BAB I PENDAHULUAN. sarana prasaran, pendapatan penduduk serta infrastruktur lainnya yang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. dan penarikan diri dari lingkungan (Semiun, 2006). Skizofrenia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

SKRIPSI SULASTRI J

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era yang semakin maju seperti sekarang memiliki efek yang besar dalam perkembangan teknologi dan cara berpikir manusia. Kemajuan sarana prasaran, pendapatan penduduk serta infrastruktur lainnya yang memiliki dampak dibidang kesehatan seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia. Kemajuan teknologi mendorong manusia untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada, manusia dituntut untuk dapat bersaing dengan lingkungannya. Keadaan ini yang mengharuskan manusia untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada, apabila manusia tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik dapat berakibat pada meningkatnya masalah kesehatan secara fisik maupun secara psikis yang merupakan dampak negatif dari adanya perkembangan teknologi. Efek negatif dari perkembangan teknologi, kenyataan yang tidak sesuai harapan, hilangnya sesuatu yang sangat berharga, tekanan dari pekerjaan serta adanya tekanan lingkungan sosial, akan menganggu keseimbangan psikis manusia. Apabila hal ini terus terjadi maka akan berefek pada terganggunya kejiwaan manusia. Depresi, stres, merasa tidak berharga, merasa tidak berguna, menarik diri, berperilaku tidak sesuai dengan norma yang ada, hal ini akan senantiasa menguasai perasaan seseorang yang terguncang jiwanya. Seseorang dikatakan sehat jiwa jika dalam diri orang tersebut memungkinkan terjadinya 1

2 perkembangan fisik, emosional dan intelektual yang maksimal pada diri seseorang, serta memiliki tahap perkembangan yang selaras dengan keadaan orang lain (Purwanto, 2015). Apabila hal ini gagal terjadi pada diri seseorang akan mengakibatkan orang tersebut mengalami gangguan kejiwaan. Gangguan jiwa merupakan tanda dan gejala dari penyimpangan perilaku sebagai efek dari adanya distorsi emosi sehingga muncul penyimpangan perilaku, seseorang dapat dikatakan gangguan jiwa apabila terdapat gangguan mental yang meliputi gangguan emosi, perilaku, pola pikir, perasaan, keinginan, motivasi, daya tarik diri, kemauan, dan persepsi sehingga dapat menganggu dirinya dalam menjalani kehidupan dimasyarakat (Nasir, 2011). Angka kejadian gangguan jiwa menurut Dinas Kesehatan RI (2016) didapatkan data 35 juta orang mengalami depresi, 60 juta orang mengalami bipolar, 21 juta orang mengalami skizofrenia dan 47,5 juta orang mengalami dimensia. Faktor psikologis, biologis serta faktor sosial dengan berbagai keanekaragaman penduduk, sehingga jumlah kasus gangguan jiwa mengalami peningkatan, hal ini mengakibatkan beban negara meningkat dan produktivitas manusia menurun, pada tahun 2013 angka kejadian gangguan mental emosional yang ditandai dengan cemas dan depresi mencapai 14 juta orang atau setara dengan 6% dari jumlah penduduk Indonesia yang menyerang pada usia >15 tahun, angka kejadian gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai 400.000 orang atau setara dengan 1,7 per 1.000

3 penduduk Indonesia. Jumlah kunjungan gangguan jiwa di Jawa Tengah pada tahun 2016 sebanyak 413.612 (Dinas Kesehatan Jateng, 2016). Menurut data Rekam Medis RSJ Surakarta (2018) angka kejadian gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Surakarta pada tahun 2012 mencapai 5.906 jiwa atau 83,59%, tahun 2013 tercatat 3.190 jiwa atau 76,53%, tahun 2014 tercatat 3.139 jiwa atau 77,39%, tahun 2015 tercatat 2.817 jiwa atau 70,63%, tahun 2016 tercatat 2.993 jiwa atau 75,41% sedangkan pada tahun 2017 tercatat 2.815 jiwa atau 69,31%. Permasalahan kasus yang sering terjadi pada pasien gangguan jiwa anatara lain adalah skizofrenia tak terinci sebanyak 1.246 kasus, skizofrenia paranoid 635 kasus, DMO 170 kasus, skizofrenia lainnya 143 kasus dan yang terakhir skizofrenia afektif tipe manik 120 kasus. Pada saat manusia tidak mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada sehingga memicu terjadinya peningkatan kecemasan dan meningkatnya ketegangan yang mengakibatkan munculnya respon maladaptif hal ini dapat menyebabkan kondisi kegawatdaruratan. Kegawatdaruratan jiwa merupakan suatu kondisi yang berpotensi menimbulkan efek serius yang dapat mengancam diri sendiri, orang lain serta lingkungan sekitar dapat bersifat akut dan terjadi secara mendadak. Kegawatdaruratan jiwa dapat mengenai diri seseorang yang mencakup intrapsikis, interpersonal, biologis atau bahkan gabungan dari beberapa faktor tersebut. Kegawatdaruratan memiliki tanda dan gejala khusus seperti terjadinya gangguan perilaku, kognisi, afek, alam perasaan, persepsi, respon fisiologis, hubungan atau pola

4 pikir, maka dari itu dalam kondisi kegawatdaruratan perlu diberikan penanganan segera karena berpotensi menimbulkan berbagai masalah medis lain seperti menyakiti diri sendiri, bunuh diri, dan munculnya kekerasan terhadap orang lain. Penanganan kegawatdaruratan jiwa memerlukan ketepatan dalam pengkajian, kepastian keamanan, perhatian yang segera harus diberikan kepada klien serta perlu dilakukan pengkajian resiko tindakan kekerasan, hilang kendali, agresi, melukai diri, bunuh diri atau pembunuhan. Klasifikasi kegawatdaruratan klien gangguan jiwa menjadi enam kelompok yaitu kegawatdaruratan jiwa yang bersifat darurat, kegawatdaruratan jiwa yang bersifat gawat, masalah gangguan jiwa yang berpotensi berat atau kondisi krisis, kondisi krisis yang tidak menunjukkan bahaya langsung, masalah gangguan jiwa yang terjadi sebagai akibat penyakit fisik (O Brien dkk, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terdapat jumlah penderita gangguan jiwa di ruang akut selama 3 bulan terakhir yaitu pada bulan Februari 56 jiwa, Maret 71 jiwa dan bulan April 55 jiwa, sedangkan fenomena yang ada menunjukkan bahwa dalam penanganan gangguan jiwa, yang mana perawat hanya menerapkan komunikasi terapeutik dilanjutkan dengan terapi medis, apabila pasien masih berperilaku maladaptif dilakukan tindakan restrain. Padahal tindakan ini dapat menyebabkan pasien merasa terkengkang dan beresiko mengalami cidera fisiologis maupun psikologis. Pada saat pasien dalam kondisi kritis emergency sangat memerlukan terapi ketika berada diruang akut. Salah satu terapi yang dapat

5 diberikan kepada pasien adalah terapi relaksasi guided imagery, karena terapi ini dapat menurunkan depresi dan kecemasan pasien, dapat menghilangkan fobia, mengurangi trauma serta dapat mengurangi penyakit fisik lainnya. Terapi guided imagery ini merupakan suatu terapi dengan tehnik terapeutik yang digunakan untuk relaksasi dengan melibatkan sensori persepsi. Pelaksanaan terapi ini terapis membimbing pasien untuk dapat merasakan atau memvisualkan tujuan relaksasi dan penyembuhan (Susana dan Sri, 2012), tetapi dalam pelaksanaan terapi ini, dirumah sakit tidak dilakukan jadwal khusus dalam pelaksanaan terapi guided imagery secara rutin untuk pasien. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk dilakukan eksporasi mengenai keberhasilan terapi ini tentang Bagaimana tingkat kegawatdaruratan pasien gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi guided imagery? B. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena diatas maka perlu dilakukan eksplorasi untuk melihat keberhasilan terapi sehingga penulis menuliskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana tingkat kegawatdaruratan pasien gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi guided imagery?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat kegawatdaruratan pasien gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi guided imagery.

6 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: a. Mengetahui tingkat kegawatdaruratan pasien gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi guided imagery dengan menggunakan kuisioner triage code. b. Mengetahui tingkat kegawatdaruratan pasien gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi guided imagery dengan kuisioner perilaku kekerasan (broset violence cheklist). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tentang tingkat kegawatdaruratan pasien gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan terapi guided imagery 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian tentang tingkat kegawatdaruratan pasien gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan terapi guided imagery b. Bagi tenaga kesehatan Penelitian ini dapat menambah referensi bagi tenaga kesehatan dalam memberikan penanganan dengan terapi guided imagery pada pasien gangguan jiwa

7 c. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan di perpustakan dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian 1. Puspitasari Puspitasari, D.A., & SN, M. S. A (2016) dengan judul Efektivitas Autogenic Relaxation dan Guided Imagery Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus Dengan Komplikasi Luka di RSUD Ambarawa. Penelitian ini menggunakan desain two group pre and posttest yang dilakukan pada 28 responden dengan pengambilan sampel secara purposive sample. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terapi guided imagery lebih efektif dibandingkan dengan terapi autogenic relaxation terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus dengan komplikasi luka. 2. Hudaya Muhammad Imam (2015) dengan judul Pengaruh Terapi Guided Imagery Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Skizofrenia di RSJD Surakarta. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan one group pretest posttest design dengan respondennya adalah pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat kecemasan pasien sebelum menjalani terapi guided imagery termasuk dalam kategori sedang, setelah diberikan intervensi terapi guided imagery tingkat kecemasan pasien berubah menjadi kategori ringan. Penelitian ini menjelaskan bahwa ada pengaruh

3. Afdila 8 pemberian terapi guided imagery terhadao tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia di RSJ Surakarta. Jihan Nisa (2016) dengan judul Pengaruh Terapi Guided Imagery Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa Tingkat Akhir dalam Menyelesaikan Skripsi. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental pre-post control group design dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terapi guided imagery tidak efektif dalam mengurangi tingkat stres mahasiswa tahun terakhir untuk menyelesaikan skripsi.