KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010

dokumen-dokumen yang mirip
Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN: INCOTERMS 2010

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

1. Biaya Sea Transportation (Freight) USD48,308, Biaya Insurance USD 465, USD48,774,332.00

ISSN No Media Bina Ilmiah 31

THE EXISTENCE OF INTERNATIONAL COMMERCIAL TERMINOLOGIES 2010 (INCOTERMS 2010) RELATED TO RISK LIABILITY FOR INTERNATIONAL TRADING

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PMK.04/2014 TENTANG

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA

PENGGUNAAN ISTILAH CIF DALAM PENETAPAN NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

Praktek Pengisian Dokumen Ekspor. Pertemuan ke-7

Mengingat

STANDAR PENETAPAN HARGA INDONESIA Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1977 tanggal 26 April 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

MENTERI KEUANGAN, SALINANN TENTANG. telah diubah PERATURAN BAB I. Pasal 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Nilai Pabean. Perhitungan Bea Masuk.

MAKALAH NEGOSIASI DAN SALES CONTRACT

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

persediaan maka akan konsumen. permintaan ~ 1 ~

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-9

BAB II LANDASAN TEORI

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan. bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang barang dari peredaran

HUKUM JUAL BELI PERUSAHAAN - 2 PENGERTIAN JUAL BELI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-11

I. PENDAHULUAN. Peranan jasa angkutan dalam menunjang pembangunan. ekonomi memiliki fungsi yang vital. Pengembangan ekonomi suatu

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2014 TENTANG

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

Kalkulasi Harga Pokok Ekspor. Pertemuan ke-5

148/PMK.04/2011 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2007 TENTANG KETENTUAN KE

PEDOMAN PENGISIAN KUESIONER

BAB II PENGATURAN FREIGHT FORWARDER UJPT (USAHA JASA PENGANGKUTAN DAN TRANSPORTASI) DI INDONESIA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

AKIBAT LAMPAU WAKTU PENGELUARAN BARANG (DWELLING TIME) DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT BERDASARKAN KONTRAK PENJUALAN (SALES CONTRACT) (Skripsi)

KONTRAK DAGANG. Copyright by dhoni.yusra

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGERTIAN KAPAL SEBAGAI BARANG DALAM PENEGAKAN HUKUM OLEH PEJABAT DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

Kebijakan Bea dan Cukai Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

BAB II KETENTUAN UMUM MENGENAI PERDAGANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbagai teori yang dibahas mencakup internasionalisasi, e-commerce, serta

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2013

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2016

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT SEPTEMBER 2014

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MARET 2015

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

STUDI PENENTUAN LOKASI PELABUHAN CPO EKSPOR DARI WILAYAH SUMATERA TENGAH

BAB VI TRANSPORTASI dan PENANGANAN CARGO

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

NILAI PABEAN DAN DEKLARASI INISIATIF

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2013

BAB IX DOKUMENTASI DAN KEPABEANAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2013

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JUNI 2015

PROSES SALES CONTRACT DAN SISTEM PEMBAYARAN EKSPOR PADA PT. YALE SETYA SENTOSA DI KARTASURA SUKOHARJO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Ekspor. Barang Impor. Pengeluaran.

Putusan Pengadilan Pajak : Put-42652/PP/M.VII/19/2013. Jenis Pajak : Bea Masuk. Masa/Tahun Pajak : 2011

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian prosedur menurut para ahli adalah :

BAB I PENDAHULUAN. kebebasan berpikir atau membuat konsep-konsep serta kebebasan. makna demokrasi yang didalamnya ada unsur-unsur keikutsertaan rakyat

Kewajiban Pabean Atas Impor- Ekspor Tenaga Listrik

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JANUARI 2015

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. yang menjadi bahasan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

BAB I GARIS BESAR PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Transkripsi:

KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010 Oleh: Surono Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstraksi: Incoterms 2010 merupakan produk ICC yang ditujukan untuk memudahkan transaksi perdagngan internasional. Incoterms merupakan seperangkat peraturan yang dibuat untuk menyeragamkan penafsiran persyaratan perdagangan yang menetapkan hak dan kewajiban pembeli dan penjual dalam mekanisme penyerahan barang. Ada tiga hal penting yang diatur dalam Incoterms 2010, yaitu: titik peralihan risiko (risk), titik peralihan biaya (cost) dan pengaturan tanggung jawab pengurusan (responsibilities). Dengan pengaturan yang tegas mengenai ketiga hal ini maka dapat dijamin suatu kepastian dalam transaksi perdagangan internasional Secara umum, klausul persyaratan penyerahan barang dalam Incoterms 2010 terbagi menjadi dua kriteria, yaitu: kelompok terminologi yang berlaku untuk semua moda transportasi (Rules for any mode or modes of Transport). Terminologi ini meliputi: EXW, FCA, FAS, CPT, CIP, DAT, DAP dan DDP. Kemudian yang kedua yaitu kelompok terminologi yang berlaku untuk angkutan laut dan sungai saja (Rules for Sea and Inland Waterways Transportation), meliputi: FOB, FAS, CFR dan CIF. Kata Kunci: Incoterms, EXW, FCA, FOB, CFR, CIF Pertengahan Maret 2011 publik Indonesia digegerkan oleh berita dibajaknya kapal berbendera Indonesia MV Sinar Kudus oleh kawanan bajak laut Somalia di teluk Eden. Kapal yang dioperasikan oleh PT Samudera Indonesia itu dibajak dalam perjalanan ke Rotterdam, Belanda, mengangkut muatan ekspor milik PT Aneka Tambang Tbk. Meskipun pada akhirnya peristiwa pembajakan tersebut dapat diatasi dalam suatu operasi militer oleh satgas Merah Putih tanpa jatuhnya korban jiwa namun pemilik kapal juga harus membayar uang tebusa uyang nilainya tidak sedikit. Nilai uang tebusan yang dibayar untuk membebaskan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia mencapai lebih dari 4,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 40 miliar. Demikian diungkapkan Direktur Utama PT Samudera Indonesia David Batubara di Jakarta, Minggu (Kompas, 01 Mei 2011). Dalam peristiwa lain, siaran pers PT Pelindo II menyebutkan bahwa angin kencang yang melanda Ibu Kota pada hari Kamis, 10 januari 2013 telah mengakibatkan robohnya 27 kontainer yang ada di lapangan penumpukan 210 Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok. Pada saat itu, kontainer yang sedang dalam kondisi menunggu proses bongkar muat, roboh terkena angin kencang. Kerusakan yang terjadi tentu saja menimbulkan kerugian kepada para pihak yang terkait dengan kepemilikan barang. 1

Gambar 1. Peristiwa Musibah Perdagangan Sumber: Bahan Ajar TPI, Surono, 2012 Dari kedua peristiwa tersebut timbul pertanyaan, siapa yang harus bertanggung jawab maupun yang menanggung risiko musibah yang terjadi. Sebagian Anda mungkin berpendapat, pihak asuransi yang seharusnya menanggung beban kerugian kerusakan barang yang diperdagangkan. Sebagian lagi berpendapat bahwa seharusnya pihak importir yang bertanggung jawab karena peristiwa musibah terjadi setelah barang ke luar dari wilayah suatu negara. Ternyata, semua jawaban tersebut, salah! Lalu siapa yang harus bertanggung jawab? Risiko yang terjadi selama proses pengiriman barang sangat tergantung kepada isi kesepakatan kontrak perdagangan. Disinilah pentingnya kita memahami konteks pengertian terms of delivery dalam kontrak perdagangan internasional. Aturan khusus yang banyak dipakai sebagai referensi yang mengatur terms of delivery adalah International Commercial Terms (Incoterms 2010). Pengertian Incoterms Incoterms merupakan seperangkat peraturan yang dibuat untuk menyeragamkan penafsiran persyaratan perdagangan yang menetapkan hak dan kewajiban pembeli dan penjual dalam mekanisme penyerahan barang. Incoterms adalah aturan kesepakatan swasta yang disusun oleh International Chamber of Commerce (ICC). Mengingat Incoterms bukan merupakan instrumen hukum publik (laws) maka sifat dasar penggunaan Incoterms adalah sukarela. Maksudnya adalah bahwa pengaturan syarat penyerahan barang dalam suatu transaksi perdagangan internasional tidaklah wajib menggunakan referensi Incoterms. 2

Oleh karenanya pencantuman klausul Incoterms secara tegas dalam kontrak perdagangan sangat diperlukan. Secara historis, keberadaan Incoterms sudah cukup lama memberikan kontribusi positif bagi praktek perdagangan internasional. Pertama kali diimplementasikan tahun 1936 dan setiap dekade dilakukan evaluasi maupun perubahan dalam rangka mengadopsi praktek-praktek perdagangan yang semakin berkembang. Edisi termutakhir diimplementasikan sejak tanggal 01 Januari 2011, yang dikenal dengan nama Incoterms 2010. Hal-hal Yang Diatur Dalam Incoterms Ada tiga hal mendasar yang diatur dalam Incoterms yang menyangkut hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli dalam transaksi perdagangan. Klausul-klausul dalama Incoterms mengatur : 1) Pembagian risiko antara penjual dan pembeli (risk). 2) Pembagian beban biaya pengantaran barang (cost). 3) Pembagian tanggung jawab pengurusan selama pengantaran (responsibilities). Klausul-klausul penyerahan barang disajikan dalam bentuk yang memungkinkan penjual dan pembeli mengikuti langkah demi langkah dalam menentukan tanggung jawab mereka masing-masing. Pembagian risiko dalam Incoterms 2010 dimaksudkan untuk memberikan kepastian, pihak mana yang harus bertanggung jawab atas risiko yang terjadi dalam pengangkutan setelah titik tertentu yang dinyatakan dalam klausul kontrak. Ini artinya bahwa klausul kontrak harus memastikan dengan tegas suatu tempat atau lokasi tertentu yang menjadi titik peralihan risiko perdagangan. Sebagai contoh: apabila dalam suatu transaksi impor oleh Importir di Jakarta dengan eksportir dari China. Kesepakatan kontrak memilih terms DDP kawasan pergudangan, Cakung, Jakarta Utara. Maka hal ini mengandung arti bahwa peralihan risiko perdagangan beralih dari penjual kepada pembeli berada di lokasi kawasan pergudangan Cakung di Jakarta. apabila dalam kesepakatan sales contract antara eksportir dari Singapore dengan importir di Jakarta memilih terms CIF Tanjung Priok Port, Jakarta. Dalam kondisi ini harus berhati-hati memahaminya. Titik peralihan risiko perdagangan tidak terjadi di pelabuhan Tanjung Priok, melainkan di pelabuhan Singapore, ketika barang sepenuhnya telah dimuat (on board) di atas kapal yang siap untuk berangkat. Titik peralihan risiko klausul CIF memiliki kesamaan dengan terms CFR dan FOB. 3

Pembagian beban biaya pengangkutan barang mengandung makna sebagai peralihan beban kewajiban untuk menanggung segala ongkos maupun biaya perjalanan barang hingga suatu titik tertentu sebagaimana disebutkan dalam terms Incoterms yang dipilih. Titik peralihan cost untuk beberapa terms memiliki kesamaan (berhimpitan) dengan titik peralihan risiko, antara lain: exwork (EXW), free carrier (FCA), free a longside ship (FAS), free on board (FOB), delivery at place (DAP), delivery at terminal (DAT) dan delivery duty paid (DDP). Untuk melihat gambaran lengkap tanggung jawab biaya apa saja yang menjadi beban untuk masing-masing pihak dapat dilihat dalam tabel 2 berikut. Gambar 2 Tanggung Jawab Biaya Dalam Incoterms 2010 Sumber: Global Services.Inc., 2012 Untuk membaca tabel biaya ini dapat penulis contohkan terhadap salah satu terms, misalnya terms CIP. Asumsi titik penyebutannya adalah CIP Kawasan pergudangan di pelabuhan tujuan. Dalam terms CIP ini, maka biaya-biaya yang menjadi tanggung jawab eksportir (penjual) meliputi: export packing, biaya-biaya pengepakan barang ekspor export clearence, license and other authorizations (biaya pengurusan formalitas ekspor, ijin-ijin ekspor maupun bentuk-bentuk kewajiban formal dari pemerintah) 4

inland freight (ongkos pengangkutan transportasi di darat, dari lokasi penjual hingga ke pelabuhan/terminal) loading charges and terminal charges (biaya pemuatan barang termasuk biaya penanganan di pelabuhan keberangkatan) freight (ongkos angkut perjalanan utama barang, lazimnya dari pelabuhan keberangkatan hingga sampai ke pelabuhan tujuan) Insurance (premi asuransi pengangkutan utama dalam jumlah minimum cover, kecuali diperjanjikan lain) Destination Arrival Charges (biaya-biaya penanganan kapal di pelabuhan kedatangan, namun tidak termasuk biaya bongkar) Kemudian, tanggung jawab penjual akan mencakup biaya-biaya : Unloading charges (biaya pembongkaran barang dari sarana pengangkut utama). Import customs clearence (biaya penyelesaian formalitas pabean impor, seperti jasa PPJK, pengurusan lisensi impor, dan lain-lain) Duty and Taxes (pungutan bea masuk dan pajak-pajak dalam rangka impor). Delivery to destination (ongkos pengangkutan darat hingga sampai ke tempat tujuan importir). Penjelasan berikutnya yang menyangkut pembagian tanggung jawab pengurusan berkaitan dengan pengangkutan barang. Perjalanan barang dari tempat eksportir ke tempat importir tentu saja melibatkan banyak pihak ketiga, seperti: pihak pengangkut, otoritas pemerintah, surveyor, broker perdagangan, pihak asuransi, dan lain-lain. Dengan pengaturan siapa pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan yang diperlukan untuk proses pengangkutan barang tentu saja akan memberikan jaminan kepastian. Sebagai contoh: dalam FCA, kewajiban untuk mengurus formalitas ekspor barang tetap berada di tangan penjual, meskipun peralihan risiko dan biaya telah terjadi di suatu titik sebelum barang tersebut sampai di pelabuhan keberangkatan. Pembagian Terminologi Dalam Incoterms 2010 Incoterms 2010 merupakan bentuk penyesuaian terhadap Incoterms versi tahun 2000 sejalan dengan perkembangan dunia perdagangan dan juga perkembangan teknologi. Pembagian klausul persyaratan penyerahan barang dalam Incoterms2010 terbagi menjadi dua kriteria, yaitu: Kelompok terminologi yang berlaku untuk semua moda transportasi (Rules for any mode or modes of Transport) Kelompok terminologi yang berlaku untuk angkutan laut dan sungai saja (Rules for Sea and Inland Waterways Transportation) 5

Gambar 3. Sistematika Incoterms 2010 Sumber: Bahan Ajar TPI, Surono, 2012 Pengertian rules for any mode transport ini mengandung makna bahwa terminologi Incoterms dapat diimplementasikan untuk seluruh kategori media pengangkutan, baik angkutan laut, sungai, udara, kereta api maupun angkutan darat lainnya. Dalam Incoterms 2010, terms of delivery yang tergolong dalam kelompok ini adalah: EXW, FCA, carriage paid to (CPT), carriage and insurance paid to (CIP); DAT, DAP dan DDP. Pengertian rules for sea and inland waterways transport ini mengandung makna bahwa terminologi Incoterms ini hanya dapat diimplementasikan untuk kategori media pengangkutan laut dan sungai saja. Dalam Incoterms 2010, terms of delivery yang tergolong dalam kelompok ini adalah: free alongside ships (FAS); free on board (FOB); cost and freight (CFR); dan cost, insurance and freight (CIF). Dalam beberapa kasus yang terjadi di lapangan, ternyata masih banyak penggunaan terminologi FOB, CFR maupun CIF meskipun proses pengagkutan barang menggunakan sarana transportasi udara. Untuk kasus-kasus seperti ini tentu saja referensi terms yang dipakai tidaklah tepat sehingga apabila terjadi sengketa (dispute) dalam transaksi perdagangan para pihak yang bertransaksi tidak dapat menggunakan referensi Incoterms untuk penyelesaian permasalahannya. Struktur lengkap Incoterms 2010 dan ringkasan detil mengenai titik peralihan risiko dan tanggung jawab biaya dalam proses pengangkutan barang dapat dilihat dalam gambar 3 berikut. 6

Gambar 3 INCOTERMS 2010 Sumber: www.exportvirginia.org Cara membaca tabel Incoterms2010 ini dapat penulis ilustrasikan dalam salah satu contoh berikut. Garis horizontal yang digambarkan dengan warna yang lebih terang menggambarkan garis risiko, sehingga ujung garis ini mencerminkan titik peralihan risiko atas barang. Garis horizontal yang berwarna gelap menggambarkan garis pertanggungan biaya, sehingga ujung garis ini mencerminkan titik peralihan tanggung jawab biaya pengantaran barang. Dengan demikian untuk terms CFR, dapat diterjemahkan bahwa titik peralihan risiko pengantaran barang berada di area pelabuhan keberangkatan, tepatnya ketika barang telah berada (onboard) di atas kapal. Sedangkan titik peralihan biaya masih lebih maju lagi dari daris risiko tersebut, yaitu berakhir di pelabuhan tujuan. Pengertiannya bahwa dalam terms CFR meskipun risiko telah beralih dari penjual kepada pembeli ketika barang telah dimuat di atas kapal akan tetapi tanggung jawab penjual harus menanggung ongkos angkut (freight) hingga ke pelabuhan tujuan. Konsekuensi Terhadap Penggunaan Incoterms Apabila dalam suatu sales contract digunakan pedoman penyerahan barang yang mengacu pada Incoterms, maka harus diperhatikan konsekuensi yang timbul dari 7

penggunaan terminologi Incoterms. Moerjono (1993) memberikan penjelasan terhadap halhal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan terminologi Incoterms. 1) Sekalipun sales contract dapat disusun dengan kalimat yang lengkap, namun untuk menghindari kemungkinan terjadinya sengketa, tetap diperlukan adanya penunjukan terhadap pedoman yang telah bersifat universal, semacam Incoterms tersebut. Hal ini akan memudahkan penafsiran, karena pedoman Incoterms telah diadopsi dan digunakan secara universal. 2) Bahwa ketentuan terminologi Incoterms yang dibuat secara jelas dalam suatu perjanjian akan menghapuskan ketentuan Incoterms yang bersifat umum. Sebagai contoh, apabila dalam kontrak dinyatakan CIF Incoterms 2000 with all risk insurance. Hal ini mengandung pengertian bahwa ketentuan kontrak tunduk pada klausul CIF Incoterms 2000 dengan perluasan tanggung jawab dari sisi asuransi. Meskipun edisi terbaru Incoterms 2010 telah terbit, namun perjanjian kontrak tetap harus berpedoman pada Incoterms 2000. 3) Suatu perjanjian kontrak hendaknya tidak hanya menggantungkan pada referensi Incoterms semata. Hal ini karena Incoterms hanya mengatur hal-hal yang menyangkut syarat penyerahan barang semata, khususnya tanggung jawab biaya dan risiko pengangkutan barang. Hal-hal yang menyangkut ketentuan-ketentuan pelanggaran terhadap sales contract, kesulitan penetapan pemilikan barang tidak dicover oleh Incoterms. 4) Ketentuan terms of delivery Incoterms yang paling baik bagi suatu pihak tidaklah diukur dari keberhasilan menggeser kewajiban kepada pihak lain. Faktor-faktor risiko, biaya, situasi dan kondisi, serta ketentuan yang berlaku di suatu negara turut menentukan pilihan atas terminologi delivery yang paling sesuai. Sebagai contoh: Kondisi pasar yang bersaing menghendaki harga yang kompetitif. Agar tidak membebani buyer, maka delivery cost sebaiknya harus menjadi bagian dari harga jual seller. Eksportir besar dengan volume ekspor yang reguler memiliki peluang untuk menekan biaya asuransi dan freight. Pilihan terms of delivery yang paling baik bagi eksportir adalah yang dapat memaksimalkan tanggung jawab terhadap delivery cost. Dalam memilih terms of delivery, buyer dan seller harus mempertimbangkan risikorisiko seperti kehilangan, kerusakan, biaya tak terduga (demurrage dan detention), situasi politk dan keamanan, dan lain-lain. 8

Simpulan Incoterms merupakan seperangkat peraturan yang dibuat untuk menyeragamkan penafsiran persyaratan perdagangan yang menetapkan hak dan kewajiban pembeli dan penjual dalam mekanisme penyerahan barang. Sifat penggunaannya adalah sukarela. Tiga hal penting yang diatur dalam Incoterms yang meliputi: titik peralihan risiko (risk), titik peralihan tanggung jawab biaya pengantaran (cost) dan titik peralihan tanggung jawab pengurusan (responsibilities). Pembagian risiko dalam Incoterms 2010 dimaksudkan untuk memberikan kepastian, pihak mana yang harus bertanggung jawab setelah titik tertentu yang dinyatakan dalam klausul kontrak. Pembagian beban biaya pengangkutan barang mengandung makna sebagai peralihan beban kewajiban untuk menanggung segala ongkos maupun biaya perjalanan barang hingga suatu titik tertentu sebagaimana disebutkan dalam terms Incoterms yang dipilih. Peralihan tanggung jawab pengurusan dimaksudkan untuk memberikan kepastian, siapa pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan yang diperlukan untuk proses pengangkutan barang. Pembagian klausul persyaratan penyerahan barang dalam Incoterms2010 terbagi menjadi dua kriteria, yaitu: Kelompok terminologi yang berlaku untuk semua moda transportasi (rules for any mode or modes of transport). Terminologi ini meliputi: EXW, FCA, FAS, CPT, CIP, DAT, DAP dan DDP. Kemudian yang kedua yaitu kelompok terminologi yang berlaku untuk angkutan laut dan sungai saja (rules for Sea and inland waterways transportation), meliputi: FOB, FAS, CFR dan CIF. Referensi 1. ICC. Incoterms 2010, Edisi Bahasa Inggris dan Indonesia. Jakarta: ICC Publication No.715E 2. Moerjono, Agoes. 1993. Melangkah Menuju Ekspor: Buku 1. Edisi ke-1. Jakarta: LPPM 3. Surono. Modul Transaksi Perdagangan Internasional. 2012. Jakarta: Pusdiklat Bea dan Cukai 9