BAB I PENDAHULUAN. pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. 1 Maka dari itu dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari generasi sebelumnya. Perkembangan IPTEK yang semakin pesat telah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. moral, ketrampilan dan akhlak antara pendidik dan murid. Pendidikan berperan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Oleh sebab itu pemerintah melalui Departemen Pendidikan memberikan perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan berakal sehat, yakni manusia yang sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang No. 20

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sejak manusia menuntut kemajuan dalam kehidupan, maka sejak itu pula timbul pemikiran dan gagasan serta ide untuk melakukan perubahan, pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. 1 Maka dari itu dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman. Pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan dapat menghantarkan perkembangan kehidupan manusia sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial, kepada titik optimal untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hal yang sama juga di sebutkan dalam Undang-Undang No.20, tahun 2003 tersebut, pada pasal 3 disebutkan bahwa: Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Tujuan pendidikan nasional memiliki kesamaan orientasi dengan Pendidikan Agama Islam (PAI), tujuan pembelajaran PAI adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, h. 5. 1 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 28. 2 Pemerintah RI, Sistem Pendidikan Nasional (Cet. I), (Jakarta: BP. Panca Usaha Putri, 2003), 1

2 penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berangkat dari paparan di atas, pembelajaran agama Islam di lembaga pendidikan formal tidak hanya sekedar mengajarkan ilmu agama kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan komitmen terhadap ajaran agama yang dipelajarinya. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama memerlukan pendekatan pengajaran agama yang berbeda dari pendekatan subjek pelajaran yang lain. Sebab disamping mencapai penguasaan terhadap seperangkat ilmu agama, pendidikan agama juga menanamkan komitmen kepada anak didik untuk mau mengamalkannya. Tingkah laku yang baru misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmaniah adalah beberapa indikasi dari adanya peningkatan yang signifikan terhadap proses kegiatan belajar, kondisi inilah yang dikenal dengan istilah hasil belajar. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah pada saat ini umumnya masih sebatas proses penyampaian materi tentang Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari metode yang digunakan dalam proses pembelajaran dan dapat dilihat dari aspek yang disentuh hanyalah dari segi kognitif peserta didik saja. Metode pembelajaran

3 selama ini banyak mengandalkan pada metode ceramah yang hanya bermodal papan tulis dan hanya menuntut keaktifan guru. Posisi siswa dalam pembelajaran sebagai objek pembelajaran yang pasif, hanya menunggu pemberian dari seorang guru. Minat beserta didik dalam kegiatan pembelajaran sangat rendah sekali dan hasil yang diperolehnya hanya sekedar penguasaan ilmu yaitu aspek kognitif. Namun sebenarnya pengaplikasikan dari pengetahuan yang diperoleh dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam senantiasa selalu mendapat kritik dan selalu diragukan efektifitas pembelajarannya oleh berbagai pihak, antara lain; orang tua, sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Padahal pendidikan agama Islam merupakan suatu mata pelajaran yang diyakini oleh semua pihak sebagai salah satu mata pelajaran yang berfungsi untuk memperbaiki kondisi moral generasi masa depan. Selain itu pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran yang mampu mewujudkan peserta didik yang berkepribadian baik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Menurut Bobby De Porter, belajar adalah kegiatan seumur hidup dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. 3 Salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan dalam pembelajaran. Menurut ilmu jiwa Gestalt bahwa manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan tidak hanya intelektual tetapi juga secara fisik, emosional dan sosial. Maka dari itu guru mempunyai kewajiban untuk 3 Bobby dan Mike Hernacki. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (Bandung : Kaifa, 2001), h. 8

4 menciptakan suasana baru yang dapat membuat murid dapat merasakan, menghayati dan menerapkan pada kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan menggunakan metode sosiodrama siswa dapat melatih dirinya, memahami dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan. Diharapkan siswa dapat memunculkan bakat yang terdapat pada dirinya. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Tapi yang pernah kita temui dan bahkan kita alami sebagian guru belum menerapkan metode sosiodrama ini. Apalagi diperlukan waktu yang banyak, atau bahkan bisa mengganggu kelas lain oleh suara para pemain atau penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan lain-lain. Dan diperlukan juga keterampilan seorang guru dalam menerapkan metode sosiodrama ini dalam kaitannya dengan peningkatan kreativitas belajar siswa. Suatu kegiatan belajar mengajar akan berhasil, jika siswa aktif menjadi pelaku kegiatan tersebut. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan selalu berusaha berorientasi kepada tujuan pendidikan nasional. Begitu pula di SMA Negeri 5 Konawe Selatan, pendidikannya selalu berusaha mewujudkan tujuan pendidikan nasional baik melalui pendidikan agama maupun pendidikan umum. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa SMA Negeri 5 Konawe Selatan karena rendahnya peran serta dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, hal ini merujuk pada observasi yang dilakukan oleh peneliti di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam teori klasifikasi Edgar Dale yang dikutip Sanjaya memberikan informasi bahwa sesungguhnya belajar dilakukan dari hal yang

5 sederhana sampai yang kompleks, dari yang pasif sampai yang aktif, dari yang abstrak hingga yang kongkret dan dari yang menerima sampai yang berperan serta. 4 Teori piramid ini menunjukkan bahwa semakin belajar berada pada level puncak maka akan semakin kurang efektif, begitu juga sebaliknya. Semakin siswa berperan aktif terhadap PBM, maka akan samakin efektif materi yang disampaikan. Rendahnya kemampuan atau hasil belajar siswa SMA Negeri 5 Konawe Selatan dalam memahami pelajaran PAI dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari berhubungan erat dengan kemampuan dasar di sekolah. Pendidikan Agama Islam merupakan ilmu yang wajib diketahui oleh siswa tidak sekedar asal-asalan akan tetapi pelaksanaannya dalam kehidupan nyata. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menjadi penyebab masalah rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan antara lain karena pembawaan materi yang kurang menarik dan terjadi ketidak sesuaian metode yang dipakai guru dalam pembelajaran. Permasalahan seperti ini ditemui oleh peneliti ketika mengadakan observasi di SMA Negeri 5 Konawe Selatan. Dari hasil observasi tersebut diperoleh bahwa terdapat respon yang negatif dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang metode mengajarnya hanya ceramah yang membuat siswa kurang termotivasi dan tertarik. 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientsi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 165

6 Ketidak mampuan siswa tercermin dari rendahnya nilai hasil belajar siswa di SMA Negeri 5 Konawe Selatan. Nilai rata-rata ulangan harian siswa pada mata pelajaran PAI belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Nilai ulangan harian siswa mencapai rata-rata 67,84 belum memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah yakni 75. Menurut Sutrini hal ini memberikan gambaran bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI belum mencapai target yang telah ditetapkan. 5 Selain itu hasil ulangan harian siswa pada mata pelajaran PAI juga menunjukkan bahwa dari 37 siswa kelas XI, hanya terdapat 9 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Jumlah tersebut berarti bahwa hanya 24,32% yang berhasil mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Menyikapi masalah di atas, perlu diterapkan dan dikembangkan sebuah metode pembelajaran yang efektif yang mengikutsertakan peran siswa sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman-pengalaman belajar yang lebih kongkret. Sebuah pembelajaran kongkret yang melibatkan peran aktif siswa mampu mendorong dan merangsang diri siswa untuk menerima pesan dan nilai-nilai yang disampaikan. Metode sosiodrama merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. 6 5 Sutrini, Guru SMA Negeri 5 Konawe Selatan, wawancara pada Senin 8 Mei 2017. 6 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawaali Pers, 2011), h. 309

7 Agar mencapai hasil belajar maksimal dan juga untuk dapat mengatasi kesulitan belajar, siswa dan guru harus memahami proses belajar dan seluruh faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Umumnya siswa sangat membutuhkan metode yang sederhana, dan mudah diterapkan untuk dapat belajar secara efektif. Penyelesaian masalah terhadap rendahnya peran aktif siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, dapat diatasi melalui penggunaan metode sosiodrama. Hal ini disebabkan karena metode sosiodrama berorientasi pada pembelajaran kongkret yang menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Kesesuaian antara metode Sosiodrama dengan materi Pendidikan Agama Islam kelas XI yang menuntut keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Metode Sosiodrama Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri 5 Konawe Selatan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diaatas dapat diidentifikasi masalah dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1. Kurangnya minat belajar siswa 2. Kurangnya kemampuan untuk menjawab pertanyaan 3. Kurangnya variasi metode ataupun strategi di dalam pelaksanaan pembelajaran

8 4. Pembelajaran di kelas yang monoton 5. Rendahnya hasil belajar Pendidikan Agama Islam C. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran PAI dengan menggunakan metode sosiodrama? 2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI dengan menggunakan metode sosiodrama? 3. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA Negeri 5 Konawe Selatan pada kelas XI IPA dengan menggunakan metode sosiodrama? D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana aktivitas guru dalam proses pembelajaran PAI dengan menggunakan metode sosiodrama? 2. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI dengan menggunakan metode sosiodrama? 3. Apakah hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA Negeri 5 Konawe Selatan pada kelas XI IPA meningkat dengan menggunakan metode sosiodrama?

9 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam proses pembelajaran PAI dengan menggunakan metode sosiodrama. 2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI dengan menggunakan metode sosiodrama. 3. Untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA Negeri 5 Konawe Selatan pada kelas XI IPA dengan menggunakan metode sosiodrama. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Keilmuan a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam aspek ilmu pengetahuan, khususnya dalam peningkatan hasil belajar murid dengan menggunakan metode sosiodrama. b. Sebagai bahan kajian dan referensi bagi peneliti lainya yang berhubungan dengan penelitian ini. c. Sebagai dasar kegiatan bagi penelitian berikutnya yang sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, dapat memperbaiki proses belajar mengajar PAI di kelas. b. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar.

10 c. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran, khususnya PAI. d. Bagi peneliti, sebagai sarana belajar dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan, serta untuk memenuhi persyaratan penyelesian studi. G. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang keliru, maka peneliti perlu memberikan definisi operasional mengenal hal-hal yang berkait dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Sosiodrama adalah teknik yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan, melalui suatu suasana yang didramatisasikan sehingga dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan. Metode ini merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. 2. Hasil belajar adalah nilai yang telah diperoleh murid sekolah dasar kelas XI IPA di SMA Negeri 5 Konawe Selatan yang dicapai melalui hasil tes tertulis pada mata pelajaran PAI yang dilaksanakan pada tiap akhir siklus.