BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan suatau keadaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (WHO dalam Videbeck, 2008). Dari pengertian sehat tersebut dapat dikatakan bahwa, seseorang dikatakan sehat jika memiliki unsur kesatuan yang terdiri dari unsur sehat fisik, sehat mental (jiwa) dan hubungan sosial baik yang saling berkaitan. Kesehatan jiwa merupakan berbagai karakteristik positif yang mengambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam Direja, 2011). Gangguan jiwa sendiri merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan hendaya pada sesuatu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2007). Jumlah penderita gangguan jiwa sendiri diseluruh dunia pada tahun 2010 mencapai angka 450 juta orang mengalami gangguan jiwa dan lebih dari 150 juta orang mengalami dapresi, 25 juta orang diantaranya menderita skizofrenia (WHO). Di indonesia sendiri jumlah penderita gangguan jiwa berat atau skizofrenia pada tahun 2013 adalah 1.729 dari 1.027.763 anggota rumah tangga yang menjadi responden atau sample 1
(Riskesdas, 2013). Sedangkan pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mancapai 250 juta orang (BKKBN), jadi dapat dikatakan bahwa jika dalam 1 juta sampel terdapat 1.729 orang yang menderita gangguan jiwa maka dalam 250 juta jiwa penduduk Indonesia, terdapat 432.250 orang yang menderita gangguan jiwa berat (skizofrenia). Skizofrenia sering dikatakan sebagai penyakit otak yang mempengaruhi persepsi atau pandangan terhadap sesuatu, cara berfikir, bahasa, emosi, serta perilaku sosialnya (Herman, 2008 dalam Direja, 2011). skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang di tandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktifitas sehari-hari (Keliat, 2007). Padahal 90% pasien dengan skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2011). Halusinasi merupakan ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsangan yang timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal (Rusdi, 2013). Jenis jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa diantaranya adalah halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penciuman, halusinasi pengecapan dan halusinasi perabaan (Rusdi, 2013). Pasien dengan halusinasi apabila tidak segera ditangani akan beresiko melalukan kekerasan seperti mencederai diri, orang lain dan lingkungan, pasien akan mengalami intoleransi aktifitas sehingga
perawatan diri menjadi kurang karena fokus pikiran pasien ke hal yang tidak realita, dan pasien akan mengalami gangguan interaksi sosial (Keliat, 1999 dalam Rusdi 2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas pada periode 1 Maret 31 Mei 2014 pasien yang dirawat di ruang Bima didapatkan bahwa selama 3 bulan terakhir sejumlah 912 orang, jumlah ini meningkat dibandingkan jumlah pasien pada tahun 2013 periode Januari Juni yaitu 452 orang. Dari 912 orang yang dirawat di ruang bima, pasien dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan tertinggi sejumlah 261 orang atau 28,6%, cemas sejumlah 213 orang atau 23,3%, halusinasi sejumlah 210 orang atau 23%, harga diri rendah lainnya sejumlah 18 orang atau 1.9%, isolasi sosial 16 orang atau 1,7% dan lainnya sejumlah 21,5 %. Meskipun halusinasi menempati posisi ke 3 setelah cemas, namun jumlah tersebut masih tinggi dengan 210 orang. Dari data tersebut yang menunjukan banyaknya orang yang mengalami halusinasi, penulis tertarik untuk membahas studi kasus tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.B dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi penglihatan dan pendengaran di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
B. Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan penerapan proses asuhan keperawatan jiwa pada Tn.B dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mendeskripsikan : a. Pengkajian pada Tn.B dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. b. Diagnosa keperawatan pada Tn.B dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. c. Penetapan rencana keperawatan pada Tn.B dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. d. Implementasi keperawatan pada Tn.B dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.
e. Evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn.B dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. C. Pengumpulan data Pengumpulan data dalam menyusun laporan tugas akhir ini dilakukan dengan cara cara berikut : 1. Observasi pertisipasif Pengumpulan data dengan melakukan observasi terhadap klien, data diperoleh dengan melakukan interaksi secara intens antara perawat dan klien. 2. Wawancara Pengumpulan data dengan melalui kegiatan tanya jawab dengan pasien, keluarga atau orang terdekat klien yang lainnya dan tenaga kesehatan lainya atau perawat ruangan. 3. Studi literatur Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari sumber pengetahuan melalui buku-buku, jurnal dan mengakses (browsing internet) yang berhubungan dengan gangguan sensori persepsi halusinasi.
4. Studi Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan khusus klien yang terdapat pada format-format dokumentasi yang terdapat pada rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. D. Tempat dan Waktu Asuhan keperawatan jiwa pada Tn. B dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran dilakukan di ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dari tanggl 12 15 Juni 2014. E. Manfaat Penulisan 1. Bagi Mahasiswa Laporan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien jiwa dengan ganggaun sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran. 2. Bagi Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga kesehatan dirumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien jiwa dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran.
3. Bagi Masyarakat Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat dalam memahami dan menangani pasien jiwa dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan den pendengaran. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan untuk penyusunan tugas akhir ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, tempat dan waktu, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORI Tinjauan teori membahas tentang pengertian, etiologi, tanda dan gejala, psikopatologi, rentang respons, pohon masalah, diagnosa keperawatan, penatalaksanaan medis dan rencana tindakan keperawatan. BAB III : TINJAUAN KASUS Membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN Menguraikan tentang pembahasan kasus. Pembahasan yang menelaah kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. B dengan gangguan sensori persepsi halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dalam hal pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. BAB V : PENUTUP Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran Karya tulis ilmiah ini diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.