KATA PENGANTAR. Akhir kata, semoga pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak. Yogyakarta, Januari Kepala. Drs. Suharja NIP

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN BENTURAN PT. PELITA AIR SERVICE. PT. PELITA AIR SERVICE Jl. Abdul Muis No A Jakarta Pusat 10160

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1


PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN PERUM PERUMNAS

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk. BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Pengertian Istilah

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

TENTANG PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Kata Pengantar... Peraturan Bersama... BAB I PENDAHULUAN... 1

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

P E N A N G A N A N G R A T I F I K A S I. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 6 TAHUN PEDOiVIAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Pedoman Penanganan Gratifikasi. PT BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (Persero)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;

X 5 A d ' ' > '/' Ditetapkan'tli

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL, TBK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN UMUM PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN I. Pendahuluan

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

SURAT EDARAN Nomor: 18 /SE/M/2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALUKU TENGGARA

PEDOMAN PENANGANAN GRATIFIKASI PT. HALEYORA POWER BAB I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

PT. PATRA BADAK ARUN SOLUSI PERUBAHAN DOKUMEN

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN (Conflict of Interest) PT Perkebunan Nusantara IX.

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL

SOSIALISASI PENGENDALIAN GRATIFIKASI DAN BENTURAN KEPENTINGAN RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TUJUAN PEDOMAN KONFLIK KEPENTINGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2015

WHISTLE BLOWING SYSTEM

PEDOMAN PERILAKU (CODE OF CONDUCT)

ISI DAFTAR DAFTAR ISI BAGIAN I UMUM... A. TUJUAN... B. RUANG LINGKUP... C. PENGERTIAN... D. REFERENSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT INTERMEDIA CAPITAL Tbk.

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 44 /BC/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

PELAPORAN PELANGGARAN MELALUI WHISTLE BLOWING SYSTEM TAHUN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut Perseroan terus

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

PEDOMAN PENERIMAAN DAN PEMBERIAN GRATIFIKASI/ HADIAH/ HIBURAN PT Perkebunan Nusantara IX.

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. a. Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal;

SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN WHISTLE BLOWING SYSTEM

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan disusun sebagai bentuk komitmen Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct) secara amanah, transparan, dan akuntabel. Pedoman ini diharapkan efektif dan mampu memberikan panduan kepada seluruh pegawai terkait kepatuhan terhadap peraturan dan perundangundangan, sekaligus secara langsung maupun tidak langsung mampu mengendalikan pelanggaran yang terjadi dalam institusi. Selain itu, guna memelihara kepentingan para stakeholder dan untuk meningkatkan reputasi institusi, serta potensi terjadinya situasi Benturan Kepentingan yang mungkin tidak dapat terhindarkan antara satu pihak dengan pihak lainnya, maka penyusunan pedoman ini bukan lagi suatu kewajiban, namun suatu kebutuhan. Tetap berpegang pada prinsip itikad baik dan tanggung jawab, pedoman ini harus ditaati oleh seluruh pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Penyusunan pedoman ini berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, serta diselaraskan dengan Pedoman Tata Kelola Institusi dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct), serta nilai-nilai dan budaya yang berlaku di institusi. Akhir kata, semoga pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak. Yogyakarta, Januari 2019 Kepala Drs. Suharja NIP 1965080171993031001

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Direktorat Jenderal Kebudayaan. Pelaksanaan tugas Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, berpedoman pada visi dan misi yang senantiasa dituntut untuk dijalankan dengan prinsip yang transparan dan akuntabel. Dalam rangka mewujudkan visi misi dan kebijakan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tidak terlepas dari melakukan kerjasama dan interaksi dengan para pemangku kepentingan maupun pihak-pihak lainnya. Namun demikian, dalam menjalankan hubungan dan interaksi tersebut senantiasa terdapat potensi terjadinya situasi Benturan Kepentingan yang mungkin tidak dapat terhindarkan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Kurangnya pemahaman terhadap Benturan Kepentingan dapat menimbulkan penafsiran yang beragam dan memberikan pengaruh negatif terhadap pengelolaan institusi. Oleh karena itu, institusi menyadari pentingnya sikap yang tegas terhadap penanganan Benturan Kepentingan yang terjadi di institusi, sehingga dapat tercipta pengelolaan institusi yang baik, serta hubungan yang harmonis dengan seluruh pemangku kepentingan maupun pihak-pihak lainnya dalam pelaksanaan kerjasama dan interaksi dengan institusi. Oleh karena itu, maka disusunlah Pedoman Benturan Kepentingan ini yang berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta diselaraskan dengan Prinsip-Prinsip Good Governance dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct), serta nilai-nilai yang berlaku di institusi. Pedoman Benturan Kepentingan ini akan disosialisasikan dan dievaluasi penerapannya secara berkelanjutan kepada seluruh pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dan secara berkala akan dilaksanakan pemutakhiran/ penyempurnaan atas Pedoman Benturan Kepentingan ini dalam rangka perbaikan berkelanjutan (Continuous Improvement) sesuai dengan perkembangan. 2. LANDASAN PENYUSUNAN Dalam menyusun Pedoman Benturan Kepentingan ini dilandasi oleh sikap berikut :

a. Selalu mengutamakan kepatuhan pada hukum dan peraturan perundangundangan yang berlaku serta mengindahkan norma-norma yang berlaku pada masyarakat dimana institusi melaksanakan visi misi dan tugasnya. b. Senantiasa berupaya menghindari tindakan, perilaku ataupun perbuatanperbuatan yang dapat menimbulkan Benturan Kepentingan, Korupsi, Kolusi maupun Nepotisme (KKN) serta selalu mengutamakan kepentingan institusi di atas kepentingan pribadi, keluarga, kelompok ataupun golongan. c. Selalu berusaha menerapkan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban serta keadilan dalam pelaksanaan tugas institusi. d. Selalu berusaha untuk menjalankan tugas institusi berdasarkan Prinsip- Prinsip Good Governance dan Pedoman Perilaku (Code of Conduct) yang berlaku di institusi. 3. MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT a. Sebagai Pedoman bagi pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta untuk memahami, mencegah dan menanggulangi Benturan Kepentingan di institusi. b. Sebagai Pedoman bagi pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam mengambil sikap yang tegas terhadap Benturan Kepentingan di institusi untuk mewujudkan tata kelola yang baik. c. Mewujudkan institusi yang bebas dari segala bentuk Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). 4. PENGERTIAN a. InsanMuseum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah pejabat struktural (eselon 3, dan 4) dan pegawai institusi. b. Pejabat struktural adalah pegawai yang diangkat menjadi Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. c. Benturan Kepentingan (Conflict of Interest), adalah situasi atau kondisi dimana Pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang karena jabatan/posisinya, memiliki kewenangan yang berpotensi dapat disalahgunakan baik sengaja maupun tidak sengaja untuk kepentingan lain

sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusannya, serta kinerja hasil keputusan tersebut yang dapat merugikan bagi institusi. d. Pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, adalah Kepala Museum, Pejabat Struktural dan seluruh staf yang bekerja untuk dan atas nama institusi. e. Mitra/Pihak Ketiga, adalah komunitas/institusi maupun stakeholder yang menjalin kerjasama dengan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

BAB II BENTURAN KEPENTINGAN 1. PENGERTIAN BENTURAN KEPENTINGAN Benturan Kepentingan, adalah situasi atau kondisi dimana Pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang karena jabatan/posisinya, memiliki kewenangan yang berpotensi dapat disalahgunakan baik sengaja maupun tidak sengaja untuk kepentingan lain sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusannya, serta kinerja hasil keputusan tersebut yang dapat merugikan bagi institusi. 2. BENTUK-BENTUK SITUASI BENTURAN KEPENTINGAN a. Situasi yang menyebabkan pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menerima gratifikasi atau pemberian atau penerimaan hadiah/cinderamata atau hiburan atas suatu keputusan atau jabatan yang menguntungkan pihak pemberi. b. Situasi yang menyebabkan penggunaan aset jabatan atau institusi untuk kepentingan pribadi atau golongan. c. Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan atau institusi dipergunakan untuk kepentingan pribadi atau golongan. d. Situasi perangkapan jabatan di beberapa bidang/bagian/seksi yang memiliki hubungan langsung atau tidak langsung, sehingga dapat menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan jabatan lainnya. e. Situasi yang memberikan akses khusus kepada Pegawai atau pihak tertentu untuk tidak mengikuti prosedur dan ketentuan yang seharusnya diberlakukan. f. Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak sesuai dengan prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi. g. Situasi dimana kewenangan penilaian suatu obyek kualifikasi dimana obyek tersebut merupakan hasil dari si penilai. h. Situasi dimana adanya kesempatan penyalahgunaan jabatan. i. Situasi dimana seseorang dapat menentukan sendiri besarnya gaji/remunerasi. j. Situasi bekerja selain di luar pekerjaan pokoknya, kecuali telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di institusi.

k. Situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan wewenang. l. Situasi yang memungkinkan untuk memberikan informasi lebih dari yang telah ditentukan institusi, keistimewaan maupun peluang bagi calon penyedia Barang/Jasa untuk menang dalam proses Pengadaan Barang/Jasa di institusi. m. Situasi dimana terdapat hubungan afiliasi/kekeluargaan antara pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dengan pihak lainnya yang memiliki kepentingan atas keputusan dan/atau tindakan pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sehubungan dengan jabatannya di institusi. 3. SUMBER PENYEBAB BENTURAN KEPENTINGAN a. Kekuasaan dan kewenangan pegawai Museum Benteng vredeburg Yogyakarta.. b. Perangkapan jabatan, yaitu pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta memegang jabatan lain yang memiliki Benturan Kepentingan dengan tugas dan tanggung jawab pokoknya pada institusi, sehingga tidak dapat menjalankan jabatannya secara profesional, independen dan akuntabel. c. Hubungan afiliasi, yaitu hubungan yang dimiliki oleh pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dengan pihak yang terkait dengan kegiatan institusi, baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan maupun hubungan pertemanan yang dapat mempengaruhi keputusannya. e. Gratifikasi, yaitu kegiatan pemberian dan atau penerimaan Hadiah/ Cinderamata dan Hiburan, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri, dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik, yang dilakukan oleh pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta terkait dengan wewenang/jabatannya di institusi, sehingga dapat menimbulkan Benturan Kepentingan yang mempengaruhi independensi, objektivitas, maupun profesionalisme pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. f. Kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang disebabkan karena aturan, struktur dan budaya institusi yang ada. g. Kepentingan pribadi (vested interest) yaitu keinginan/kebutuhan pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mengenai suatu hal yang bersifat pribadi.

BAB III PENANGANAN SITUASI BENTURAN KEPENTINGAN 1. PRINSIP DASAR a. PegawaiMuseum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang dirinya berpotensi dan atau telah berada dalam situasi Benturan Kepentingan DILARANG untuk meneruskan kegiatan/melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan situasi Benturan Kepentingan tersebut. Untuk selanjutnya yang bersangkutan dapat mengundurkan diri dari tugas yang berpotensi terdapat Benturan Kepentingan tersebut atau memutuskan untuk tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kegiatan yang terdapat Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud, kecuali apabila dengan pertimbangan tertentu yang semata-mata untuk kepentingan institusi, maka manajemen Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dapat meminta yang bersangkutan untuk tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan tersebut. b. Perangkapan Jabatan yang berpotensi terjadinya Benturan Kepentingan oleh pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dimungkinkan untuk dilaksanakan selama terdapat kebijakan dan peraturan institusi yang mengatur mengenai hal tersebut. c. PegawaiMuseum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang berpotensi dan atau telah berada dalam situasi Benturan Kepentingan wajib membuat dan menyampaikan Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan terhadap kondisi tersebut kepada Atasan Langsung, dengan contoh format sebagaimana diatur dalam Lampiran. d. PegawaiMuseum Benteng Vredeburg Yogyakarta juga wajib membuat Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan apabila memiliki hubungan sedarah dalam hubungan keluarga inti dengan Pimpinan Struktural. 2. MEKANISME PELAPORAN BENTURAN KEPENTINGAN Apabila terjadi situasi Benturan Kepentingan, maka pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta wajib melaporkan hal tersebut melalui : a. Atasan Langsung Pelaporan melalui Atasan Langsung dilakukan apabila pelapor adalah pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang terlibat atau memiliki potensi untuk

terlibat secara langsung dalam situasi Benturan Kepentingan. Pelaporan dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan kepada Atasan Langsung. b. Sistem Pelaporan Pelanggaran /Whistle Blowing System Pelaporan melalui Sistem Pelaporan Pelanggaran/Whistleblowing System dilakukan apabila pelapor adalah pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Namun, jika pelapor adalah pihak-pihak lainnya (komunitas, Mitra Kerja, dan Masyarakat) yang tidak memiliki keterlibatan secara langsung, tetapi mengetahui adanya atau potensi adanya Benturan Kepentingan di institusi maka pelaporan dilakukan melalui Pelaporan melalui Sistem Pelaporan Pengaduan Masyarakat (Dumas) yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme tersendiri yang mengatur mengenai Sistem Pelaporan Dumas di institusi. Pelaporan atas terjadinya Benturan Kepentingan butir di atas, harus dilakukan dengan itikad baik dan bukan merupakan suatu keluhan pribadi atas suatu kebijakan instansi tertentu ataupun didasari oleh kehendak buruk/fitnah. 3. SANKSI TERHADAP BENTURAN KEPENTINGAN Setiap pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang terbukti melakukan tindakan Benturan Kepentingan akan ditindaklanjuti berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku di institusi.

BAB IV PENCEGAHAN TERJADINYA SITUASI BENTURAN KEPENTINGAN Untuk menghindari Terjadinya Situasi Benturan Kepentingan, pejabat struktural Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta : a. Dilarang ikut dalam proses pengambilan keputusan apabila terdapat potensi danya Benturan Kepentingan. b. Dilarang memanfaatkan jabatan untuk memberikan perlakuan istimewa kepada keluarga, kerabat, kelompok dan/atau pihak lain atas beban institusi. c. Dilarang memegang jabatan lain yang patut diduga memiliki Benturan Kepentingan, kecuali sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Dilarang melakukan transaksi dan/atau menggunakan harta/aset institusi untuk kepentingan pribadi, keluarga atau golongan. f. Dilarang menerima, memberi, menjanjikan hadiah (cinderamata) dan atau hiburan (entertainment) dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan kedudukannya di institusi, termasuk dalam rangka hari raya keagamaan atau acara lainnya. g. Dilarang mengijinkan mitra kerja atau pihak lainnya memberikan sesuatu dalam bentuk apapun kepada pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dan atau di luar pegawai Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. h. Dilarang menerima refund dan keuntungan pribadi lainnya yang melebihi dan atau bukan haknya dari pihak manapun dalam rangka kedinasan atau hal-hal yang dapat menimbulkan potensi Benturan Kepentingan. i. Dilarang bersikap diskriminatif dan tidak adil serta melakukan kolusi untuk memenangkan satu atau beberapa pihak dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di institusi. j. Dilarang memanfaatkan informasi institusi dan data institusi untuk kepentingan di luar institusi. k. Dilarang baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di instansi yang pada saat dilaksanakan perbuatan tersebut untuk seluruh dan sebagian yang bersangkutan sedang ditugaskan untuk melaksanakan pengurusan danpengawasan terhadap kegiatan yang sama.

SURAT PERNYATAAN PIMPINAN STRUKTURAL TENTANG BENTURAN KEPENTINGAN Kami selaku Pimpinan Struktural Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, dengan ini menyatakan bahwa : 1. Kami bukan Pengurus Partai Politik, Anggota Legislatif dan/atau Kepala/WakilKepala Daerah dan/atau tidak sedang mencalonkan diri sebagai calon PengurusPartai Politik, Anggota Legislatif dan/atau calon Kepala/Wakil Kepala Daerah. 2. Kami tidak melakukan aktivitas lain di luar jam kerja, yang mana aktivitastersebut mempunyai benturan kepentingan dengan kepentingan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta/atau aktivitas tersebut menurunkan kemampuan kami untuk memenuhi tugas yang telah diamanatkan. 3. Kami tidak memangku jabatan rangkap sebagai : a. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;dan/atau b. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan. 4. Kami tidak akan memanfaatkan institusi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta baik secara langsungmaupun tidak langsung untuk kepentingan pribadi, keluarga maupun golongantertentu (selain manfaat yang diperoleh dari fasilitas yang disediakan olehinstitusi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku). 5. Kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlakuapabila melakukan pelanggaran terhadap hal-hal sebagaimana tercantum dalamsurat Pernyataan ini dengan tetap memperhatikan ketentuan dan peraturan Yang Menyatakan. Kepala Drs. Suharja NIP 1965080171993031001