BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (BSNP, 2006). Sekolah dapat dianggap sebagai rumah kedua bagi siswa. Sekolah merupakan wadah bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan pengembangan pendidikan karakter sebagai warga negara yang baik. Namun, ketika sekolah diasumsikan sebagai tempat mengisi waktu luang, tempat mencari musuh, atau tempat untuk mencari popularitas sebagai jagoan, maka tujuan sistem pendidikan nasional belum tercapai. Kasus kekerasan di sekolah merupakan kejadian yang sedang menjadi sorotan banyak pihak. Telah banyak ditayangkan berita mengenai kasus kekerasan yang melibatkan siswa atau pelajar. Misalnya kasus tawuran antar pelajar, maupun tindakan kekerasan yang dilakukan senior terhadap junior. Sepanjang tahun 2011, kasus tawuran cukup banyak mendapat sorotan dan menjadi topik hangat ditengah-tengah masyarakat. Maraknya peristiwa kekerasan antar sesama pelajar merupakan fenomena sosial yang berkembang di tengahtengah masyarakat remaja. Sementara itu, sepanjang tahun 2011, Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat ditemukan 339 kasus tawuran. Kasus tawuran antar pelajar di Jabodetabek meningkat jika dibanding 128 kasus yang terjadi pada 1
tahun 2010. KomNas Anak mencatat, dari 339 kasus kekerasan antar sesama pelajar SMP dan SMA ditemukan 82 diantaranya meninggal dunia, selebihnya luka berat dan ringan (Komisi Nasional Perlindungan Anak, 2011).Tindakan kejahatan kekerasan yang ini merupakan contoh dari perilaku agresif yaitu perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain (Myers, 1996). Barbara (2005) menjelaskan bahwa motif utama perilaku agresif bisa jadi adalah keinginan menyakiti orang lain untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif. Dari hasil studi awal menggunakan skala perilaku agresif tentang tingkat agresivitas siswa kelas XI IS 2 di SMA Negeri 2 Salatiga, dari 38 siswa terdapat 7 siswa (18,4%) yang memiliki tingkat agresivitas sangat tinggi dan ada 7 siswa (18,4%)yang memiliki tingkat agresivitas tinggi. Berarti ada 14 siswa yang memiliki tingkat agresivitas tinggi. Perolehan tersebut yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang mengurangi perilaku agresif siswa di SMA Negeri 2 Salatiga. Tabel gambaran frekuensi perilaku agresif siswa kelas XI IS 2 di SMA Negeri 2 Salatiga, yaitu: Tabel 1.1 Frekuensi Perilaku Agresif Siswa Kategori Persentase Kumulatif Frekuensi Sangat rendah 18,4 % 7 Rendah 18,4 % 7 Sedang 26,4 % 10 Tinggi 18,4 % 7 Sangat tinggi 18,4 % 7 Jumlah 100% 38 Pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas (SMA), bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya aturan baku (perundangundangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut penanganan kasus. Penanganan kasus merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan bimbingan konseling di Sekolah. Selain itu, hal yang juga penting adalah upaya
memfasilitasi siswa, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya. Pada Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang diterbitkan Dirjen PMPTK (2007) berkaitan dengan Kerangka Kerja Utuh bimbingan dan konseling disebutkan salah satu strategi pelayanan adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan bagian dari pelayanan dasar dalam strategi implementasi program bimbingan dan konseling. Menurut penelitian Juliana Simanjuntak (2012) tentang Mengurangi Perilaku Agresif Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun Ajaran 2011/2012, menjelaskan bahwa perilaku agresif dapat dikurangi melalui layanan bimbingan kelompok. Hal ini diketahui pada hasil observasi pada siklus I diketahui 50% perilaku agresif siswa berkurang, selanjutnya observasi siklus II diketahui bahwa perilaku agresif siswa berkurang sebanyak 10% siswa sudah berkurang agresifnya. Menurut Prayitno (2004) tujuan bimbingan kelompok adalah membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual (hangat) dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik - topik yang mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya perilaku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal, ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Mengurangi Perilaku Agresif Melalui Bimbingan Kelompok Siswa Kelas XI IS 2 SMA Negeri 2 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013-2014. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut Apakah layanan bimbingan
kelompok dapat mengurangi perilaku agresif siswa di kelas XI IS 2 SMA Negeri 2 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk menguji layanan bimbingan kelompok dapat mengurangi secara signifikan perilaku agresif siswa kelas XI IS 2 SMA Negeri 2 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013-2014. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretik maupun praktik, sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoretik Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan ilmu yang positif dan masukan bagi tugas perkembangan siswa dan bagi Bimbingan dan Konseling, sehingga temuan-temuan penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling. Bila penelitian ini berhasil, maka mendukung temuan dari Juliana Simanjuntak (2012) tentang Mengurangi Perilaku Agresif Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun Ajaran 2011/2012. 1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Guru BK Manfaat bagi guru BK dari penelitian ini dapat sebagai masukan mengenai layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan bimbingan kelompok, sehingga dapat dimanfaatkan dalam merancang kegiatan bimbingan dan konseling yang terkait dengan perilaku agresif siswa di sekolah. 2) Bagi Siswa Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku agresif siswa dapat berkurang setelah diberi layanan bimbingan kelompok, maka dari itu layanan bimbingan kelompok ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
pribadi siswa sehingga diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan pribadi dan lingkungan. 3) Bagi Penelitian Lanjut Dari penelitian ini semoga dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian dalam bidang yang berkaitan dengan bimbingan kelompok dalam mengurangi perilaku agresif siswa. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan Skripsi dibagi atas lima (5) bab yaitu: Bab I Pendahuluan, berisi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi: perilaku agresif, bimbingan kelompok, hasil penelitian yang relevan, dan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian, berisi: jenis penelitian, subjek penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi: deskripsi subjek penelitian, pengumpulan data, analisis deskriptif, analisis korelasi, uji hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, berisi: kesimpulan dan saran.