BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN TEKNIK PROBING PROMPTING

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan pun masih belum jelas, proses

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya. Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu mengatasi problematika kehidupan. peserta didik. Guru mempunyai peran penting saat berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan hasil pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang di ikuti melalui syarat-syarat yang jelas dan ketat ( Hasbullah,2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan suatu bangsa, sehingga kualitas pendidikan sangat. diperhatikan oleh pemerintah. Hingga saat ini pemerintah terus

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Metode tanya-jawab seringkali dikaitkan dengan kegiatan diskusi, seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab, meskipun terdapat perbedaan pada pelaksanaannya. Pada dasarnya dalam beberapa kegiatan ilmiah tersebut memiliki persamaan yaitu sama-sama terjadi proses tanya-jawab untuk bertukar pengetahuan dan informasi yang dirasa belum jelas. Secara umum tanya-jawab bisa dilakukan dalam kegiatan pembelajaran seperti ketika kegiatan diskusi. Sebenarnya metode tanya-jawab sendiri dapat dilakukan terpisah secara khusus pada proses pembelajaran. Metode tanya-jawab dalam dunia pendidikan merupakan salah satu metode pembelajaran konvensional yang sering digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas, selain metode ceramah dan diskusi. Metode ini seringkali disandingkan dengan metode ceramah, dan metode diskusi. Metode ini memang tepat digunakan untuk menjawab materi yang dirasa belum dipahami oleh siswa. Hal ini juga senada dengan pendapatnya Roestiyah (2008: 129) yang menyatakan bahwa: Metode tanya-jawab merupakan suatu teknik untuk memberi motivasi siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran; atau guru yang mengajukan pertayaan-pertanyaan itu, siswa menjawab. Pasti saja pertanyaan-pertanyaan itu mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan guru; dan siswa seharusnya sudah mengerti; atau pertanyaan yang lebih luas asal berkaitan dengan pelajaran, atau juga

2 mungkin pengalaman yang dihayati dengan tanya-jawab itu, pelajaran akan lebih mendalam dan meluas. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode tanya-jawab merupakan salah satu metode pembelajaran alternatif yang dapat digunakan pada proses pembelajaran di kelas untuk memotivasi siswa agar dapat kemampuan berpikirnya bisa berkembang. Selain itu metode tanya-jawab juga digunakan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami dan menyimak materi pelajaran yang sudah diberikan. Penggunaan metode tanyajawab juga digunakan untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang sedang dibahas sehingga mendorong minat siswa untuk belajar. Hal di atas juga senada dengan pendapatnya Supriatna (Hakim, 2012: 6) yang menyatakan bahwa: Salah satu alasan guru menggunakan metode tanya-jawab adalah karena dapat membangkitkan atau menimbulkan keingintahuan siswa terhadap isi permasalahan yang sedang dibicarakan, sehingga mendorong minat siswa untuk berprestasi dalam proses belajar mengajar. Selain itu dengan metode tanya-jawab akan membangkitkan motivasi siswa karena ketika guru memberikan pertanyaan dengan penuh semangat maka siswa akan tepicu untuk mencari jawaban. Namun pada kenyataannya penggunaan metode tanya-jawab pada proses pembelajaran di kelas kurang maksimal. Sehingga membuat metode ini hanya dijadikan selingan dalam proses pembelajaran. Kurangnya guru dalam memaksimalkan metode tanya-jawab disini, seperti halnya pertanyaan yang diajukan guru yang jawabannya terbatas pada tataran faktual, sehingga mengakibatkan pikiran siswa tidak berkembang. Untuk itu guru perlu memperhatikan jenis pertanyaan yang digunakan. Pertanyaan yang diajukan hendaknya pertanyaan kognitif tingkat tinggi yang dapat melatih daya pikir siswa,

3 sehingga siswa ikut terlibat dalam menggali materi pelajaran yang sedang dibahas. Selama ini guru hanya menggunakan pertanyaan kognitif tingkat rendah, yaitu berupa pertanyaan faktual seperti angka tahun dan nama tokoh yang sudah terdapat di dalam buku teks siswa. Hal ini membuat kesempatan siswa untuk berpartisipasi dan berpikir mandiri dalam proses belajar menjadi terbatas. Sehingga membuat siswa acuh, dan merasa tidak perlu untuk memperhatikan penjelasan guru, karena materi yang dijelaskan tertuang di dalam buku. Permasalahan di atas juga senada dengan yang diungkapkan oleh Brown (1991: 116) yang menyatakan bahwa: Sepanjang sejarah penggunaan pertanyaan terungkap kejutan lebih lanjut kebanyakan guru jarang sekali menggunakan pertanyaan tingkat tinggi. Padahal pertanyaan inilah yang merangsang pemikiran tingkat tinggi. Dalam sebuah tinjauan oleh Gall (1970) diperkirakan lebih dari 60% pertanyaan guru hanya menuntut para pelajar untuk mengingat kembali kejadian-kejadian, 20% pertanyaan guru yang menuntut murid berpikir dan 20% berhubungan dengan soal prosedural. Berdasarkan pendapat di atas maka sebenarnya metode tanya-jawab ini jika penggunaannya maksimal dapat menumbuhkan antusias siswa dan memusatkan perhatiannya pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Untuk itu perlu adanya usaha untuk memaksimalkan penggunaan metode tanya-jawab ini, salah satunya yaitu dengan penggunaan pertanyaan tinggkat tinggi dan pertanyaan mengarahkan dan menggali (probing -prompting). Pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi dapat mendorong siswa mengambangkan kemampuan berpikir kritisnya. Hal ini juga sesuai tujuan dari pembelajaran sejarah yang termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

4 No. 22 tahun 2006 mengenai Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, yang berisi: 1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan 2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan 3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau 4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang 5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional, (Pusat Kurikulum, 2006) Berdasarkan tujuan pembelajaran sejarah yang termuat pada poin dua yang berbunyi, melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan. Tujuan pembelajaran sejarah di atas, pembelajaran sejarah diharapkan dapat mengarahkan peserta didik agar mampu meningkatkan dan melatih kemampuan berpikir kritis setiap siswa agar dapat memahami dan menggali informasi sebuah

5 peristiwa sejarah dengan baik berdasarkan pendekatan ilmiah. Melalui pembelajaran sejarah, siswa diharapkan memiliki jiwa patriotisme, karena para siswa kelak akan menjadi penerus pembangun bangsa ini. Merujuk pada tujuan pembelajaran sejarah di atas, maka pentingnya pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah dimaksudkan agar siswa tidak saja mengetahui peristiwa yang terjadi, namun siswa juga dapat menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dalam materi-materi yang dipelajari. Sehingga dengan melatih kemampuan berpikir kritis, dalam diri siswa tumbuh rasa ingin tahu siswa terhadap peristiwa yang terjadi secara mendalam, dengan memilah informasi dari berbagai sumber. Berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah yaitu bagaimana siswa dapat memilah informasi dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang valid untuk menemukan informasi yang valid atau sahih. Bagaimanapun dalam pembelajaran sejarah kemampuan berpikir kritis menjadi hal utama agar siswa tidak terjebak pada informasi yang salah dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Untuk itu dalam proses pembelajaran di kelas siswa tidak saja hanya menjadi subjek penerima informasi. Melainkan siswa juga harus diajak untuk berpikir kritis dalam memahami informasi tersebut. Pendapat di atas juga diperkuat oleh pendapatnya Sapriya (2011: 145) perlunya mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk siswa di sekolah diakui oleh sejumlah ahli pendidikan. Preston dan Herman yang menyatakan bahwa inkuiri dan keterampilan berpikir kritis tumbuh subur di kelas ketika guru menilai pemikiran-pemikiran yang berbeda termasuk pemikiran yang

6 berbeda yang dibawa oleh guru dan mendorong siswa untuk berpikir secara bebas. Idealnya pembelajaran sejarah dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa seperti yang termuat dalam tujuan pembelajaran sejarah. Namun pada kenyataannya proses pembelajaran di sekolah lebih condong pada penyampaian materi dari guru kepada siswa, hal ini juga diperkuat oleh pendapatnya Supriatna yang menyatakan bahwa : Pembelajaran yang berangkat dari pandangan esensialistis yang menekankan pada penguasaan disiplin ilmu serta pandangan perenialistis yang menekankan pada pewarisan nilai dan pada penguasaan ranah kognitif berupa penguasaan fakta sejarah membuat guru masih mengacu pada proses transfer informasi kepada siswa walaupun sudah banyak inovasi pembelajaran yang demokratis (Supriatna, 2007: 1). Keberadaan kurikulum yang bersifat perenialis dan esensalis ditambah dengan pengaruh dari budaya feodal dan patronase menyebabkan pembelajaran sejarah berlangsung dengan kecenderungan pemaparan fakta. Selain itu proses pembelajaran di kelas bersifat satu arah, siswa menjadi penerima informasi dari guru tanpa dapat memahami manfaat pembelajaran sejarah dalam kehidupan sehari-hari. Hasil pengamatan peneliti pada saat proses pembelajaran sejarah berlangsung di kelas XI IPA 4 SMAN 14 BANDUNG, proses pembelajaran menggunakan metode diskusi dan presentasi, peneliti mendapat gambaran tentang kondisi kelas yaitu: 1. Ketika pelajaran sejarah berlangsung, siswa sangat antusias selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini ditunjukan dengan respon siswa yang aktif bertanya.

7 2. Pada saat presentasi kelompok berlangsung, ketika sesi tanya-jawab berlangsung, peneliti melihat pertanyaan yang diajukan siswa, dan jawaban yang diberikan oleh anggota kelompok belum menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, masih terbatas pada penyampaian informasi yang terdapat pada buku teks. 3. Umumnya ketika siswa ditugaskan untuk diskusi kelompok seringkali dalam satu kelompok cenderung membebankan tugas pada satu orang untuk mengerjakan tugas. Sehingga anggota lain yang tidak mengerjakan tugas tidak menguasai materi yang didiskusikan dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, selama proses pembelajaran berlangsung siswa kelas XI IPA 4 ini kebanyakan lebih aktif dibandingkan dengan kelas IPA lainnya. Sejauh ini guru sudah mencoba menerapkan pembelajaran inkuiri kepada siswa, agar dapat pelajar mandiri. Namun pada kenyataanya siswa belum dapat menganalisis informasi yang mereka dapat sehingga seringkali terjebak pada informasi yang salah. Pendapat di atas juga diperkuat oleh Brant (Sapriya, 2011: 145) yang menyatakan bahwa pada saat ini belum banyak muncul kesadaran yang tinggi dikalangan pendidik di persekolahan untuk mengajar para siswa tentang kondisi dunia yang semakin berkembang pesat yang menuntut adanya respon dengan pemikiran secara kritis. Oleh karena itu, pembelajaran dengan penerapan keterampilan berpikir kritis di kelas merupakan cara yang paling tepat untuk menjawab tantangan ini. Untuk itu keterampilan berpikir kritis harus

8 dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa memiliki kecakapan dalam persaingan global. Hal ini juga diperkuat oleh pendapatnya Wijanarti, dalam artikelnya yang berjudul CTL dalam pembelajaran sejarah yang termuat di dalam http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend._sejarah/196207181986012- ERLINA_WIJANARTI/CTL_DLM PMBLRAN_SEJARAH.pdf, [ 27 Maret 2012] mengungkapkan bahwa: Selama ini pendidikan sejarah diidentikan sebagai pembelajaran yang membosankan di kelas. Baik strategi, metode maupun teknik pembelajaran lebih banyak bertumpu pada pendekatan berbasis guru yang monoton, dan meminimalkan partisipasi peserta didik. Guru diposisikan sebagai satusatunya dan pokok sumber informasi peserta didik sebagai objek penderita manakala guru sebagai segala sumber dan pengelola informasi hanya mengajar dengan metode itu saja. Sehingga sejarah disamping membosankan, juga hanya menjadi wahana pengembangan keterampilan berpikir tingkat rendah dan tidak memberi peluang kemampuan inkuiri maupun memecahkan masalah. Selama proses pembelajaran berlangsung, seharusnya siswa dilibatkan dalam proses pengumpulan informasi kesejarahan sesuai dengan metode ilmiah untuk membentuk dan melatih kemampuan berpikirnya sehingga dapat membangun pengetahuannya sendiri agar lebih bermakna. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri proses pengumpulan informasi tersebut, bukan sekedar mengetahuinya. Seperti halnya dalam pembelajaran sejarah, siswa hanya diberikan materi pelajaran saja tanpa dilibatkan dalam memahami dan mengalami proses pengumpulan informasi maka siswa hanya mengejar target dalam hal penguasaan materi.

9 Pembelajaran sejarah selama ini lebih menekankan pada penguasaan materi saja sehingga hanya akan memperkuat kompetisi dalam mengingat fakta. Guru seharusnya dapat mengajak siswa untuk mencari berbagai informasi secara mandiri. Setelah itu siswa akan menganalisis berbagai informasi yang sudah didapat untuk ditelusuri kebenarannya. Sehingga ketika dilakukan tanya-jawab siswa sudah memiliki jawaban dari hasil penelusurannya tadi dan dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan baik dan benar. Melalui cara seperti ini guru secara tidak langsung sudah membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dan membangun pemahaman siswa secara mandiri. Permasalahan-permasalahan yang muncul di atas berdampak pada kemampuan berpikir kritis siswa. Upaya untuk menanggulanginya yaitu dengan cara meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk itu peneliti harus memilih metode yang tepat agar dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa secara bersamaan. Kemudian dalam hal ini peneliti memilih metode tanyajawab dengan teknik probing-prompting unruk digunakan dalam proses pembelajaran sejarah di kelas. Metode tanya-jawab menurut Imansjah Ali Pandie dalam http://bio-sanjaya.blogspot.com/2012/04/metode-tanya-jawab-menurutpara-ahli.html [ 19 Juni 2012 ] adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu yang sudah diberikan, agar para murid memusatkan lagi perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai. Sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya dan untuk

10 merangsang perhatian murid. Metode ini dapat digunakan sebagai Apersepsi, selingan, dan evaluasi. Metode ini lebih menekankan pada pengoptimalan kemampuan siswa secara individual sehingga siswa dapat mendorong partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Suasana tanya-jawab yang mengundang tanya dan rasa penasaran siswa sehingga dapat membangkitkan rasa ingin tahu, sehingga siswa berusaha mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut. Hal di atas juga diungkapkan oleh Hakim (2012: 6) yang menyatakan bahwa ketika guru dan siswa bertanya-jawab siswa akan berpikir, ketika proses berpikir itulah maka pengetahuan siswa akan bertambah. Sedangkan teknik probing-prompting merupakan salah satu teknik dalam keterampilan bertanya. Pembelajaran dengan teknik probing dilakukan dengan cara mengarahkan siswa melalui penggunaan gambar, peta, film maupun media lainnya untuk mengumpulkan informasi. Kemudian siswa diajak untuk menggali pengetahuannya sendiri (prompting) melalui pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari gambar, peta, film maupun media lainnya. Teknik ini membantu siswa dalam menggali pengetahuan, serta meningkatkan dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam memilah berbagai informasi yang mereka dapat, serta mengarahkan siswa pada pemahaman dengan menggunakan bahasa sendiri. Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti membuat perumusan masalah yaitu Bagaimana Penerapan Metode Tanya-jawab dengan Teknik Probing- Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam

11 Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 14 Bandung). 1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan yang akan diangkat yaitu Bagaimana penerapan metode tanyajawab dengan teknik probing-prompting dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 14 Bandung? Berdasarkan perumusan masalah di atas maka dapat dikembangkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana desain perencanaan pembelajaran sejarah menggunakan metode tanya-jawab dengan teknik probing-prompting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4? 2. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sejarah menggunakan metode tanya-jawab dengan teknik probing-prompting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4? 3. Bagaimana hasil penerapan metode tanya-jawab dengan menggunakkan teknik probing-prompting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4? 4. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan metode tanya-jawab dengan menggunakkan teknik probing-prompting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas XI IPA 4.

12 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode tanya-jawab dengan teknik probing-prompting terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah. Namun, secara khusus penulis memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan desain perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan dikelas dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode tanya-jawab melalui teknik probingprompting. 2. Mengkaji dan mendeskripsikan pengembangan pembelajaran sejarah menggunakan metode tanya-jawab dengan teknik probing-prompting yang diterapkan guru dikelas XI IPA 4 SMA Negeri 14 BANDUNG dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 3. Mendapatkan gambaran mengenai efektivitas penggunaan metode tanyajawab melalui teknik probing-prompting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 4 SMAN 14 BANDUNG. 4. Mencari solusi dalam mengatasi kendala dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode tanya-jawab melalui teknik probing-prompting. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan antara lain sebagai berikut:

13 Manfaat secara Praktis: 1. Bagi siswa Bagi siswa dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah pengetahuan yang diterima dari guru sehingga lebih mengerti dan dapat menganalisis masalah. Mempermudah siswa melakukan akomodasi dan membangun pengetahuannya sendiri. 2. Bagi Guru Memberikan masukan kepada guru, khususnya guru sejarah, bahwa metode tanya-jawab dengan teknik probing-prompting dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran sejarah. 3. Bagi peneliti lainnya Bagi peneliti lainnya dapat memberikan masukan mengenai cara penulisan penelitian pendidikan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegaiatan profesional di dunia pendidikan kelak. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis menyusun sebagai berikut: BAB I, merupakan pendahuluan pada bab ini terbagi lagi ke dalam beberapa sub bab yakni diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

14 BAB II, merupakan kajian pustaka, pada bab ini terbagi lagi ke dalam beberapa sub bab yakni metode tanya-jawab, teknik probing-prompting, Keterampilan Berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah. BAB III, merupakan prosedur penelitian, pada bab ini terbagi ke dalam beberapa sub bab, diantaranya: metodologi penelitian, sasaran penelitian dan definisi operasional, teknik dan alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data, prosedur pengolahan data dan analisis data. BAB IV, menjelaskan pembahasan hasil penelitian. Bab ini merupakan pembahasan masalah dan analisis data berdasarkan hasil penelitian di SMAN 14 Bandung yang telah dilakukan peneliti. BAB V, menjelaskan kesimpulan. dalam bab ini disajikan jawaban dari rumusan masalah yang diangkat melalui penelitian dan pengolahan data, kesimpulan hasil pembahasan dan saran-saran atau rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN