BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 35 TA1Jf1N 2011 TENTANG GERAKANMASYARAKATHIDUP SEHAT DI PROVINSIJAWA TENGAH

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

GUBERNUR SULAWESI BARAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

2017, No Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indones

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPENSASI DAMPAK NEGATIF PEMROSESAN AKHIR SAMPAH

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SUKAMARA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PAMEKASAN TENTANG BUPATI PAMEKASAN, pembangunan perdesaan sehat, diperlukan

GAMBARAN SUMBER DAYA KESEHATAN (TENAGA BIDAN) PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 2 Tahun : 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bantul. Penyelenggaraan, penyuluhan, Tingkat Kecamatan.

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 12

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KABUPATEN SEHAT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

Transkripsi:

SALINAN BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2019 2019 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit, Pemerintah mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat; b. bahwa guna efektivitas, efisiensi, sinergi, serta optimalisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat sebagaimana dimaksud huruf a, perlu mengatur pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Kabupaten Kudus; c. bahwa berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, Bupati melaksanakan kegiatan yang mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang didasarkan pada kebijakan daerah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Kabupaten Kudus; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

2 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 184); 8. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193); 9. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 100); 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 755); 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 193); 12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1110); 13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676); 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang PenanggulanganPenyakitTidakMenular (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1775); 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1223); 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1037);

3 17. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 35 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Nomor 35); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 4 Tahun 2012 tentang Garam Konsumsi Beryodium (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2012 Nomor 4); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 4Tahun 2017 tentangpengelolaansampah (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2017 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 197); 20. Peraturan Bupati Kudus Nomor 21 Tahun 2013 tentang Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Kabupaten Kudus (Berita Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2013 Nomor 21); 21. Peraturan Bupati Kudus Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Kawasan Terbatas Merokok (KTM) di Kabupaten Kudus (Berita Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2015 Nomor 18); 22. Peraturan Bupati Kudus Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pemberian Air Susu Ibu (Berita Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2016 Nomor 16); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANGPELAKSANAAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI KABUPATEN KUDUS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 DalamPeraturanBupatiini yang dimaksuddengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kudus. 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Kudus. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 5. Camat adalah Camat di Kabupaten Kudus. 6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Deteksi Dini adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat

4 tetapi sesunguhnya menderita suatu kelainan. 8. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang selanjutnya disingkat GERMAS adalah suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. 9. Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah sesuai kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik dan kebersihan. 10. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang selanjutnya disingkat PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. BAB II MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal2 Maksud ditetapkan Peraturan Bupati ini adalah untuk memberikan pedoman pelaksanaan GERMAS bagi Perangkat Daerah dan para pemangku kepentingan terkaitdidaerah. Pasal3 Tujuan ditetapkan Peraturan Bupati ini adalah sebagai berikut: a. untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup; b. meningkatkan partisipasi atau peran serta masyarakat untuk hidup sehat; c. meningkatkan produktivitas masyarakat; dan d. mengurangi beban biaya pelayanan kesehatan akibat penyakit. Pasal4 Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Bupati ini meliputi: a. prinsip GERMAS; b. kegiatan GERMAS; c. pelaku GERMAS; d. Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS; e. pembiayaan; dan f. monitoring dan evaluasi.

5 BAB III PRINSIP GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT Pasal5 Pelaksanaan GERMAS berpedoman pada prinsip: a. kerjasama multisektordanpemangkukepentingan; b. keseimbangan masyarakat, keluarga dan individu; c. pemberdayaan masyarakat; d. penguatan sistem pelayanan kesehatan; e. pendekatansiklus hidup; dan f. Jaminan Kesehatan Nasional. Pasal6 (1) Kerjasama multisektor dan pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah kegiatan GERMAS yang dilaksanakan melalui kerja samadari berbagai sektor dan pemangku kepentingan GERMAS secara sinergis. (2) Keseimbangan masyarakat, keluarga, dan individu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah pengarusutamaan keselarasan aktivitas yang menunjang pencapaian tujuan GERMAS oleh individu, oleh setiap individu dalam keluarga, dan oleh setiap individu dalam lingkup masyarakat. (3) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf cadalah setiap kegiatan GERMAS diarahkan untuk melibatkan peran aktif masyarakat baik secara swadaya maupunbersifat stimulan dalam rangka membentukkepedulian dan kemandirian masyarakat agar berinisiatif untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. (4) Penguatan sistem pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d adalah upaya pemerataan danpeningkatanpelayanan kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas yang meliputi sarana dan prasarana kesehatan, pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, manajemen kesehatan, pemanfaatan teknologi informasi, dan regulasi di bidang kesehatan. (5) Pendekatan siklus hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e adalah kegiatan GERMAS disusun berdasarkan tahapan siklus hidup manusiasecara berkesinambungan sejak masih dalam kandungan, kelahiran bayi, pertumbuhan anak balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa, sampai usia lanjut. (6) Jaminan Kesehatan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f adalahpemberianlayanan fasilitas kesehatan melaluisistem Jaminan Kesehatan Nasional. BAB IV KEGIATAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT

6 Pasal 7 Kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka GERMAS adalah: a. peningkatan aktivitas fisik; b. peningkatan PHBS; c. penganekaragaman pangan dan percepatan perbaikan gizi; d. peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit; e. peningkatan kualitas lingkungan; dan f. peningkatan edukasi hidup sehat. Pasal 8 (1) Peningkatan aktivitas fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a adalah aktivitas yang teratur dan menjadi satu kebiasaan sehingga dapat meningkatkan ketahanan fisik, kesehatan dan kebugaran masyarakat. (2) Peningkatan aktivitas fisik ditujukan kepada seluruh masyarakat, terutama anak sekolah, ibu hamil, pekerja dan lanjut usia. Pasal 9 (1) Peningkatan PHBS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi, dan pemeliharaan lingkungan. (2) PHBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dipraktikkan di: a. rumah tangga; b. institusi pendidikan; c. tempat kerja; d. tempat umum; dan/atau e. fasilitas kesehatan. Pasal 10 (1) Penganekaragaman pangan dan percepatan perbaikan gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c adalah upaya penganekaragaman pangan yang mempunyai nilai gizi serta pembiasaan pola makan yang tepat untuk mempercepat perbaikan gizi. (2) Perbaikan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk peningkatan derajat kesehatan perseorangan dan masyarakat. (3) Upaya Perbaikan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui : a. makan bervariasi sesuai kebutuhan; b. aktivitas fisik secara teratur untuk mengoptimalkan pencernaan dan penyerapan gizi;

7 c. menjaga kebersihan diri maupun lingkungan dimulai pada saat pengolahan sampai dengan mengkonsumsi makanan; dan d. mempertahankan berat badan ideal. (4) Upaya perbaikan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia, dengan prioritas kepada kelompok rawan meliputi: a. bayi dan balita; b. remaja perempuan; c. ibu hamil; d. ibumenyusui; dan e. lanjut usia. Pasal 11 (1) Pencegahan dan deteksi dini penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan untuk menghindari atau mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk penyakit. (2) Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. penyediaan fasilitas penunjang; b. kegiatan penyuluhan; c. penyebarluasan informasi melalui media massa dan media sosial; dan/atau d. kegiatan lain untuk menunjang upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit. Pasal 12 (1) Peningkatan kualitas lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf e adalah lingkungan sehat yang tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (2) Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, dan tempat/fasilitas umum. (4) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus terbebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain: a. limbah cair; b. limbah padat; c. limbah gas; d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; e. binatang pembawa penyakit;

8 f. zat kimia yang berbahaya; g. kebisingan yang melebihi ambang batas; h. radiasi sinar pengion dan non pengion; i. air yang tercemar; j. udara yang tercemar; dan k. makanan yang terkontaminasi. Pasal 13 (1) Peningkatan edukasi hidup sehat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf f,paling sedikit meliputi: a. kesehatan reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan; b. kesehatan anak sekolah dan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab; c. kesehatan jiwa; dan d. faktor risiko penyakit tidak menular yang mencakup seluruh fase kehidupan. (2) Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang seimbang dan bertanggung jawab. BAB V PELAKU GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT Pasal 14 Pelaku GERMAS di Kabupaten Kudus terdiri dari: a. Pemerintah Daerah; b. Pemerintah Desa; c. dunia pendidikan; d. swasta dan dunia usaha; e. organisasi kemasyarakatan; dan f. masyarakat. Pasal 15 Pemerintah Daerahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf aberperan sebagai berikut: a. menyusun dan menetapkan kebijakan Daerah yang diperlukan untuk pelaksanaan GERMAS; b. melakukan fasilitasi, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan GERMAS; c. menyediakan dan mengembangkan sarana aktivitas fisik, ruang terbuka hijau publik yang memadai; d. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan pekarangan rumah untuk menanam sayur dan buah; e. melakukansosialisasikonsumsisayurdanbuah; f. melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok; dan g. melaksanakan kegiatan yang mendukung GERMAS yang didasarkan pada kebijakan daerah.

9 Pasal 16 (1) Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b berperan sebagai berikut: a. pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana prasarana pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat berskala desa yang terdiri dari: 1. pemenuhan air bersih; 2. fasilitas mandi, cuci, kakus; 3. sanitasi lingkungan; 4. balai pengobatan; 5. posyandu; dan 6. pos kesehatan desa/pos persalinan desa. b. pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat berskala desa, antara lain: 1. kampanye dan promosi hidup sehat guna mencegah penyakit menular dan tidak menular; 2. pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan sehat untuk peningkatan gizi bagi anak usia dini dan anak sekolah dasar; 3. perawatan kesehatan dan pendampingan untuk ibu hamil, nifas dan menyusui; 4. pemantauan kesehatan untuk lansia; 5. kampanye keluarga berencana; dan 6. pelatihan pangan sehat dan aman. (2) Selain Peran Pemerintah Desa dalam GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Desa dapat melaksanakan peran lainnya sepanjang sesuai kewenangan desa dan berdasarkan hasil musyawarah desa. Pasal 17 Dunia pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf cberperan sebagai berikut: a. penanaman kesadaran hidup sehat melalui pembelajaran yang relevan; dan b. pembudayaan aktivitas fisik, latihan fisik serta olahraga yang baik, benar, terukur dan teratur pembiasaan kegiatan aktivitas fisik untuk mewujudkan peserta didik yang sehat, bugar, dan berprestasi. Pasal 18 Swasta dan dunia usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf dberperan sebagai berikut: a. pembiasaan aktivitas fisik secara berkelompok atau perseorangan dan/atau peregangan di tempat kerja; b. pelaksanaan deteksi dini faktor risiko di lingkungan kerja; c. penyediaan fasilitas penunjang kesehatan; dan

10 d. dukungan dana/sumber daya lainnya. Pasal 19 Organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf eberperan melalui sosialisasi dan pembudayaan hidup bersih dan sehat kepada masyarakat. Pasal 20 Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf fberperan sebagai berikut: a. pembudayaan perilakuhidup bersih dan sehat dilingkungannya; b. pemenuhan kebutuhan pangan dengan gizi seimbang; dan c. pemeriksaan kesehatan secara rutin. BAB VI FORUM KOMUNIKASI PELAKSANAAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 21 (1) Dalam rangka membangun keterpaduan pelaksanaan kegiatan GERMAS dari berbagai sektor, wilayah, dan para pemangku kepentingan dibentuk Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS. (2) Pembentukan Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh Dinas Kesehatan dengan melibatkan perwakilan Pelaku GERMAS; (3) Perwakilan Pelaku GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri atas: a. Perangkat Daerah/Instansi terkait; b. Pemerintah Desa; c. praktisi kesehatan; d. akademisi; e. pelaku usaha; f. lembaga keagamaan; dan g. organisasi kemasyarakatan. (4) Bupati menetapkan Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS dengan mempertimbangkan usulan Kepala Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (5) Masa bakti Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS adalah selama 5 (lima) Tahun. Bagian Kedua Struktur Organisasi

11 Pasal 22 (1) Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) terdiri atas: a. Ketua b. Wakil Ketua c. Ketua Harian d. Sekretaris I e. Sekretaris II f. Anggota : Wakil Bupati : Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus : Asisten Pemerintahan Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus : Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Kudus : 1. Perangkat Daerah Kabupaten Kudus; 2. Instansi Vertikal Kabupaten Kudus; 3. Perguruan Tinggi; 4. Dunia Usaha; 5. Organisasi Kemasyarakatan. Bagian Ketiga Tugas Pasal 23 Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) melaksanakan tugastugas sebagai berikut: a. menyusun rencana umum kegiatan GERMAS; b. menyusun panduan/pedoman teknis pelaksanaan kegiatan GERMAS; c. melaksanakan, memfasilitasi, dan/atau mensosialisasikan kegiatan utama GERMAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. d. melakukan fasilitasi, koordinasi, dan evaluasi pelaksanaan peranan dalam GERMAS oleh setiap Pelaku GERMAS; e. menyusun dan menyampaikan laporanberkala pelaksanaan kegiatan GERMAS di Daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur setiap6 (enam) bulan sekali atau setiap saat apabila diperlukan; dan f. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Bupati. Bagian Keempat Sekretariat Pasal 24 (1) Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS, perlu dibentuk Sekretariat Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS. (2) Sekretariat Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

12 (3) Sekretariat Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas mengelola administrasi Forum Komunikasi Pelaksanaan GERMAS. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 25 (1) Pembiayaan Kegiatan GERMAS dapat bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten; d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan/atau e. sumber dana lain yang sah. (2) Pembiayaan kegiatan GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI Pasal 26 (1) Sekretaris Daerah melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan GERMAS di Daerah. (2) Dalam melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris Daerah dapat menugaskan kepada Kepala Dinas Kesehatan. (3) Monitoring dan evaluasi kegiatan GERMAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling sedikit 6 (enam) bulan sekali. (4) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaporkan kepada Bupati. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

13 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kudus. Ditetapkan di Kudus pada tanggal 9 Mei 2019 BUPATI KUDUS, ttd. Diundangkan di Kudus pada tanggal 10 Mei 2019 MUHAMMAD TAMZIL SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUDUS, ttd. SAM ANI INTAKORIS BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2019 NOMOR 17.