BAB I PENDAHULUAN. merupakan hutan yang tumbuh didaerah tropis yang beriklim > 24 o C (Arief,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. endemisitas baik flora maupun fauna di Indonesia. atau sekitar 17% dari total jenis burung di dunia. Jumlah tersebut sebanyak

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

AssAlAmu AlAyku m wr.wb

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 8: GEOGRAFI DINAMIKA BIOSFER

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

FLORA DAN FAUNA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. UNSUR GEOGRAFI DAN PENDUDUK DI KAWASAN ASIA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu asosiasi kehidupan, baik tumbuh-tumbuhan (flora)

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 ( 5 April 2016).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

PENYEBARAN KOMUNITAS FAUNA DI DUNIA

Letak Geografis Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA (GPW 0101) ACARA V: PEMAHAMAN FENOMENA BIOSFER

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai megadiversity country. Sebagai negara kepulauan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BIOMA. Gambar 1. Pesebaran Jenis-Jenis Bioma di Dunia. Gambar 2. Pengaruh Geografis Wilayah terhadap Bioma

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi (untuk guru) Pilihan Ganda

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional

Pegunungan-Pegunungan di Indonesia : Pegunungan Jaya Wijaya di Irian Jaya. Pegunungan Bukit Barisan di Sumatra. Dataran tinggi di Indonesia :

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan garis khatulistiwa mempunyai berbagai tipe vegetasi hutan, salah satu tipe vegetasi yang paling mendominasi adalah hutan tropis. Hutan tropis merupakan hutan yang tumbuh didaerah tropis yang beriklim > 24 o C (Arief, 2005). Menurut Schimper dalam Rahmasari (2011), hutan tropis adalah suatu komunitas tumbuhan yang bersifat selalu hijau, memiliki karakter selalu basah dengan tinggi tajuk sekurang-kurangnya 30 m, tapi biasanya lebih tinggi, serta kaya akan liana yang memiliki batang tebal dan berkayu seperti herba yang bersifat epifit. Menurut Arief (2005), hutan hujan tropis mempunyai suhu bulanan rata-rata 20 o C 50 o C dengan curah hujan dalam satu tahun antara 2.000 mm 5.000 mm. Menurut Vickery (1984), rata-rata kelembaban udara 80%. Hutan ini terdapat di Amerika Selatan (lembah Amazone), Amerika Tengah, Afrika (lembah Congo), dan Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, dan Filipina). Hutan hujan tropis di Indonesia dikenal sebagai hutan dengan keanekaragaman hayati tertinggi. Hal ini diperkuat juga menurut Lipu (2010), negara Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Republik Demokratik Kongo. Terdapat 28.000 jenis tumbuhan yang ditemukan di Indonesia dari 230.000 jenis tumbuhan yang dikenal di dunia. Kepulauan Kai provinsi Maluku merupakan salah satu kawasan yang memiliki hutan hujan tropis dan termasuk dalam gugusan zoogeografi Wallacea. 1

2 Kawasan Wallacea yang terdiri dari ribuan pulau yang memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa dan vegetasi alam yang unik. Vegetasi alam yang menutupi kawasan Wallacea meliputi padang rumput, semak belukar dan vegetasi pohon besar. Struktur vegetasi dan keanekaragaman tumbuhan yang demikian merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan fauna khususnya burung. Pernyataan ini diperkuat oleh Coates dkk. (2000) kawasan Wallacea terdiri dari ribuan pulau samudra yang terletak diantara kawasan oriental dan Australasia. Karena berada di antara kawasan ini, kawasan wallacea merupakan rumah bagi elemen fauna campuran oriental dan Australasia yang mengagumkan. Lebih penting lagi, pulau-pulau di kawasan wallacea yang terisolasi di lautan menjadi arena evolusi jenis burung endemic yang luar biasa banyaknya. Kepulauan Kai terletak di bagian tenggara Provinsi Maluku dan merupakan bagian dari wilayah kabupaten Maluku Tenggara dan kota Tual (pemekaran 2008). Kepulauan Kai termasuk dalam wilayah busur banda luar yang non vulkanik Smiet dkk (1981). Kepulauan kai terdiri dari dua pulau utama dan belasan pulau-pulau kecil. Kabupaten Maluku Tenggara menurut Astronomi terletak antara : 5º sampai 6,5º Lintang Selatan dan 131º sampai 133,5º Bujur Timur (Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Pemkab. Maluku Tenggara, 2010). Kepulauan Kai Kecil dan Kai Dullah mempunyai keunikan tersendiri yakni hampir seluruh pulau ini terdiri dari tanah kapur dengan ketinggian hanya 63 mdpl, dikarenakan menurut evolusi pulau ini terangkat dari dasar laut berjuta-juta tahun yang lalu. Kepuauan ini mempunyai bentuk relief yang sangat menarik seperti banyak teluk dan semenanjung yang dikelilingi pulau satelit, tidak hanya itu pulau ini mempunyai pasir yang sangat khas dan sangat

3 lembut sampai dijuluki pasir putih terhalus di dunia. Karena keunikan tersebut Kepulauan Kai menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa khususnya burung, baik burung endemic dan burung migran. Menurut MacKinnon (2010) Burung dibedakan menjadi beberapa kategori sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing. Berdasarkan habitatnya dikategori-kan menjadi burung air dan burung non-air. Menurut Elfidasari (2005) burung air merupakan jenis burung yang seluruh maupun sebagian aktifitas hidupnya berkaitan dengan daerah perairan atau lahan basah sedangkan burung non-air merupakan jenis burung yang aktifitas hidupnya berada di daratan seperti terrestrial (tanah) dan arboreal (pohon). Menurut Sukmantoro et al. (2007) Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati tinggi dengan 1598 spesies burung yang dapat ditemukan di wilayah Indonesia. Jumlah tersebut, menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Negara nomor empat di dunia terkaya akan jumlah spesies burungnya setelah Columbia, Peru, dan Brazil. Dari jumlah tersebut, 372 (23,28%) spesies di antaranya adalah spesies burung endemik dan 149 (9,32%) spesies adalah burung migran. Penelitian terbaru dari lembaga Burung Indonesia mencatat keragaman jenis burung di Indonesia pada 2014 meningkat drastis menjadi 1.666 jenis. Tahun lalu, Indonesia tercatat memiliki 1.605 jenis burung. Penambahan tersebut sebagian besar merupakan hasil pemisahan jenis yang sudah ada, karena perbedaan morfologi ataupun suara. Saat ini di Indonesia tercatat 118 (7,38%) spesies burung yang dikatagorikan sebagai spesies yang terancam punah dalam IUCN Red List. Pernyataan ini diperkuat Susanti (2014).

4 Menurut Coates dkk. (2000) Seluruhnya ada 98 (ditambah 12 yang belum dikonfirmasi) jenis migran palaeartrik yang telah tercatat di kawasan wallacea, termasuk 37 jenis burung pantai. Sekitar 22 (ditambah 21 jenis yang belum dikonfirmasi) jenis migran Australia yang telah tercatat dikawasan Wallacea, termasuk dua jenis burung pantai. Bagi jenis migrant palaeartik maupun australpapua kawasan wallacea sangat penting bagi tempat untuk menghabiskan waktu musim dingin. Walaupun seluruhnya ada sekitar 194 jenis migran yang telah tercatat dikawasan ini, hanya beberapa jenis yang terdapat dalam jumlah besar. Kepulauan Maluku merupakan salah satu wilayah yang mempunyai banyak keunikan dengan mendukung 6 marga endemic dan 64 jenis endemik. Kawasan Wallacea merupakan salah satu kawasan yang paling sedikit diselidiki dan paling kurang dikenal secara ornitologi di dunia salah satunya Kepulauan Maluku Kai (Coates dkk., 2000). Hal ini di dukung karena kawasan wallacea berada pada posisi geografis yang sangat unik dan strategis. Hal ini dapat dilihat dari letak geografis Indonesia yang berada di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letak geogrfis Indonesia sekaligus berada di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania (MacKinnon, 2010). Menurut Johnstone dan Ballen (2000) Hasil eksplorasi dan identifikasi yang dilakukan survey ekspedisi pada bulan Oktober 1992 dan kunjungan ke Kepulauan Kai dan Kepulauan Tayandu oleh S. van Balen pada bulan April - Mei 1994. Sebanyak 184 jenis burung tercatat (termasuk enam liar/diperkenalkan spp dan lima belum dikonfirmasi) dan 104 spesimen meliputi 27 spesies dikumpulkan dan disimpan dalam Western Australian Museum dan Museum Zoologicum Bogoriense. Penelitian-penelitian tersebut belum ada yang tindak lanjut

5 memanfaatkan hasil identifikasi sebagai buku khusus kawasan kepulauan Kai Kecil dan Kai Dullah. Berdasarkan hasil survei di Kepulauan Kai ditemukan banyak jenis-jenis burung baik burung air dan burung non-air. Seiring berjalannya waktu tekanan terhadap ekosistem dan habitat burung sangat berbahaya salah satunya pembukaan hutan untuk kebun atau lahan pertanian penduduk yang berpotensi merosotnya luas lahan di Kepulauan Kai. Beberapa kegiatan pemanfaatan hutan di Kepulauan Kai meliputi pengambilan untuk bahan bangunan, bahan pembuat perahu, kayu obat-obatan, dan tradisi masyarakat yang mengakibatkan menurunnya beberapa jumlah sepesies satwa salah satunya burung yaitu jika bertemu hewan itu adalah rejeki bagi penemu sehingga perburuan satwa liar khususnya burung sangat tinggi di daerah ini. Kepulauan Kai sudah mengalami pemekaran sebanyak 3 kali dan banyak problematika perkembangan penduduk yang berdampak terhadap ekosistem burung, sehingga perlu adanya penelitian pendataan ulang wilayah, untuk pulau Kai Kecil dan Kai Dullah belum ada data burung yang valid sampai saat ini dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar biologi. Menurut Nur (2012), sumber belajar yang beranekaragam disekitar kehidupan siswa belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Masih banyak sekali yang berpedoman pada buku penelitian yang rentan waktunya sangat lama, dan kebanyakan hanya terdapat teks sebagai satu-satunya patokan dalam belajar. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar sangat penting guna mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, harapannya dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar (Kasrina, 2012).

6 Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian Identifikasi dan klasifikasi burung-burung di kawasan Kepulauan Kai sebagai sumber belajar biologi. Peneliti menganggap sangat penting untuk dilakukan penelitian dengan judul Identifikasi Burung di Kepulauan Kai Maluku Tenggara Sebagai Sumber Belajar Biologi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis burung apa saja yang ditemukan di kawasan Kepulauan Kai? 2. Bagaimanakah pemanfaatan hasil penelitian burung di kawasan Kepulauan Kai sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber belajar biologi? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Jenis burung apa saja yang ditemukan di kawasan Kepulauan Kai. 2. Untuk mengetahui pemanfaatan hasil penelitian burung di kawasan Kepulauan Kai sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber belajar biologi.

7 1.4. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dimanfaat sebagai referensi maupun menjadi pijakan bagi penelitian yang lebih mendalam berkenaan dengan burung di daerah-daerah lain. Hasil penelitian ini akan sangat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan baik di kalangan akademisi maupun di masyarakat umum. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan manfaat agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran yang tepat sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran biologi. 2. Praktis a. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini akan semakin menambah wawasan peneliti lain mengenai pemanfaatan burung di kawasan di kawasan Kepulauan Kai sebagai sumber belajar biologi. Penelitian ini juga memperkaya pemahaman peneliti lain mengenai metode-metode penelitian di bidang ornitologi. b. Bagi LIPI Hasil penelitian ini bagi LIPI dapat digunakan sebagai referensi berupa buku Ensiklopedi burung di Kepulauan Kai. c. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai laporan kepada pemerintah Dinas Kehutanan Provinsi Maluku tentang keanekaragaman burung yang ada di kawasan Kepulauan kai dan bahan pengembangan ekowisata.

8 1.5. Batasan Istilah Untuk menghindari timbulnya pengertian ganda maka penulis perlu memberikan definisi istilah sebagai berikut: 1. Identifikasi yaitu pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang atau benda sehingga dapat menetapkan dan mempersamakan keterangan tersebut dengan acuan yang telah ditetapkan, identitas tersebut kita dapat mengenal seseorang atau benda dengan membedakan dari yang lain (Simpson, 2006). Pada penelitian ini identifikasi dimaksudkan menentukan nama jenis dan klasifikasi burung yang ditemukan berdasarkan ciri yang dimiliki. 2. Burung adalah hewan yang memiliki bulu, tungkai atau lengan depan termodifikasi untuk terbang, tungkai belakang teradaptasi untuk berjalan, berenang dan hinggap, paruh tidak bergigi, jantung memiliki empat ruang, rangka ringan, memiliki kantong udara, berdarah panas, tidak memiliki kandung kemih dan bertelur (Welty, 1982; Darmawan, 2006). 3. Kepulauan Kai merupakan kawasan yang terletak di bagian tenggara Provinsi Maluku dan merupakan bagian dari wilayah kabupaten Maluku Tenggara dan kota Tual. 4. Sumber belajar adalah semua bahan yang dapat dimanfaatkan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, sumber balajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media pembelajaran elektronik, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya (Sumiati, 2008).

9 1.6. Batasan Penelitian 1. Penelitian dilakukan dengan Metode Point Transect : Penelitian dilakukan dengan berjalan sepanjang transek jalan, berhenti pada titik yang telah di tentukan. memberi tanda dan mencatat semua jenis burung yang ditemukan (dilihat/didengar) selama jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya (10 menit), sebelum bergerak ke titik selanjutnya. Transek titik berbeda dengan transek garis, dimana pengamat berjalan disepanjang garis transek dan berhenti pada titik-titik yang sudah ditentukan, memberikan waktu bagi burung untuk diamati dan mencatat semua burung yang terlihat dan terdengar pada waktu yang telah ditentukan yang berkisar antara 5-10 menit (Bismark, 2011). Identifikasi dilakukan dengan menggunakan pedoman pada Coates dkk. (2000), McKinnon (2010). dan buku-buku lain yang relevan yang disebutkan sumbernya. 2. Kegiatan penelitian difokuskan pada kawasan Kepulauan Kai yakni kepulauan Kai Kecil dan Kai Dullah terletak di bagian tenggara Provinsi Maluku dan merupakan bagian dari wilayah kabupaten Maluku Tenggara dan kota Tual. Kepulauan ini termasuk dalam wilayah busur banda luar yang non vulkanik Smiet dkk (1981). Kepulauan Kai terdiri dari dua pulau utama dan belasan pulau-pulau kecil. Kabupaten Maluku Tenggara menurut Astronomi terletak antara : 5º sampai 6,5º Lintang Selatan dan 131º sampai 133,5º Bujur Timur (Diskominfo Pemkab. Maluku Tenggara, 2010). 3. Pemanfaatan sumber belajar biologi dilakukan dengan cara penyusunan buku dalam bentuk buku Ensiklopedi Burung Kepulauan Kai.