BAB I PENDAHULUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,


BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 3 METODOLOGI. Tingkat Risiko MSDs Pekerja Konstruksi. Keluhan MSDs. Gambar 3.1. Kerangka Konsep. 32 Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan kerja, yang merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Ratusan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang sering dilakukan oleh manusia Peter Vi, (2000) dalam Tarwaka

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bagian back office adalah sistem pendukung yang menangani bagian

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara agraris, yang dimana. mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. X merupakan gabungan antara perusahaan swasta nasional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, serta pekerja dengan pekerjaannya (International Labour Organization, 1985).

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia berlangsung sangat pesat, baik dari segi industri sektor formal maupun sektor informal. Sektor informal merupakan industri rumah tangga yang menggunakan peralatan mesin yang sederhana dan tidak ada pengaturan jam kerja (1,2). Sektor Informal di Indonesia pada awal tahun 2017 diperkirakan mencapai 58,35% (3). Usaha sektor informal juga merupakan salah satu usaha yang memiliki tingkat risiko yang tinggi dari aspek keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Oleh karena itu, sektor informal juga diharapkan dapat menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam aktivitas pekerjaan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan bebas dari penyakit akibat kerja (PAK) (1,4,5). Penyakit akibat kerja(pak) merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil produksi (2,5). Berdasarkan laporan International labour Organization(ILO) pada tahun 2013 mencatat bahwa 1 orang meninggal karena kecelakaan kerja setiap 15 detiknya dan kasus baru penyakit akibat kerja sekitar 160 juta kasus setiap tahunnya (6). International Labour Organization (ILO) dalam program The Prevention of Occupational Diseases menyebutkan di 27 negara bagian Uni Eropa bahwa Musculoskeletal merupakan penyakit yang paling umum yang berhubungan dengan gangguan kesehatan saat bekerja. European Foundation For The Improvement Of Living And Working tahun 2015 menyatakan bahwa pada 235 pekerja di Uni Eropa mengeluh nyeri punggung sekitar 25% dan mengeluh nyeri otot sekitar 23% (7).

Hasil laporan terkait pelaksanaan kesehatan kerja di 26 provinsi di Indonesia tahun 2013 bahwa jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan sebanyak 428.844 kasus (8). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 9.482 pekerja di 12 kabupaten atau kota di Indonesia, umumnya gangguan penyakit akibat kerja yang dialami berupa penyakit musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (3%) dan gangguan THT (1,5%) (8). MSDs merupakan salah satu gangguan ergonomi yang sering dialami oleh pekerja yang menitikberatkan pada kekuatan dan ketahanan pekerja dalam melakukan pekerjaannya (2). Posisi kerja yang tidak sesuai seperti punggung yang terlalu membungkuk, leher yang mendongak ke atas maupun bawah, dan posisi tidak ergonomis lainnya berisiko menyebabkan gangguan pada otot, tendon maupun saraf yang memicu terjadinya keluhanmsds (1,2,9). MSDs yang berkepanjangan dapat menimbulkan Low Back Pain (LBP). LBP adalah rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya di sekitar daerah tersebut (10). Faktor penyebab MSDs antara lain faktor pekerjaan, performansi kerja, faktor individu dan faktor lingkungan kerja (9 16). Faktor pekerjaan merupakan faktor yang berasal dari pekerjaan itu sendiri (2). Penelitian yang dilakukan pada pekerja bengkel sepeda motor di Semarang menyebutkan bahwa faktor pekerjaan seperti postur kerja, gerakan repetitif, penggunaan tenaga, dan karakteristik objek dapat menyebabkan keluhan MSDs (9,14). Penelitian yang dilakukan pada pekerja pembuatan wajan dan pembuatan batu bata menyebutkan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, IMT, masa kerja dan kebiasaan merokok dapat menyebabkan keluhan MSDs (12 15). Penelitian serupa yang dilakukan pada pekerja pembuat wajan didapatkan hasil bahwakeluhan Muskuloskeletal Disorders(MSDs) terbanyak berada pada punggung sebesar 75% (12).

Penelitian yang dilakukan pada pekerja cleaning service dan pekerja panen sawit menyebutkan bahwafaktor lingkungan kerja seperti suhu, pencahayaan, dan getaran dapat mempengaruhi keluhan MSDs (12 16,18). Penelitian yang dilakukan pada pekerja laundry dan welder di fabrikasi menyebutkan MSDsjuga dapat disebakan oleh intensitas olahraga, antropometri dan Manual Material Handling (19 21).Penelitian serupa yang dilakukanpada pekerja laundrydidapatkan hasil bahwa ada hubungan antara usia dengan gangguan MSDs dengan p=0,005 (16).Penelitianyang dilakukan pada pekerja di pabrik sepatu dan sandal kulit didapatkan hasil bahwa dari 5 orang pekerja umunya mengeluhkan nyeri leher saat bekerja (22). Menyelaraskan aspek ergonomi antara mesin dengan pekerja sangat penting dilakukan untuk meminimalkan gangguan fisik dan mental yang dialami oleh pekerja (1). Posisi kerja merupakan salah satu faktor ergonomi yang dapat menimbulkan MSDs (1). Gangguan MSDs yang tidak segera ditangani dengan segara dapat menimbulkan gangguan kronis yang berakibat temporary hingga permanen (2). Salah satu metode penilaian risiko ergonomi dengan metode Basline Risik Identification of ergonomic Factor (BRIEF Survey) (2). The Brief Survey merupakan salah satu metode penilaian ergonomi yang menitikberatkan pada frekuensi, durasi, beban dan postur tubuh untuk mengidentifikasi bahaya ergonomi yang diterima oleh pekerja sehari-hari dengan menggunakan sistem rating (1,2). Brief Survey digunakan untuk menganalisis hampir seluruh bagian tubuh (sembilan anggota tubuh) seperti tangan dan pergelangan tangan kiri, siku kiri, bahu kiri, leher, punggung, tangan dan pergelangan tangan kanan, siku kanan, bahu kanan dan kaki terhadap risiko MSDs (1,2). Hasil yang didapatkan melalui The Brief Survey lebih akurat karena berdasarkan survei gejala dan hasil pemeriksaan kesehatan (2).

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2018 yang dilakukan di Kelurahan Bandarharjo yang merupakan salah satu kawasan sektor informal yang berada di Kota Semarang sebagai sentra pengasapan ikan, diketahui bahwa pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo bekerja mulai pukul 08.00 s/d 17.00 WIB. Mayoritas usia pekerja lebih dari 30 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Pekerja tidak memiliki waktu istirahat dikarenakan harus menyelesaikan target pesanan dalam waktu kurang lebih 10 jam kerja. Proses pengasapan ikan masih menggunakan peralatan yang sederhana seperti kursi pendek dan meja kerja yang terlalu pendek sehingga menyebabkan pekerja terus membungkuk dan leher menunduk ke bawah dalam waktu yang cukup lama. Posisi kaki pekerja selalu menekuk karena jarak antara kursi dan tempat pembakaran ikan sangat dekat. Posisi kerja yang tidak ideal seperti ini dapat menyebabkan terjadinya keluhan MSDs dan apabila dilakukan gerakan yang berulang dapat meningkatkan risiko MSDs (2). Observasi lebih lanjut dengan 10 pekerja, didapatkan hasil dari 8 orang pekerja memiliki keluhan kram pada kaki 1 orang, pegal pada bahu 1 orang, leher 3 orang dan punggung 3 orang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin menganalisis tingkat risiko Musculoskeletal Disorders(MSDs)berdasarkan karakteristik individu studi pada pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dengan teknik Brief Survey. B. Perumusah Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan faktor umur, jenis kelamin, masa kerja, indeks masa tubuh, kebiasaan olahraga, dan postur tubuh dengan risiko Musculoskeletal pada pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara umur, jenis kelamin, masa kerja, IMT, kebiasaan olahraga, dan postur tubuh dengan risiko Musculoskeletal pada pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. 2. TujuanKhusus. a. Untuk mendiskripsikan umur pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang b. Untuk mendeskripsikan jenis kelamin pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang c. Untuk mendeskripsikan masa kerja pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang d. Untuk mendeskripsikan IMT pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang e. Untuk mendeskripsikan kebiasaan olahraga pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang f. Untuk mendiskripsikan postur tubuh pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang g. Untuk mendeskripsikan risiko Musculoskeletal pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang h. Untuk menganalisis hubungan umur pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Semarang dengan risiko Musculoskeletal i. Untuk menganalisis hubunganjenis kelamin pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Semarang dengan risiko Musculoskeletal

j. Untuk menganalisis hubungan masa kerja pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Semarang dengan risiko Musculoskeletal k. Untuk menganalisis hubungan IMT pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Semarang dengan risiko Musculoskeletal l. Untuk menganalisis hubungan kebiasaan olahraga pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Semarang dengan risiko Musculoskeletal m. Untuk menganalisis hubungan postur tubuh pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Semarang dengan risiko Musculoskeletal D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pencegahan keluhan Musculoskeletal pada pekerja pengasapan ikan di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang dan dapat menjadi masukan pula dalam pemberian intervensi selanjutnya. 2. Manfaat Teoritis dan Metodologis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat terutama pada peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tentang Industri nonformal pengasapan ikan terkait faktor yang dapat menyebabkan keluhan Musculoskeletal dan atau bisa menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut

E. Keaslian Penelitian No 1 2 Peneliti (th) Hardianto, dkk (2015) (23) Puput Nur Fajri, (2015) (24) Tabel 1.1 Daftar publikasi yang menjadi rujukan Judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Karyawan Bank X Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pekerja Laudry Di Kelurahan Muktiharjo Kidul Semarang Jenis Penelitian Analitik Cross Sectional Analitik Cross Sectional Variabel bebas dan terikat - Jenis kelamin - usia - IMT - Keluhan MSDs - Usia - Kondisi tubuh - BMI - Masa kerja - Suhu Hasil Tidak terdapat hubungan antara usia, masa kerja, IMT dengan keluhan MSDs Tidak ada hubungan antara usia, masa kerja, kondisi tubuh, dan suhu terhadap keluhan muskuloskeletal. Tetapi ada hubungan antara beban kerja dan BMI terhadap Terdapatkeluhan muskuloskeletal. 3 Muhammad Dhiyaudzihni Habibie, dkk (2017) (25) Analisis Postur Kerja Dan Gerakan Berulang Terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Pembuatan Tempe Di Kelurahan Bandung Rejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Descriptive Kualitatif - Postur kerja - Gerakan beulang Didapatkan hasil 2 pekerja yang memiliki tingkat risiko MSDs sangat tinggi dan 2 pekerja memiliki tingkat risiko MSDs tinggi. 4 Roberta Zulfhi Surya (2017) (19) Pemetaan Potensi Musculoskeletal Pada Aktivitas Manual Material Handling (MMH) Kelapa Sawit Analitik Cross Sectional - Keluhan subjektif - Musculoskeletal Disorders(MSD s) Aktivitas Manual Material Handling Kelapa Sawit berpotensi menimbulkan Muskuloskeletal.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada variabel bebas penelitian, sampel penelitian dan tempat penelitian. Pada penelitian ini variabel bebas yang berbeda yang digunakan yaitu kebiasaan olahraga. Analisis tingkat risiko MSDs pada pekerja dilakukan untuk semua aktivitas pengasapan ikan. Sampel pada penelitian ini adalah pekerja di sentra pengasapan ikan dan tempat penelitiannya di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang.