BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang merupakan bisnis jasa saat ini berada dalam persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan saat ini cukup pesat, dilihat dari volume

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang kekurangan dana dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berusaha. Kredit menurut IAI (dalam, Yuwono: 2012):

BAB I PENDAHULUAN. tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien dengan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi sebagai intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. masyarakat yang kekurangan dana (Ismail,2010:13).

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah penting yang

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian pedesaan mempunyai peran sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediasi yang mengumpulkan dana

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bergerak pada bidang keuangan. Pengertian Bank menurut Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rakyat (BPR) Jawa Timur (Periode ). Penelitian tersebut memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, CAR, ROA, dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN BANK COMMONWEALTH TBK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PERIODE

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran dan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, yakni dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Bank juga mempunyai peran sebagai pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (Booklet Perbankan Indonesia, 2011). Perkembangan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dan peran lembaga keuangan seperti perbankan. Perbankan sebagai lembaga keuangan yang memiliki peran penting untuk mengatur, menghimpun, dan menyalurkan dana dibutuhkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan ekonomi yang ada. Salah satu caranya dengan menyalurkan dana dalam bentuk kredit untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dana. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain 1

yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama yang menghasilkan keuntungan bagi perbankan. Bahkan hampir semua bank masih mengandalkan penghasilannya melalui penyaluran kredit. Keuntungan ini diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada deposan dengan bunga pinjaman yang disalurkan (Nugraheni, 2013). Bank menawarkan berbagai macam produk dan melakukan berbagai macam strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Masyarakat dapat menyimpan dananya dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito, kemudian bank akan memberikan balas jasa berupa bunga, hadiah, pelayanan, atau balas jasa lain saat nasabah menarik kembali dana tersebut pada saat jatuh tempo. Ini merupakan strategi bank agar masyarakat mau mempercayakan dananya dan dengan tersedianya dana dari masyarakat, kesempatan bank untuk melakukan aktivitas utama sebagai penyalur dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana semakin besar (Nugraheni, 2013). Berikut di bawah ini pada Tabel 1.1 merupakan data Jumlah Penyaluran Kredit pada beberapa sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014 : 2

Tabel 1.1 Data Jumlah Penyaluran Kredit Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014 No Nama Bank Tahun 1 Bank Agris Tbk 2 Bank Ina Perdana Tbk 3 Bank Windu Kentjana International Tbk Jumlah Penyaluran Kredit (dalam jutaan rupiah) 2011 422.446 2012 796.949 2013 1.758.224 2014 2.438.290 2011 1.127.021 2012 1.083.551 2013 1.052.068 2014 1.252.750 2011 4.626.933 2012 4.525.246 2013 5.483.875 2014 6.908.478 2011 31.406.691 2012 26.650.298 4 Bank Mega Tbk 2013 30.172.864 2014 33.679.790 Sumber : www.idx.co.id 2011-2014 (Ikhtisar Data Keuangan Bank) Pada Tabel 1.1 menunjukkan jumlah penyaluran kredit perusahaan perbankan tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Bank Agris Tbk mengalami peningkatan penyaluran kredit dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Bank Ina Perdana Tbk mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 penyaluran kredit mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2014 mengalami kenaikan penyaluran kredit. Bank Windu Kentjana International Tbk dan Bank Mega Tbk juga mengalami fluktuasi, yakni pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 penyaluran kredit mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2012 menuju tahun 2014 mengalami kenaikan penyaluran kredit. Penurunan dan peningkatan jumlah kredit yang disalurkan dihadapi oleh perbankan tersebut dalam periode-periode yang berbeda-beda sehingga menjadi salah satu hal yang 3

menarik untuk meneliti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyaluran jumlah kredit perbankan. Untuk dapat menyalurkan kredit, bank memerlukan dana yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas tersebut. Salah satu sumber dana perbankan berasal dari masyarakat yang disebut Dana Pihak Ketiga. Menurut Dendawijaya (2005:49) dana-dana yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank yang mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola bank. Dari seluruh dana yang dikelola bank, kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari kegiatan usaha bank. Bank harus memiliki modal yang cukup untuk menunjang aktiva yang mungkin mengandung atau menghasilkan risiko agar dapat menyalurkan kreditnya dengan lancar. Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut Dendawijaya (2005:121) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber diluar bank. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula dana yang dapat digunakan untuk menyalurkan kredit dan mengantisipasi risiko kerugian akibat penyaluran kredit tersebut. Dalam menyalurkan kreditnya, bank menggunakan dana yang disimpan deposan yang sewaktu-waktu dapat ditarik kembali. Karena bank menggunakan dana deposan, bank harus dapat memenuhi kewajibannya jika deposan ingin menarik dananya. Menurut Dendawijaya (2005:116) Kemampuan bank dalam 4

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan penyaluran kredit ini dapat diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Hasil Penelitian Nugraheni (2013) menyatakan bahwa meskipun menunjukkan rendahnya likuiditas bank, namun semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besarnya kredit yang telah disalurkan oleh bank karena jumlah dana yang dikeluarkan untuk membiayai kredit semakin besar. Pemberian kredit yang dilakukan dapat mengandung risiko tidak lancarnya pembayaran kredit atau yang disebut kredit bermasalah (Non Performing Loan) yang dapat mengurangi keuntungan optimal dan dapat menghambat aktivitas bank. Menurut hasil penelitian Oktaviani dan Pangestu (2012) akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Sehingga, jika tingkat NPL tinggi maka bank akan kesulitan dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat. Selain menghimpun dan menyalurkan dana, lembaga perbankan juga perlu untuk memperoleh keuntungan agar kegiatan operasionalnya dapat terus berjalan. Kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur menggunakan rasio Return on Assets (ROA). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2005:118), dengan demikian bank akan lebih dipercaya oleh masyarakat sehingga dapat lebih banyak menyalurkan kreditnya. 5

Likuiditas bank adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan memenuhi permohonan kredit dengan cepat. Menurut hasil penelitian Suwarsi (2012) menyatakan bahwa dalam menjaga likuiditasnya bank harus memiliki cash asset dan aset lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu. Oleh karena itu jika aset yang dimiliki bank semakin banyak maka kemampuan bank dalam memenuhi permohonan kredit semakin baik. Kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank diukur melalui rasio Loan to Asset Ratio. Berikut di bawah ini merupakan hasil perhitungan Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Return on Assets (ROA), dan Loan to Asset Ratio (LAR) pada beberapa sampel pada perusahaan perbankan yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut : Tabel 1.2 Data Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Return on Assets dan Loan to Asset Ratio Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014 No Nama Bank Tahun 1 2 Bank Agris Tbk Bank Ina Perdana Tbk Dana Pihak Ketiga (Dalam Jutaan Rupiah) CAR LDR NPL ROA LAR 2011 544.646 40,59 77,57 0,00 2,10 41,09 2012 909.580 27,98 87,82 0,00 0,51 65,64 2013 2.058.575 17,86 85,47 0,28 0,51 70,07 2014 3.482.969 18,36 70,02 0,66 0,29 59,31 2011 1.281.927 15,05 87,92 1,10 0,32 78,01 2012 1.327.812 16,05 81,60 0,36 1,22 71,65 2013 1.183.101 16,71 87,17 0,39 0,80 75,03 2014 1.626.441 24,94 75,07 0,80 1,26 64,19 Sumber : www.idx.co.id 2011-2014 (Ikhtisar Data Keuangan Bank) 6

Lanjutan Tabel 1.2 No Nama Bank Tahun 3 4 Bank Windu Kentjana International Tbk Bank Mega Tbk Dana Pihak Ketiga (Dalam Jutaan Rupiah) CAR LDR NPL ROA LAR 2011 5.813.692 11,67 79,30 1,42 0,96 71,70 2012 5.598.481 13,86 80,22 1,44 2,04 69,67 2013 6.571.488 14,68 82,73 1,33 1,74 69,27 2014 8.188.680 14,15 84,03 2,43 0,79 70,71 2011 49.138.687 11,70 63,75 0,98 2,29 92,12 2012 50.265.395 19,18 52,39 2,09 2,74 90,39 2013 52.372.043 16,63 57,41 2,17 1,14 90,79 2014 51.021.875 17,09 68,85 2,09 1,16 53,11 Sumber : www.idx.co.id 2011-2014 (Ikhtisar Data Keuangan Bank dan data diolah) Pada Tabel 1.2 menunjukkan Bank Agris Tbk pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan dana pihak ketiga, yang memperlihatkan bahwa semakin meningkatnya dana pihak ketiga maka akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penyaluran kredit bank. Sementara pada Bank Ina Perdana Tbk mengalami fluktuasi dana pihak ketiga pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Bank Windu Kentjana International Tbk mengalami fluktuasi dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Bila dilihat dana pihak ketiga dengan jumlah penyaluran kredit tidak sesuai dengan kenaikan dan penurunan dana pihak ketiga. Dapat dilihat pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 Bank Ina Perdana Tbk dan Bank Mega Tbk mengalami kenaikan dana pihak ketiga, sementara jumlah penyaluran kredit Bank Ina Perdana Tbk dan Bank Mega Tbk mengalami penurunan. Sebaliknya, pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 Bank Mega Tbk mengalami penurunan dana pihak ketiga, sementara jumlah penyaluran kredit pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 mengalami kenaikan. 7

Capital Adequacy Ratio (CAR) pada tahun 2011 sampai 2014 mengalami fluktuasi. Jika dilihat pada Bank Agris Tbk, CAR mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2013. Sebaliknya, pada Bank Ina Perdana Tbk mengalami peningkatan CAR dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2013. Bank Windu Kentjana International juga mengalami kenaikan CAR pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Sedangkan Bank Mega Tbk mengalami penurunan CAR pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Bila dilihat rasio CAR dengan jumlah penyaluran kredit tidak sesuai dengan kenaikan dan penurunan CAR. Dapat dilihat Bank Agris Tbk pada tahun 2011 sampai 2013 rasio CAR mengalami penurunan, sementara jumlah penyaluran kredit mengalami kenaikan. Sebaliknya, pada Bank Ina Perdana Tbk pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 rasio CAR mengalami kenaikan, tetapi jumlah penyaluran kredit bank mengalami penurunan. Pada bank Windu Kentjana International Tbk tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan rasio CAR, tetapi jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan. Sedangkan pada Bank Mega Tbk pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 mengalami penurunan rasio CAR tetapi jumlah penyaluran kredit mengalami peningkatan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi CAR berarti semakin bagus solvabilitas bank, karena modalnya semakin mampu meng-cover aktiva yang berisiko (Irmayanto, 2009:91). Dimana rasio solvabilitas menurut Dendawijaya (2005:120) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui 8

perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank, dalam penelitian ini adalah penyaluran kredit bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan fluktuasi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Pada Bank Agris Tbk, rasio LDR mengalami penurunan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2013. Sedangkan pada Bank Ina Perdana Tbk mengalami kenaikan rasio LDR pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Demikian juga pada Bank Windu Kentjana International Tbk mengalami kenaikan rasio LDR pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Bila dilihat rasio LDR dengan jumlah penyaluran kredit tidak sesuai dengan kenaikan dan penurunan LDR. Dapat dilihat Bank Agris Tbk pada tahun 2012 sampai 2013 rasio LDR mengalami penurunan, sementara jumlah penyaluran kredit mengalami kenaikan. Sebaliknya, pada Bank Ina Perdana Tbk pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 rasio LDR mengalami kenaikan, tetapi jumlah penyaluran kredit bank mengalami penurunan. Demikian juga pada bank Windu Kentjana International Tbk tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan rasio LDR, tetapi jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasio LDR maka jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2005:116). Nugraheni (2013) mengatakan bahwa tingginya tingkat LDR menunjukkan bank telah menggunakan banyak dananya 9

untuk aktivitas penyaluran kredit. Oleh karena itu, meningkatnya LDR akan meningkatkan penyaluran kredit. Non Performing Loan (NPL) menunjukkan fluktuasi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Pada Bank Agris Tbk rasio NPL mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 dan meningkat kembali pada tahun 2014. Pada Bank Ina Perdana Tbk mengalami penurunan rasio NPL pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Sedangkan pada Bank Windu Kentjana International Tbk mengalami kenaikan rasio NPL pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Demikian juga pada Bank Mega Tbk mengalami kenaikan rasio NPL pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Bila dilihat kenaikan dan penurunan rasio NPL sesuai dengan kenaikan dan penurunan jumlah penyaluran kredit bank. Dapat dilihat pada Bank Agris Tbk tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 rasio NPL mengalami kenaikan, demikian pula dengan jumlah penyaluran kredit bank yang mengalami kenaikan. Sementara pada Bank Ina Perdana Tbk rasio NPL pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 mengalami penurunan, demikian pula jumlah penyaluran kredit bank mengalami penurunan. Kenaikan rasio NPL juga terdapat pada Bank Windu Kentjana International Tbk pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 dan Bank Mega Tbk pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, demikian pula jumlah penyaluran kredit bank juga mengalami kenaikan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Hamonangan dan Siregar (2009) yang menyatakan bahwa apabila semakin tinggi rasio NPL, maka semakin buruk kualitas kredit bank karena semakin banyak pula jumlah kredit yang bermasalah. 10

Nugraheni (2013) juga mengatakan bahwa tingginya nilai NPL dapat mengurangi keuntungan dan menghambat aktivitas bank, akibatnya bank akan lebih berhatihati dalam menyalurkan kredit sehingga tingkat penyaluran kredit perbankan menurun. Return on Asset (ROA) menunjukkan fluktuasi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Pada Bank Agris Tbk rasio ROA mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2014. Sebaliknya, pada Bank Ina Perdana Tbk mengalami kenaikan rasio ROA pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Demikian juga pada Bank Windu Kentjana International Tbk mengalami kenaikan rasio ROA pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Sedangkan, pada Bank Mega Tbk rasio ROA mengalami penurunan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Bila dilihat rasio ROA dengan jumlah penyaluran kredit tidak sesuai dengan kenaikan dan penurunan ROA. Dapat dilihat pada Bank Agris Tbk tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 rasio ROA mengalami penurunan dan mengalami penurunan rasio ROA kembali pada tahun 2014, sementara jumlah penyaluran kredit mengalami kenaikan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Sedangkan pada Bank Ina Perdana Tbk dan Bank Windu Kentjana International Tbk mengalami kenaikan rasio ROA pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 sementara jumlah penyaluran kredit mengalami penurunan. Sebaliknya, pada Bank Mega Tbk mengalami penurunan rasio ROA pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 sedangkan jumlah penyaluran kredit mengalami kenaikan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2013) yang 11

menyatakan bahwa laba yang tinggi akan meningkatkan kesempatan bank untuk menawarkan uangnya dalam bentuk kredit. Loan to Asset Ratio (LAR) menunjukkan fluktuasi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Pada Bank Agris Tbk rasio LAR mengalami penurunan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Bank Ina Perdana Tbk rasio LAR mengalami penurunan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Pada Bank Windu Kentjana International Tbk rasio LAR juga mengalami penurunan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Demikian pula pada Bank Mega Tbk mengalami penurunan rasio LAR pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Bila dilihat rasio LAR dengan jumlah penyaluran kredit tidak sesuai dengan kenaikan dan penurunan LAR. Dapat dilihat pada Bank Agris Tbk tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 rasio LAR mengalami penurunan, sedangkan jumlah penyaluran kredit megnalami kenaikan. Pada Bank Ina Perdana Tbk rasio LAR mengalami penurunan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 sedangkan jumlah penyaluran kredit mengalami kenaikan. Pada Bank Windu Kentjana International Tbk rasio LAR pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 juga mengalami penurunan sedangkan jumlah penyaluran kredit mengalami kenaikan. Demikian pula pada Bank Mega Tbk rasio LAR mengalami penurunan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 sedangkan jumlah penyaluran kredit mengalami kenaikan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwarsi (2012), yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasio LAR maka tingkat performa 12

perkreditan semakin baik karena semakin besar komponen pinjaman yang diberikan dalam struktur total aktivanya. Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Return on Assets, dan Loan to Asset Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijelaskan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Return on Assets, dan Loan to Asset Ratio secara simultan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Return on Assets, dan Loan to Asset Ratio secara parsial terhadap Jumlah Penyaluran Kredit pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Return on 13

Assets, dan Loan to Asset Ratio secara simultan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, Return on Assets, dan Loan to Asset Ratio secara parsial terhadap Jumlah Penyaluran Kredit pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi manajemen perusahaan tentang faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyaluran kredit perbankan. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penyaluran kredit perbankan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan judul skripsi ini. 14