REDESAIN BANGUNAN BAGI DAN BANGUNAN SADAP DI DAERAH IRIGASI BENDUNG AIR KEMUMU KABUPATEN BENGKULU UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

PERENCANAAN DRAINASE KAWASAN KELURAHAN NUNANG KECAMATAN PAYAKUMBUH BARAT

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

PERENCANAAN DRAINASE KELURAHAN KAMPUNG PONDOK KECAMATAN PARIAMAN TENGAH KOTA PARIAMAN

Studi Evaluasi Sistem Saluran Sekunder Drainase Tambaksari kota Surabaya

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE KECAMATAN PELALAWAN

PERENCANAAN DRAINASE KOTA SEBA

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI KAWASAN KOMPLEK PERUMAHAN JAYA SETIA DI KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI

EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE DI JALAN SOEKARNO HATTA MALANG

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

STUDI KELAYAKAN SALURAN DRAINASE JALAN SULTAN KAHARUDDIN KM. 02 KABUPATEN SUMBAWA. Oleh : Ady Purnama, Dini Eka Saputri

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN SALURAN DRAINASE JALAN VETERAN KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

EVALUASI KAPASITAS SALURAN GUNA MENANGANI MASALAH BANJIR DI JALAN BENDUNGAN SUTAMI KOTA MALANG

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

PERENCANAAN DRAINASE PERUMAHAN BATU KASEK KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG

EVALUASI SISTEM DRAINASE DI DAERAH SIMO GUNUNG, SIMO MULYO BARAT, SIMO MULYO, DARMO SATELIT, DAN DARMO INDAH YANG BERADA DI SURABAYA BARAT

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

EFISIENSI PENGALIRAN JARINGAN IRIGASI MALAKA (STUDI KASUS DAERAH IRIGASI MALAKA KIRI)

BAB VI ANALISIS KAPASITAS DAN PERENCANAAN SALURAN

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI GAYUNGSARI BARAT SURABAYA DENGAN BOX CULVERT

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR

OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE PERUMAHAN (Studi Kasus Perum Pesona Vista Desa Dayeuh Kecamatan Cileungsi)

STUDI PERENCANAAN SALURAN TERSIER DENGAN TINJAUAN KECEPATAN MINIMUM ALIRAN DI DAERAH IRIGASI KEDUNG BRUBUS KECAMATAN PILANGKENCENG, KABUPATEN MADIUN.

TINJAUAN PERENCANAAN DIMENSI PENAMPANG BATANG MARANSI DAN BATANG LURUIH KOTA PADANG

BAB IV ANALISA Kriteria Perencanaan Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut;

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN MEDAN JOHOR ALFRENDI C B HST

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program,

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

PERENCANAAN BENDUNG TIPE MERCU BULAT UNTUK MENDUKUNG DAERAH IRIGASI PEMATANG GUBERNUR KOTA BENGKULU

TUGAS AKHIR ELGINA FEBRIS MANALU. Dosen Pembimbing: IR. TERUNA JAYA, M.Sc

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

STUDI EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KECAMATAN KANIGORO, KABUPATEN BLITAR

EVALUASI SISTEM DRAINASE TERHADAP GENANGAN DI KECAMATAN WATES KABUPATEN BLITAR

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

EVALUASI KINERJA SALURAN PRIMER DAN BANGUNAN SADAP UNTUK MENENTUKAN METODE PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI AIR NGALAM KABUPATEN SELUMA

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA

KAJIAN TERHADAP SISTEM JALAN MERDEKA DAN HOS COKROAMINOTO KECAMATAN SIANTAR UTARA PEMATANG SIANTAR

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

EVALUASI SISTEM DRAINASE KECAMATAN PONOROGO KABUPATEN PONOROGO. Heri Suryaman. Prof. Dr. Ir. H. Kusnan, SE., MM.,MT. Abstrak

Perencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya

EVALUASI KAPASITAS SALURAN DRAINASE DESA SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE KAWASAN KOMPLEK PERUMAHANBELIMBING KECAMATANKURANJI KOTA PADANG SUMATERA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

IDENTIFIKASI POTENSI BANJIR PADA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) LAMA JALAN RAJAWALI PALANGKA RAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB I PENDAHULUAN. yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi

PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)

Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo

STUDI PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN BERWAWASAN LINGKUNGAN (STUDI KASUS SUB SISTEM DRAINASE MAGERSARI KOTA MOJOKERTO)

ANALISIS GENANGAN DI JALAN PROF. DR. SUPOMO, SURAKARTA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PERENCANAAN BENDUNG TETAP BATANG KASIK DI DESA PASIR JAYA KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI

EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE PERMUKIMAN SOEKARNO HATTA KOTA MALANG DAN PENANGANANNYA Esti Widodo, Diana Ningrum 1

ANALISA DEBIT BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI ( DAS ) BATANG MERAO KABUPATEN KERINCI AKIBAT PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

Transkripsi:

REDESAIN BANGUNAN BAGI DAN BANGUNAN SADAP DI DAERAH IRIGASI BENDUNG AIR KEMUMU KABUPATEN BENGKULU UTARA Septi Kurnia Hayati Romah ), Besperi ), Gusta Gunawan 3) ))3) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNIB, Jl. W. R. Supratman, Kandang Limun, Bengkulu 3837, Telp. (0736)344087 email: septikurnia9@gmail.com Abstrak Bendung Air Kemumu yang terletak di Desa Kemumu Kecamatan Arma Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu bendung yang memiliki jaringan irigasi berupa saluran irigasi dan bangunan irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan dimensi saluran, bangunan bagi dan bangunan sadap berdasarkan debit kala ulang 5, 50, dan 00 tahun di kawasan irigasi Bendung Air Kemumu Kabupaten Bengkulu Utara. Pengamatan dan pengukuran secara langsung di lapangan mengenai dimensi serta permasalahan yang terdapat di lapangan. Metode penelitian yang dilakukan yaitu pengolahan data curah hujan dengan metode rerata aljabar. Data primer yang digunakan adalah kecepatan aliran di saluran dan dimensi saluran dan bangunan. Hasil perhitungan curah hujan rencana yang memenuhi syarat yaitu Metode Gumbel tipe. Perhitungan debit menggunakan metode rasional untuk berbagai kala ulang rencana. Hasil penelitian diperoleh perhitungan hidrolis saluran sekunder BW. dan tersier BS A berdasarkan debit saluran dilapangan didapat lebar dasar BW. sebesar 0,5 m dan BS A sebesar 0,35 m. Perhitungan desain saluran berdasarkan debit kala ulang untuk BW. dan BS A dengan Q 5, Q 50, dan Q 00 berturut-turut yaitu didapat lebar dasar sebesar,4 m,9 m 3,4 m,74 m,7 m, dan,34 m. Hasil perhitungan lebar ambang (b) bangunan bagi BW. dan sadap BS A berdasarkan debit saluran di lapangan yaitu BW. sebesar 0,44 m dan BS A sebesar 0,4 m. Perhitungan lebar ambang (b) berdasarkan debit kala ulang untuk BW. dan BS A dengan Q 5, Q 50 dan Q 00 berturut-turut yaitu sebesar,78 m,,44 m,,60 m,,50 m,,0 m, dan,34 m. Kata kunci: bendung air kemumu, dimensi, debit kala ulang Abstract Air Kemumu weir in Kemumu village subdistrict of Kecamatan Arma Jaya Bengkulu Utara Regency, is one of the weir which has irrigation canal and irrigation construction in its system. This research is aimed to plan the canal dimension, divider, and reservoir construction based on 5, 50, and 00 years periodic flow in Kemumu weir irrigation area of Bengkulu Utara. Observation and measurement were done directly in that area in order to find out the dimension and the problem. Research method that is used in this research is done by counting down the rainfall data by using algebra average method. The primary data are taken from the speed of water flow in canal, canal dimension, and construction dimension. The expected result of rainfall measurement that can complete pre-requirement is Gumbel method type. The measurement of the flow is using rational method for any types of periodic flow. The result of this research is finding the final hydrolysis measurement for the secondary BW. and tertiary BS A canal are 0,5m and 0,35m for the base width BW. and BS A. The measurement for the canal design based on periodic flow for BW. and BS A in Q 5, Q 50, and Q 00 are,4m,,9m, 3,4m,,74m,,7m, and,34m. The top width (b) measurement of the divider BW. and reservoir BS A construction are 0,44m and 0,4m. The measurement of its width in Q 5, Q 50, and Q 00 are,78m,,44m,,60m,,50m,,0m, and,34 m. Keywords: air kemumu weir, dimension, periodic flow Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No.

PENDAHULUAN Irigasi berperan penting dalam menunjang produksi bahan pangan. Irigasi bertujuan mengalirkan air untuk keperluan pertanian dan membagi air ke sawah-sawah serta membuang air yang tidak diperlukan lagi melalui saluran pembuang. Sistem irigasi yang baik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil pertanian. Sistem jaringan irigasi yang baik sangat diperlukan untuk menunjang ketersediaan air yang lebih optimal, sehingga air dapat didistribusikan dengan baik dan dapat memenuhi semua areal pertanian yang sudah direncanakan. Bendung Air Kemumu terletak di desa Kemumu, Kecamatan Arma Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara. Bendung Kemumu mengaliri lahan pertanian seluas 86 Hektar, pada bendung ini terdapat bangunan bagi dan bangunan sadap yang berfungsi untuk membagi dan menyadap air ke areal persawahan. Sedimentasi pada saluran irigasi dan retaknya dinding saluran mengakibatkan kapasitas aliran air ke lahan pertanian tidak optimal dan penyumbatan aliran air dapat menyebabkan banjir pada saat hujan deras. Kerusakan pada pintu-pintu bangunan bagi dan sadap pada bendung ini menyebabkan tidak terkontrolnya jumlah air pada saluran. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (05), tentang analisis saluran sekunder dan bangunan distribusi pada Bendung Air Hitam Kiri, Kabupaten Bengkulu Tengah. Perencanaan saluran dan bangunan distribusi pada penelitian tersebut berdasarkan pengukuran debit yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan nilai NFR (kebutuhan air di sawah) yang dihitung terlebih dahulu. Penelitian yang sudah dilakukan di lokasi Bendung Air Kemumu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bezzel (07) tentang analisis kehilangan air di saluran primer. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kehilangan air irigasi yang terjadi akibat rembesan, evaporasi dan debit saluran pada saluran primer dan pengaruhnya terhadap kehilangan air irigasi. Penelitian lainnya di lokasi yang sama juga dilakukan oleh Rahayu (07) tentang efisiensi air irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai efisiensi penyaluran air pada saluran sekunder dan tersier di daerah irigasi Kemumu. Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya di lokasi Bendung Air Kemumu belum ada yang merencanakan saluran, bangunan bagi dan bangunan sadap berdasarkan debit kala ulang. Debit kala ulang ini digunakan sebagai dasar untuk penentuan kapasitas dan dimensi saluran dan bangunan distribusi sehingga tidak terjadi kerusakan selama besaran dimensi yang direncanakan sesuai dengan debit kala ulang rencananya. Perencanaan ulang berdasarkan debit kala ulang ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dimensi saluran, bangunan bagi dan bangunan sadap berdasarkan debit kala ulang 5 tahun, 50 tahun, dan 00 tahun. Analisis curah hujan Data curah hujan sangat penting untuk perencanaan teknik khususnya untuk bangunan air misalnya irigasi, bendungan, drainase perkotaan, pelabuhan, dermaga, dan lain-lain. Oleh karena itu data curah hujan di suatu daerah dicatat terus menerus untuk menghitung perencanaan yang akan dilakukan. Diperlukan data curah hujan bertahun-tahun untuk mendapatkan perhitungan perencanaan yang akurat, semakin banyak data curah hujan yang ada maka semakin akurat perhitungan yang akan dilakukan (Prawaka, 06). Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi hanya pada suatu tempat atau titik saja. Hujan sangat bervariasi terhadap tempat, maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No.

wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam dan/atau di sekitar kawasan tersebut. Ada tiga macam metode yang dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan yaitu rata-rata aljabar, poligon Thiessen, dan Isohyet (Suripin, 004). Saluran irigasi Berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi bagian jaringan irigasi KP-0, saluran irigasi dapat didefenisikan sebagai berikut:. Saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang dialiri.. Saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. 3. Saluran tersier yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu kesaluran kuarter. Bangunan bagi dan bangunan sadap Bangunan bagi adalah sebuah bangunan yang berfungsi untuk membagi air dari saluran primer atau saluran sekunder ke dua buah saluran atau lebih yang masing-masing debitnya lebih kecil. Bangunan bagi terletak pada saluran primer atau pada saluran sekunder pada suatu titik cabang (Mawardi, 00). Bangunan sadap merupakan bangunan yang digunakan untuk menyadap air dari saluran primer ke saluran sekunder atau saluran sekunder ke saluran tersier. Bangunan sadap yang menyadap aliran dari saluran primer ke saluran sekunder disebut bangunan sadap sekunder yang terletak di saluran primer. Bangunan sadap yang menyadap aliran dari sekunder ke saluran tersier disebut bangunan sadap tersier yang terletak di saluran sekunder (Mawardi, 00). METODE PENELITIAN Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan pada Daerah Irigasi Bendung Air Kemumu yang terletak di Desa Kemumu Kecamatan Arma Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. Data dan sumber data Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer berupa data dimensi saluran, bangunan bagi dan sadap, serta kondisi/kerusakan bangunan bagi dan bangunan sadap yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder berupa data curah hujan selama 0 tahun terakhir (007-06) beserta 3 pos stasiun hujan terdekat diperoleh dari BWS Sumatera VII Provinsi Bengkulu dan peta skema jaringan irigasi bendung Air Kemumu diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum. Tahapan pelaksanaan penelitian: a. Studi pustaka b. Menetapkan lokasi penelitian yang akan dilakukan (survei pendahuluan) c. Melakukan pengukuran (survei lapangan) HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan intensitas curah hujan (I t ) pada saluran sekunder Panjang saluran sekunder (L) 0,043 km Koefisien Strickler (K) 35 Kecepatan aliran (v) 0,304 m/det. Luas penampang basah saluran: A h ( b + m.h ) 0,40 (, + (,5 x 0,40)) 0,68 m. Keliling penampang basah saluran: P b + h(+m ) 0,5, +(0,40)((+,5 ) 0,5 ),54 m 3. Jari-jari hidrolis: R A / P 0,68 /,54 Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No. 3

0,7 m 4. Kemiringan dasar saluran (S) dihitung dengan rumus Strikler: S V K R3 0,304 35 0,73 0,00043 5. Nilai t c dihitung dengan menggunakan persamaan Kirpich: tc 0,87 L 0,385 000 S 0,87 0,043 000 0,00043 0,385 0,6 jam 6. Intensitas curah hujan dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe: I 5 R 5 4 4 /3 tc /3 I 5 66,36 4 4 0,6 I 5 4,9 mm/jam Perhitungan Intensitas Curah Hujan pada saluran sekunder dapat dilihat Tabel. Tabel. Perhitungan Intensitas Curah Hujan (I t ) pada Saluran Sekunder Kala Ulang R (mm) I t (mm/jam) 5 tahun 66,36 4,9 50 tahun 6,38 380,97 00 tahun 89,038 4,8 Perhitungan intensitas curah hujan (I t ) pada saluran tersier Panjang saluran tersier 0,0 km Koefisien Strickler (K) 35 Kecepatan aliran (v) 0,5 m/det. Luas penampang basah saluran: A h ( b + m.h ) 0,5 ( 0,75 + ( x 0,5)) 0,5 m. Keliling penampang basah saluran: P b + h(+m ) 0,5 0,75 +(0,5)((+ ) 0,5 ),45 m 3. Jari-jari hidrolis: R A / P 0,5 /,45 0,7 m 4. Kemiringan dasar saluran (S) dihitung dengan rumus Strikler: S V K R3 0,5 35 0,73 0,00044 5. Nilai t c dihitung dengan menggunakan persamaan Kirpich: tc 0,87 L 0,385 000 S 0,87 0,0 000 0,00044 0,385 0,066 jam 6. Intensitas curah hujan dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe: I 5 R 5 4 4 /3 tc /3 I 5 66,36 4 4 0,066 I 5 35,87 mm/jam Perhitungan Intensitas Curah Hujan pada saluran sekunder dapat dilihat Tabel. Tabel. Perhitungan Intensitas Curah Hujan (I t ) pada Saluran Tersier Kala Ulang R (mm) I t (mm/jam) 5 tahun 66,36 35,87 50 tahun 6,38 554,84 00 tahun 89,038 63,55 Analisis kecepatan aliran di lapangan Pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan debit saluran pada penelitian ini yaitu pengukuran kecepatan air dengan menggunakan alat currentmeter. Hasil Pengukuran kecepatan air pada saluran sekunder BW. dan tersier BS A dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Perhitungan Kecepatan Aliran di Saluran Sekunder BW. Jumlah n Kecepatan No putaran Waktu N tabel rata-rata (v) 7 50 4,34,6 0,89 4 50 4,84,44 0,33 Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No. 4

3 5 50 4,5,57 0,300 Jumlah Kecepatan Kecepatan rata-rata ( Jumlah Kecepatan : 3 ) 0,9 0,304 Tabel 4. Perhitungan Kecepatan Aliran di Saluran Tersier BS A. Jumlah n Kecepatan No putaran Waktu n tabel rata-rata (v) 8 50 3,64 0,936 0,44 56 50 3, 0,803 0,09 3 65 50 3,3 0,849 0, Jumlah Kecepatan 0,674 Kecepatan rata-rata ( Jumlah Kecepatan : 3 ) 0,5 Desain saluran sekunder dan tersier perhitungan berdasarkan debit saluran di lapangan Perhitungan saluran sekunder (BW.). Tinggi muka air (h) 0,40 m. Lebar saluran (b), m 3. Kecepatan aliran (v) 0,304 m/det 4. Kemiringan saluran (m),5 Setelah memperoleh data dengan pengukuran dilapangan, maka dapat menghitung Luas (A), dan Debit (Q) sebagai berikut: ) Luas penampang basah saluran: A h ( b + m.h ) 0,40 (, + (,5 x 0,40)) 0,68 m ) Debit saluran: Q A x v 0,68 x 0,304 0, m 3 /det 3) Menentukan nilai n, v dan m dengan cara interpolasi dengan nilai Q 0, m 3 /detik dan nilai Koefisien Strickler (K) 35 Tabel 5. Interpolasi Nilai n Berdasarkan Nilai Q pada BW. Debit Saluran. Q (m 3 /dtk) nb/h 0,5 0, n 0,30 n + m/dtk n b/h b h ( ) (0,30 0,5) x (0, 0,5) Tabel 6. Interpolasi Nilai v Berdasarkan Nilai Q pada BW. Debit Saluran Q(m 3 /dtk) v (m/dtk) 0,5 0,30 0, V 0,30 0,35 Hasil Interpolasi: V 0,30 + (0,35 0,30) x (0, 0,5) (0,30 0,5) 0,30 m/dtk 4) Menghitung luas penampang basah: A (b+ m.h) x h A ( h+.5h) x h A,5 h 5) Harga h dapat diketahui dengan menggunakan rumus mencari debit (Q): Q A x V 0,,5h x 0,30 0,68,5h h 0,68,5 h 0,5 m 6) Menghitung nilai lebar dasar saluran (b) kemudian dari nilai b yang Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No. 5

dihasilkan, dapat dihitung nilai luas penampang basah (A): b h b x 0,5 b 0,5 m A,5 h A,5 (0,5) A 0,68 m 7) Menghitung keliling penampang basah saluran: P b + h(+m ) 0,5 P 0,5 +(0,5)((+,5 ) 0,5 ) P,39 m 8) Menghitung jari-jari hidrolis dari nilai luas penampang basah (A) dan nilai keliling penampang basah saluran (P): R A / P R 0,68 /,39 R 0,8 m 9) Menentukan nilai kemiringan dasar saluran menggunakan rumus Strikler namun dengan nilai K, R dan v yang telah diketahui: I V K R3 0,30 0,00045 35 0,8 /3 V K x R /3 x I / 35 x 0,8 3 x 0,00045 0,30 m/dt 0) Membandingkan nilai kecepatan aliran dengan rumus Manning dan rumus Chezy : Rumus Manning: I 0,30 0,05 0,8 3 V n x R/3 x S / 0,00035 x 0,05 0,8/3 x 0,00035 / 0,30 m/dt Rumus Chezy: C n R 6 0,05 0,8 6 3,35 V C R I 3,35 0,8 0,00035 0,30 m/dt Hasil perhitungan kecepatan aliran dengan rumus strikler didapat nilai v sebesar 0,30 sedangkan dengan rumus manning dan chezy didapat nilai v sebesar 0,30. Dilihat dari perhitungan di atas bahwa nilai v dari ketiga rumus sama, maka perhitungan diatas sudah benar. Rekapitulasi hasil perhitungan desain saluran sekunder dan sersier berdasarkan debit saluran di lapangan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Saluran Sekunder dan Tersier Berdasarkan Debit Saluran di Lapangan Saluran Q V b H A P R (m 3 /dtk) (m/dtk) (m) (m) (m ) (m) (m) I BW. 0, 0,30 0,5 0,5 0,68,39 0,8 0,00045 BS A 0,06 0,55 0,35 0,35 0,5,34 0,9 0,00048 Perhitungan berdasarkan debit kala ulang rencana a. Perhitungan saluran sekunder (BW.). Koefisien pengaliran (C) 0,5. Intensitas hujan (I 5 ) 4,9 3. Luas daerah pengaliran (A) 0, Km Berdasarkan data di atas, maka dapat dihitung debit kala ulang dengan menggunakan metode rasional sebagai berikut: Q 5 0,78. C. I 5. A 0,78 0,5 4,9 0,, m 3 /det Perhitungan debit kala ulang (Q T ) berdasarkan periode ulang rencana menggunakan metode rasional selengkapnya disajikan pada Tabel 8 sebagai berikut: Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No. 6

Tabel 8. Debit periode kala ulang dengan metode rasional (BW.) Kala Ulang Koef. Penyesuaian Metrik C rata-rata (mm) I t (mm/ jam) A Q T (km) (m 3 /dtk) 5 0,78 0,5 4,9 0,, 50 0,78 0,5 380,97 0, 3,49 00 0,78 0,5 4,8 0, 3,86 Berdasarkan debit kala ulang rencana 5, 50, dan 00 tahun maka dapat dihitung dimensi saluran sekunder BW. sebagai berikut:. Menentukan nilai n, v dan m dengan cara interpolasi menggunakan Tabel.5 dan.6 hubungan antara Q, dengan n, v dan m. Untuk Q 5, m 3 /detik, berdasarkan tabel dengan cara interpolasi diperoleh: Koefisien Strickler (K) 40 : m :,5 Tabel 9. Interpolasi Nilai n Berdasarkan Nilai Q pada BW. Debit Kala Ulang Q(m 3 /dtk) nb/h,50,8, N 3,00,3 n,8 + (,3,8) (3,00,50),04 m/dtk n b/h,04 b,04 h x (,,50) Tabel 0. Interpolasi Nilai v Berdasarkan Nilai Q pada BW. Debit Kala Ulang Q(m 3 /dtk) v (m/dtk),50 0,55, V 3,00 0,60 Hasil Interpolasi: v 0,55 + 0,60 0,55 x,,50 3,00,50 0,57 m/dtk. Menghitung luas penampang basah: A (b+ m.h) x h A (,04 h+,5.h) x h A 3,54h 3. Harga h dapat diketahui dengan menggunakan rumus mencari debit (Q): Q A x V, 3,54h x 0,57 3,89 3,54h h 3,89 3,54 h,05 m 4. Menghitung nilai lebar dasar saluran (b) kemudian dari nilai b yang dihasilkan, dapat dihitung nilai luas penampang basah (A): b,04 h b,04 x,05 b,4 m A 3,54 h A 3,54 (,05) A 3,90 m 5. Menghitung keliling penampang basah saluran: P b + h(+m ) 0,5 P,4 +.(,05)((+,5 ) 0,5 ) P 5,9 m 6. Menghitung jari-jari hidrolis dari nilai luas penampang basah (A) dan nilai keliling penampang basah saluran (P): R A / P R 3,90 / 5,9 R 0,66 m 7. Menentukan nilai kemiringan dasar saluran menggunakan rumus Strikler namun dengan nilai K, R dan v yang telah diketahui: I V K R3 0,00035 0,57 40 0,663 Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No. 7

V K x R /3 x I / 40 x 0,66 /3 x 0,00035 / 0,57 m/dt 8. Membandingkan nilai kecepatan aliran dengan rumus Manning dan rumus Chezy: Rumus Manning: I 0,57 0,05 0,66 3 V n x R/3 x S / 0,00035 x 0,05 0,66/3 x 0,00035 / 0,57 m/dt Rumus Chezy: C n R 6 0,05 0,66 6 37,3 V C R I 37,3 0,66 0,00035 0,57 m/dt Hasil perhitungan kecepatan aliran dengan rumus strikler didapat nilai v sebesar 0,57 sedangkan dengan rumus manning dan chezy didapat nilai v sebesar 0,57. Dilihat dari perhitungan di atas bahwa nilai v dari ketiga rumus sama, maka perhitungan diatas sudah benar. Rekapitulasi hasil perhitungan desain saluran sekunder selengkapnya disajikan pada Tabel. Tabel. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Saluran Sekunder Berdasarkan Debit Kala Ulang Rencana Saluran BW. Q V b h A P R (m 3 /dtk) (m/dtk) (m) (m) (m ) (m) (m) I, 0,57,4,05 3,90 5,9 0,66 0,00035 3,49 0,6,9,0 5,65 7,5 0,77 0,00033 3,86 0,6 3,4,4 6,9 7,6 0,8 0,0003 b. Perhitungan Saluran Tersier (BS A). Koefisien pengaliran (C) 0,5. Intensitas hujan (I 5 ) 35,87 3. Luas daerah pengaliran (A) 0,0 km Berdasarkan data di atas, maka dapat dihitung debit kala ulang dengan menggunakan metode rasional sebagai berikut: Q 5 0,78. C. I 5. A 0,78 0,5 35,87 0,0,47 m 3 /det Perhitungan debit kala ulang (Q T ) berdasarkan periode ulang rencana menggunkan metode rasional selengkapnya disajikan pada Tabel. Tabel. Debit periode kala ulang dengan metode rasional (BS A) Kala Ulang Koef. C I t A Q T Penyesuaian Metrik rata-rata (mm) (mm/ jam) (km) (m 3 /dtk) 5 0,78 0,5 35,87 0,0,47 50 0,78 0,5 554,84 0,0,3 00 0,78 0,5 63,55 0,0,55 Berdasarkan debit kala ulang rencana 5, 50, dan 00 tahun maka dapat dihitung dimensi saluran tersier BS A sebagai berikut:. Menentukan nilai n, v dan m dengan cara interpolasi menggunakan Tabel.5 dan.6 hubungan antara Q, dengan n, v dan m. Untuk Q 5,47 m 3 /detik, berdasarkan tabel dengan cara interpolasi diperoleh: Koefisien Strickler (K) 40 : m : Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No. 8

Tabel 3. Interpolasi Nilai n Berdasarkan Nilai Q pada BS A Debit Kala Ulang Q(m 3 /dtk) nb/h,00,5,47 N,50,8 n,5 + (,8,5) (,50,00),78 m/dtk n b/h,78 b,78 h x (,47,00) Tabel 4. Interpolasi Nilai v Berdasarkan Nilai Q pada BS A Debit Kala Ulang Q(m 3 /dtk) v (m/dtk) 0,75 0,50,47 V,50 0,55 Hasil Interpolasi: v 0,50 + (0,55 0,50) x (,47 0,75) (,50 0,75) 0,54 m/dtk. Menghitung luas penampang basah : A (b+ m.h) x h A (,78 h+.h) x h A,78h 3. Harga h dapat diketahui dengan menggunakan rumus mencari debit (Q): Q A x V,47,78h x 0,54,7,78h h,7,78 h 0,98 m 4. Menghitung nilai lebar dasar saluran (b) kemudian dari nilai b yang dihasilkan, dapat dihitung nilai luas penampang basah (A): b,78 h b,78 x 0,98 b,74 m A,78 h A,78 (0,98) A,67 m 5. Menghitung keliling penampang basah saluran P b + h(+m ) 0,5 P,74 +.(0,98)((+ ) 0,5 ) P 4,5 m 6. Menghitung jari-jari hidrolis dari nilai luas penampang basah (A) dan nilai keliling penampang basah saluran (P): R A / P R,67 / 4,5 R 0,59 m 7. Menentukan nilai kemiringan dasar saluran menggunakan rumus Strikler namun dengan nilai K, R dan v yang telah diketahui: V K x R /3 x I / I 40 x 0,59 /3 x 0,00037 / 0,54 m/dt V K R3 0,54 0,00037 40 0,59 /3 8. Membandingkan nilai kecepatan aliran dengan rumus Manning dan rumus Chezy: Rumus Manning: I 0,54 0,05 0,59 3 V n x R/3 x S / 0,00037 x 0,05 0,59/3 x 0,00037 / 0,54 m/dt Rumus Chezy: C n R 6 0,05 0,59 6 36,63 V C R I 36,63 0,59 0,00037 0,54 m/dt Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No. 9

Hasil perhitungan kecepatan aliran dengan rumus strikler didapat nilai v sebesar 0,54 sedangkan dengan rumus manning dan chezy didapat nilai v sebesar 0,54. Dilihat dari perhitungan di atas bahwa nilai v dari ketiga rumus sama, maka perhitungan diatas sudah benar. Rekapitulasi hasil perhitungan desain saluran tersier selengkapnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Desain Saluran Tersier Berdasarkan Debit Kala Ulang Rencana. Saluran Q v b H A P R (m 3 /dtk) (m/dtk) (m) (m) (m ) (m) (m) I,47 0,54,74 0,98,67 4,5 0,59 0,00037 BS A,3 0,57,7,05 3,93 5,95 0,66 0,00036,55 0,58,34,09 4,33 6,7 0,69 0,00035 Perhitungan bangunan bagi dan bangunan sadap. Perhitungan berdasarkan debit saluran di lapangan a. Perhitungan hidrolis bangunan bagi (BW.). Perbedaan tinggi (z) 0, m. Koefisien kontraksi dinding, (μ) 0,85 3. Debit saluran (Q) 0, m 3 /det Berdasarkan debit saluran di lapangan yang telah dihitung sebelumnya maka dapat dihitung lebar ambang untuk bangunan bagi BW. sebagai berikut: Q μ. b. h. g. z 0, 0.85 x b x 0,40 x 9.8 0. b 0,44 m Jadi, dari data debit saluran yang diperoleh dari hasil perhitungan antara luas penampang (A) dengan kecepatan saluran (v) dapat menghasilkan lebar ambang dengan b 0,44 m. b. Perhitungan hidrolis bangunan sadap (BS A). Perbedaan tinggi (z) 0,07 m. Koefisien kontraksi dinding, (μ) 0,85 3. Debit saluran (Q) 0,06 m 3 /det Berdasarkan debit saluran di lapangan yang telah dihitung, maka dapat dihitung lebar ambang untuk bangunan bagi BS A sebagai berikut: Q μ. h. g. z 0,06 0.85 x b x 0,5 9.8 0.07 b 0,4 m Jadi, dari data debit saluran yang diperoleh dari hasil perhitungan antara luas penampang (A) dengan kecepatan saluran (v) dapat menghasilkan lebar ambang dengan b 0,4 m.. Perhitungan berdasarkan debit kala ulang rencana a. Perhitungan desain bangunan bagi (BW.) Berdasarkan debit kala ulang rencana 5, 50, dan 00 tahun yang telah dihitung pada Tabel 4.9 maka dapat dihitung lebar ambang untuk bangunan bagi BW. dengan z 0, m dan (μ) 0,85 sebagai berikut : ) Menentukan lebar ambang dengan Q 5, m 3 /dtk dan h,05 m Q μ. b. h. g. z, 0.85 x b x,05 x 9.8 0. b,78 m ) Menentukan lebar ambang dengan Q 50 3,49 m 3 /dtk dan h,0 m Q μ. b. h. g. z 3,49 0.85 x b x,0 x 9.8 0. Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No. 0

b,44 m 3) Menentukan lebar ambang dengan Q 00 3,86 m 3 /dtk dan h,4 m Q μ. b. h. g. z 3,86 0.85 x b x,4 x 9.8 0. b,60 m Jadi, dari data debit kala ulang rencana yang diperoleh dari metode rasional dapat menghasilkan lebar ambang untuk Q 5, m 3 /dtk dengan b,78 m, untuk Q 50 3,49 m 3 /dtk dengan b,44 m, dan untuk Q 00 3,86 m 3 /dtk dengan b,60 m. b. Perhitungan desain bangunan sadap (BS A) Berdasarkan debit kala ulang rencana 5, 50, dan 00 tahun yang telah dihitung sebelumnya pada Tabel 4.35 maka dapat dihitung lebar ambang untuk bangunan sadap BS A dengan z 0,07 m dan (μ) 0,85 sebagai berikut : ) Menentukan lebar ambang dengan Q 5,47 m 3 /dtk dan h 0,98 m Q μ. b. h. g. z,47 0.85 x b x 0,98 x 9.8 0.07 b,50 m ) Menentukan lebar ambang dengan Q 50,3 m 3 /dtk dan h,05 m Q μ. h. g. z,3 0.85 x b x,05 x 9.8 0.07 b,0 m 3) Menentukan lebar ambang dengan Q 00,55 m 3 /dtk dan h,09 m Q μ. h. g. z,55 0.85 x b x,09 x 9.8 0.07 b,34 m Jadi, dari data debit kala ulang rencana yang diperoleh dari metode rasional dapat menghasilkan lebar ambang untuk Q 5,47 m 3 /dtk dengan b,50 m, untuk Q 50,3 m 3 /dtk dengan b,0 m, dan untuk Q 00,55 m 3 /dtk dengan b,34 m. Hasil rekapitulasi perhitungan desain bangunan bagi dan bangunan sadap disajikan pada tabel Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6. Rekapitulasi Perhitungan Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap Berdasarkan Debit Saluran di Lapangan. Ruas Q Μ h g z B (m 3 /dt) (m) (m/dt) (m) (m) BW. 0, 0,85 0,40 9,8 0, 0,44 BS A 0,06 0,85 0,5 9,8 0,07 0,4 Tabel 7. Rekapitulasi Perhitungan Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap Berdasarkan Debit Kala Ulang Rencana. Q H Μ g z B Ruas (m 3 /dt) (m) (m/dt) (m) (m),,05,78 BW. 3,49,0 0,85 9,8 0,,44 3,86,4,60,47 0,98,50 BS,3,05 0,85 9,8 0,07,0 A,55,09,34 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan yaitu dimensi saluran berdasarkan debit saluran dilapangan pada saluran sekunder BW. didapat nilai b (lebar dasar) sebesar 0,5 m dan nilai h (tinggi air) sebesar 0,5 m dan pada saluran tersier BS A didapat b sebesar 0,35 m dan h sebesar 0,35 m. Dimensi ini lebih kecil dari dimensi pengukuran di lapangan yaitu pada saluran sekunder BW. dengan nilai b sebesar, m dan h sebesar 0,40 m dan pada saluran tersier BS A dengan nilai b sebesar 0,75 m dan h sebesar 0,5 m sehingga tidak perlu dilakukan pelebaran. Hasil Perhitungan dimensi bangunan bagi dan bangunan sadap berdasarkan debit Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No.

saluran di lapangan diperoleh nilai b(lebar bangunan) untuk BW. sebesar 0,44 m, dimensi ini lebih besar dari dimensi dilapangan dengan nilai b sebesar 0,35 m sehingga perlu dilakukan pelebaran. Sedangkan untuk BS.A diperoleh nilai b sebesar 0.4 m, dimensi ini lebih kecil dari dimensi dilapangan dengan nilai b sebesar 0,60 m sehingga tidak perlu dilakukan pelebaran. Hasil Perhitungan dimensi bangunan bagi dan bangunan sadap berdasarkan debit kala ulang diperoleh nilai b untuk bagunan bagi BW. dengan Q 5 sebesar,78 m, Q 50 sebesar,44 m, dan Q 00 sebesar,60 m. Bangunan sadap BS A dengan Q 5 sebesar,50 m, Q 50 sebesar,0 m, dan Q 00 sebesar,34 m. Dimensi dari hasil perhitungan ini lebih besar dari dimensi dilapangan sehingga perlu dilakukan pelebaran. DAFTAR PUSTAKA Bezzel, O., Fauzi, M., dan Besperi. 07. Analisis Kehilangan Air pada Saluran Primer di Desa Kemumu Bengkulu Utara. Universitas Bengkulu, Bengkulu. DPU.986. Perencanaan Jaringan Irigasi KP-0. Standar Perencanaan Irigasi, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan. Penerbit PU, Jakarta. Mawardi, E. 00. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung. Prawaka, F., Zakaria, A., dan Tugiono, S. 06. Analisis Data Curah Hujan yang Hilang dengan Menggunakan Metode Normal Ratio, Inversed Square Distance, dan Rata-Rata Aljabar. JRSDD Vol. 4 No.3. Teknik Sipil Universitas Lampung, Lampung. Rahayu, A. S., Amri, K., dan Besperi. 07. Analisis Efisiensi Penyaluran Air Irigasi Kawasan Kemumu Kabupaten Bengkulu Utara. Tinjauan Saluran Sekunder dan Saluran Tersier. Universitas Bengkulu, Bengkulu. Suripin, 004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Jurnal Inersia Oktober 07 Vol.9 No.