kemudian di vortex hingga mendapatkan koloni jamur Malassezia furfur dengan suspensi sebesar 1,2 x 10 6 CFU/ml. f. Suspensi jamur 1,2 x 10 6 CFU/ml di encerkan dengan mencampurkan 1 ml suspensi dengan 9 ml aquades kedalam tabung reaksi dan tabung kemudian di vortex hingga mendapatkan koloni jamur Malassezia furfur dengan suspensi sebesar 1,2 x 10 5 CFU/ml. g. Evaluasi tingkat kekeruhan dari masing-masing suspensi dan tentukan satu tabung yang paling jernih.

42 4.8 Skema Alur Penelitian Penentuan KHM dan KBM: Identifikasi jamur Malassezia furfur Pembuatan ekstrak kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.) Pembuatan pembenihan cair Malassezia furfur Uji antifungal dengan Tube Dilution Test Inkubasi selama 48 jam dengan suhu 37ºC KHM Amati tingkat kekeruhan dan dibandingkan dengan kontrol bahan (-) Streaking pada media SDA Inkubasi selama 48 jam dengan suhu 37ºC KBM Jumlah koloni yang tumbuh dihitung dengan colony counter Uji Turbidimetri Analisis Data

43 4.9 Analisis Data Pada penelitian ini, data yang akan dianalisis yaitu jumlah koloni Malassezia furfur yang tumbuh pada SDA berdasarkan tingkat konsentrasi ekstrak kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.). Analisis yang digunakan adalah uji one way ANOVA. Uji ini digunakan untuk membuktikan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan. Syarat-syarat uji parametrik yang harus dipenuhi dalam menggunakan uji one way ANOVA adalah (Dahlan,2015) : 1. Terdapat lebih dari dua kelompok yang tidak berpasangan dan skala pengukuran variabel numerik 2. Sebaran data harus normal (p > 0,05), pada penelitian ini dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui apakah kelompok data penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak normal. Jika distribusi data tidak normal, maka diupayakan untuk melakukan transformasi data supaya distribusi data menjadi normal. 3. Varian data harus sama atau homogen (p > 0,05), yang dapat diketahui dari uji homogenitas Levene. Jika varian data tidak sama atau homogen, maka diupayakan untuk melakukan transformasi data supaya ragam data menjadi sama atau homogen. Apabila data berdistribusi normal dan varian sama maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc Bonferroni untuk mengetahui pada kelompok mana terdapat perbedaan yang bermakna. Jika data hasil transformasi tidak terdistribusi normal atau ragam data tetap tidak sama, maka dipilih uji nonparametrik yaitu Kruskal-Wallis sebagai

44 alternatifnya dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Mann-Whitney untuk menentukan pada konsentrasi mana yang memiliki hasil kebermaknaan.