Inga inga. (ting ) PELAYANAN PERIZINAN SATU PINTU LINGKUP DITJEN BPK The difficulties is not the new ideas but in escaping from the old ones, which ramify, for those brought up as most of us have been into every corner of our minds. (JMK, 1935)
Tanya Kenapa? 1. Mendorong daya saing sektor kehutanan melalui (sisi Pemerintah) pelayanan yang transparan, profesional dan kredibel : minimal memenuhi 3 pertanyaan masyarakat, yaitu : apa syaratnya?, berapa biayanya? dan kapan selesainya?...(?...(jangan tarso tarso tarso ) 2. Bagaimana ekonomi tumbuh melalui peningkatan ekspor dan investasi.. (Pro-growth) 3. Bagaimana pengangguran berkurang melalui bergeraknya sektor riil (Pro-Job) 4. Bagaiman orang miskin setempat diberdayakan melalui ekonomi pedesaan dikaitkan dengan RPPK (Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan) (Pro-Job). 5. Membangun tata kelola pemerintahan yang baik. 5. Bgmn membangun citra GG karena laporan WB (Doing( Bisnis in Indonesia-International International Finance Corp. Report) tahun 2004 : investasi di Indonesia memiliki 12 macam prosedur dengan jumlah hari kerja 151 sangat lambat bila dibandingkan : Malaysia : 9 prosedur dengan 9 hari kerja Philippina : 11 prosedur dengan 50 hari kerja Singapura : 7 prosedur dengan 8 hari kerja Thailand : 8 prosedur dengan 33 hari kerja Vietnam : 11 prosedur dengan 56 hari kerja
6. Biaya mulai usaha investasi di Indonesia sebesar 130 % dari pendapatan per kapita, sangat mahal bila dibandingkan : Malaysia : 25 % dari pendapatan per kapita, Philippina : 20 % dari pendapatan per kapita, Singapura : 1,2 % dari pendapatan per kapita, Thailand : 6,7 % dari pendapatan per kapita, Vietnam : 28 % dari pendapatan per kapita. 7. O/k itu Presiden menerbitkan Inpres No. 3 tahun 2005 untuk percepatan investasi, dimana pelayanan publik tidak boleh melebihi 30 hari
Berdasarkan hal-hal di atas, maka Ditjen Bina Produksi Kehutanan melaksanakan pelayanan satu pintu sejalan dengan : a. Keputusan Menpan No. KEP/63/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. b. Renstra Departemen Kehutanan, bahwa 50 % areal open akses pada areal HP akan diberikan Izin Pemanfaatan Hutan (HPH, HTI dan HTR). c. Rencana Ditjen BPK meng-iso ISO-kan pelayanan di Ditjen BPK bekerjasama dengan Lembaga Konsultan ISO 9001 tahun 2005, hasil ekspose : untuk mendapatkan sertifikat ISO, konsekuensinya adalah perbaikan peraturan perundangan dan penambahan sarana dan prasarana khususnya ruangan. d. Tahap pertama Ditjen BPK tahun 2007 menetapkan pelayanan satu pintu untuk 7 jenis perizinan yaitu : 1. IUPHHK - Hutan Alam 2. IUPHHK - Hutan Tanaman Industri, 3. izin Peralatan pada IUPHHK Hutan Alam 4. izin Peralatan pada IUPHHK Hutan Tanaman 5. izin Prinsip Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK). 6. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu 7. Izin Perluasan Industri Primer Hasil Hutan Kayu e. SAM Bidang Kelembagaan telah melakukan fasilitasi percepatan pelayanan publik Satu Pintu dan atau Satu Atap.
Tujuan : Transparansi proses perizinan (syarat, biaya dan waktu) Meminimalisir kontak antara petugas dengan pemohon Meningkatkan akuntabilitas dan profesionalitas jajaran BPK Kontribusi terhadap pertumbuhan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan PRINSIP 1. Pelayanan Satu Pintu tidak sama dengan pelayanan Satu Atap, dimana pelayanan Satu Pintu masing-masing instansi menjalankan tupoksi dan kewenangannya, sedangkan pelayanan Satu Atap seluruh kewenangan instansi melebur di satu unit pelayanan (model Samsat di POLDA). 2. Idealnya satu atap untuk pelayanan yang sifatnya melayani hajat hidup orang banyak 3. Pendekatan sistem melalui pembuatan organikgram dalam setiap sistem pelayanan
Pemohon C T H MENHUT (Lai-Min) Lengkap Verifikasi Peta (Baplan) Tdk Lengkap/ Tolak Pekerjaan yang sudah on-line lingkup Ditjen BPK (tidak( dalam Yantupin) adalah : O R G A N I K G R A M Via Pos Tercatat Lai-Nis MENHUT (Lai-Min) Proses Dj BPK/Setjen SK HPH/HTI Bayar IHPH/HTI Tdk layak/ Tolak Flow chart Perizinan 1. RPBBI sesuai (Peraturan Menhut No. P.16/Menhut-II/2006) 2. Penata Usaha Hasil Hutan sesuai (Peraturan Menteri Kehutanan No.55/Menhut-II/2006) 3. Data Base PHAPL