Jurnal Geodesi ITN Malang 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

PENENTUAN KERAPATAN MANGROVE DI PESISIR PANTAI KABUPATEN LANGKAT DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 5 TM DAN 7 ETM. Rita Juliani Rahmatsyah.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT GILI PETAGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Interpretasi Citra Satelit Landsat 8 Untuk Identifikasi Kerusakan Hutan Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT DI KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

RIZKY ANDIANTO NRP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lalu Wima Pratama dan Andik Isdianto (2017) J. Floratek 12 (1): 57-61

Indra Jaya Kusuma, Hepi Hapsari Handayani Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove


METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

Norida Maryantika 1, Lalu Muhammad Jaelani 1, Andie Setiyoko 2.

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA GEOSPASIAL MANGROVE

INTERPRETASI LAHAN RAWA YANG BELUM DIALIH FUNGSI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

Jurnal Geodesi Undip Juli 2014

III. BAHAN DAN METODE

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

A ALISIS SEBARA DA KERAPATA MA GROVE ME GGU AKA CITRA LA DSAT 8 DI KABUPATE MAROS

PERUBAHAN LUAS DAN KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

ANALISIS SEBARAN DAN KERAPATAN MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 DI SEGARA ANAKAN, CILACAP

PEMETAAN KERAPATAN MANGROVE DI KEPULAUAN KANGEAN MENGGUNAKAN ALGORITMA NDVI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEDOMAN PENGOLAHAN DATA PENGINDERAAN JAUH LANDSAT 8 UNTUK MANGROVE

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

IV. METODE PENELITIAN

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

ANALISIS INDEKS VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS AVNIR-2 (Studi Kasus: Estuari Perancak, Bali)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual

PEMETAAN KERAPATAN VEGETASI MANGROVE DI SISI TENGGARA PULAU ENGGANO MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT. Okawati Silitonga, Dewi Purnama, Eko Nofridiansyah

STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. (Dahuri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

Transkripsi:

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT UNTUK PEMETAAN MANGROVE SILVIANUS NAY 1125044 Dosen Pembimbing I : Dedy Kurnia Sunaryo, ST., MT Dosen Pembimbing II : Alifah Noraini, ST., MT Abstraksi Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Kondisi hutan mangrove di NTT cukup memprihatinkan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Riung, kabupaten Ngada, NTT dengan memanfaatkan aplikasi Penginderaan Jauh menggunakan citra satelit landsat 8 untuk memetakan sebaran serta mengetahui kelas kerapatan. Citra Landsat 8 diunduh pada tanggal 7 januari 2016 untuk wilayah yang diteliti, Tahapan analisis kerapatan mangrove menggunakan algoritma NDVI, sedangkan untuk identifikasi mangrove menggunakan RGB 564, yang kemudian dilakukan pemisahan obyek mangrove dan non mangrove menggunakan metode klasifikasi unsupervised. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa luasan mangrove di wilayah kecamatan Riung, kabupaten Ngada seluas 343,971 ha. Hasil penelitian menunjukkan confusion matrix citra landsat di daerah penelitian sebesar 88,68 %. Hasil analisis indeks vegetasi pada area mangrove menunjukan bahwa kondisi kerapatan mangrove didominasi kerapatan sedang. Kata Kunci : Mangrove, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Landsat 8, Kerapatan, NDVI. 1. Pendahuluan Hutan mangrove merupakan tempat hidup berbagai jenis ikan dan udang yang dapat mendukung dan menunjang jumlah hasil dari tangkapan ikan oleh nelayan dan petani tambak. Tipe ekologi hutan mangrove sangat berperan penting untuk perlindungan wilayah dari abrasi pantai, pencegah intrusi air laut, serta penyangga sedimentasi dari daratan ke laut. Keanekaragaman jenis flora dan fauna serta keunikan ekosistem mangrove, dapat dikembangkan dan 1

dilestarikan sebagai hutan wisata di berbagai wilayah pesisir pantai (Achmad dkk, 2012). Data dari Badan Pengelolaan Hutan Mangrove wilayah 1 Bali (2011), disebutkan bahwa luasan hutan mangrove di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 40.614,11 ha, jumlah tersebut tersebar pada semua wilayah kabupaten-kota dengan luasan yang beragam. Kondisi hutan mangrove di NTT cukup memprihatinkan, sebagian besar mengalami kerusakan dengan tingkatan berbeda, yaitu : sebanyak 8.285,10 ha atau 20,40% (kategori rusak berat), 19.552,44 ha atau 48,14% (kategori rusak ringan) dan 12.776,57 ha atau 31,46% (kategori baik). Data ini menunjukan bahwa tekanan terhadap hutan mangrove sangat tinggi karena hanya sepertiga dari total luas hutan mangrove yang dalam kondisi baik, selebihnya telah mengalami kerusakan sebagai dampak dari berbagai bentuk pemanfaatan. Untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan mangrove diperlukan inventarisasi tentang distribusi, lusa dan kerapatan mangrove. Inventarisasi ini berguna untuk pengelolaan dan penetapan kebijakan pada ekosistem mangrove dan daerah pesisir. Dalam pemantauan dan inventarisasi mangrove tidaklah mudah, kesulitan pemetaan di lapangan merupakan kendala kelangkaan data mangrove. Sebagai alternatifnya dikembangkan teknik penginderaan jauh. Teknik ini memiliki jangkauan yang luas dan dapat memetakan daerah-daerah yang sulit dijangkau dengan perjalanan darat. Pengamatan hutan mangrove dengan citra satelit meliputi distribusi, luasan, dan kerapatan. Hutan mangrove dapat diidentifikasi oleh teknologi penginderaan jauh, dimana letak geografis hutan mangrove yang berada pada daerah peralihan darat dan laut memberikan efek perekaman yang khas jika dibandingkan obyek vegetasi darat lainnya (Faizal et al., 2005). Dengan teknologi ini, nilai spectral pada citra satelit dapat diekstrasi menjadi informasi obyek jenis mangrove pada kisaran spectrum tampak dan inframerah dekat (Suwargana, 2008). Mangrove di kawasan pantai terlihat jelas dari citra FCC (False Color 2

Composite). Kombinasi tersebut masing-masing adalah band 5,6,dan 4, hutan mangrove terlihat dengan warna merah kecoklatan. Penelitian ini bertujuan memetakan sebaran hutan mangrove beserta kerapatannya menggunakan citra landsat 8 di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada-NTT. 2. Metodologi 2.1 Lokasi, Bahan dan Alat penelitian Lokasi Penelitian dilakukan di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Provinsi NTT yang secara geografis terletak 8 20'25'' - 8 57'29'' Lintang Selatan dan 120 48'29,26" - 121 11,8'3,67" Bujur Timur, dengan luas wilayah 31895.64 ha. Data satelit yang digunakan adalah citra satelit Landsat 8 yang diunduh pada 7 Januari 2016 dan telah dilakukan koreksi geometric serta telah pansharp dengan band pancromatik. Alat yang digunakan untuk validasi data lapangan antara lain: GPS handheld, kamera, roll meter, alat tulis. Perangkat lunak yang digunakan sebagai sarana pengolahan, perhitungan, dan interprestasi data diantaranya: ArcGIS 10.1, ERDAS Imagine 2014, microsof Excell 2007. Lokasi Penelitian Gambar 2.1 Lokasi penelitian (Peta Administrasi Kab. Ngada-NTT) 3

2.2 Metode Untuk mengidentifikasi hutan mangrove dengan data citra satelit Landsat 8 digunakan composite RGB 564 dimana ketiga band tersebut termasuk dalam kisaran spectrum tampak dan inframerah dekat. Tabel 2.1 Daftar 9 Band Pada Sensor OLI (U.S.Geological Survey, 2016) Band Spektral Panjang Gelombang Resolusi Spasial Band 1 Coastal/Aerosol 0.433 0.453 mikrometer 30 meter Band 2 Blue 0.450 0.515 mikrometer 30 meter Band 3 Green 0.525 0.600 mikrometer 30 meter Band 4 Red 0.630 0.680 mikrometer 30 meter Band 5 Near Infrared 0.845 0.885 mikrimeter 30 meter Band 6 Short Wavelength 1.560 1.660 mikrometer 30 meter Infrared Band 7 Short Wavelength 2.100 2.300 mikrometer 30 meter Infrared Band 8 - Panchromatic 0.500 0.680 mikrometer 15 meter Band 9 - Cirrus 1.360 1.390 mikrometer 30 meter Secara garis besar diagram alir penelitian ini ditampilkan pada gambar 2.2 di bawah ini. 4

Mulai Persiapan Pengumpulan Data Peta Administrasi Kabupaten Ngada Citra Landsat 8 Tahun 2016 Peta RBI NusaTenggara Timur Skala 1:25.000 Koreksi Geometrik Croping Area Tidak Klasifikasi Citra (NDVI) Berdasarkan Kelas Overlay Delineasi Penutupan Tajuk Mangrove Analisis Survei Lapangan Uji Akurasi > 85% ya Peta Mangrove Kabupaten Ngada Tahun 2016 skala 1:25.000 Selesai Gambar 2.2 Diagram Alir Penelitian. Untuk menghitung nilai kerapatan hutan mangrove digunakan metode rasio band inframerah dekat (NIR) dan band merah (Green et al., 2000 dalam Waas,2010) dengan formula di bawah ini: 5

NDVI = (NIR RED) (NIR + RED) Dimana NDVI adalah nilai indeks vegetasi yang berkisar antara -1 sampai 1. NIR adalah band 5 dan RED adalah band 4 dari citra Landsat 8. Untuk menentukan nilai kerapatan tajuk mangrove menggunakan hasil dari perhitungan NDVI. Kemudian nilai kelas NDVI dikelaskan ulang (Reclass) menjadi 5 kelas, yaitu sangat jarang, jarang, sedang, rapat, sangat rapat. Perhitungan interval kelas kerapatan berdasarkan SNI membagi kerapatan hutan mangrove sesuai presentase sebagai berikut: 1. Mangrove sangat lebat (>90%) 2. Mangrove lebat (70%-90%) 3. Mangrove sedang (50%-69%) 4. Mangrove jarang (30%-49%) 5. Mangrove sangat jarang (<30%) Untuk mendapatakan penutupan tajuk mangrove maka diidentifikasi hutan mangrove dengan data citra satelit Landsat 8 digunakan composite RGB 564, kemudian dikelaskan menjasi tiga kelas yaitu Mangrove, Non mangrove, dan Laut. 3. Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini diuraikan hasil dari penelitian berupa pengolahan data citra landsat 8 sampai tampilan sebaran berdasakan kelas kerapatan mangrove. 3.1 Koreksi Geometrik, Dalam penelitian ini dilakukan koreksi geometrik dengan metode image to map rectification yaitu suatu citra yang terdistorsi di koreksi dengan menggunakan batasan peta lain yang sudah terkoreksi. Batasan yang dipakai adalah administrasi sungai dan jalan yang telah terkoreksi pada peta RBI. Pada koreksi citra landsat tahun 2016 ini menggunakan 14 titik kontrol dengan RMS error sebesar 0.344. Nilai RMS error yang diperoleh sebesar 0.344 lebih kecil dari 1 Maka hasil koreksi dianggap benar. 6

3.2 Transformasi NDVI Nilai NDVI pada citra Landsat 8 memiliki kisaran -0,363212615 sampai 0,615956128. nilai -1 sampai nol mewakili NDVI untuk objek awan dan Laut sedangkan nilai diatas nol sampai 1 mewakili NDVI untuk darat dan vegetasi. Gambar 3.1 Hasil transformasi NDVI Tabel 4.1 Reclass Nilai NDVI Citra Landsat 8 Rentang Nilai Kerapatan Kelas Mangrove Laut dan Awan -1 0.0001 S.Jarang 0.0001 0.184786838 Jarang 0.184786838 0.307978064 Sedang 0.307978064 0.43116929 Rapat 0.43116929 0.554360515 S.Rapat 0.554360515 0.615956128 3.3 Kondisi Sebaran Mangrove Untuk mendapatkan tajuk mangrove maka dilakukan klasifikasi penutupan tajuk pada citra landsat 8. Citra dibagi menjadi 3 kelas yaitu mangrove, non mangrove, dan laut atau awan. Klasifikasi ini dilakukan dengan metode supervised, sedangkan citra diidentifikasi dengan band 564 landsat 8. 7

Hasil penutupan tajuk citra landsat 8 tahun 2016 menunjukan bahwa sebaran mangrove di kabupaten Ngada seluas 343,971 ha. Gambar 3.2 Klasifikasi penutupan tajuk 3.4 Overlay NDVI dan Penutupan Tajuk Mangrove Setelah didapatkan penutupan tajuk mangrove kemudian di-overlay dengan hasil klasifikasi transformasi NDVI guna mendapatkan sebaran mangrove berdasarkan kelas kerapatan. 3.5 Uji Akurasi Uji ketelitian dengan bantuan matriks uji akurasi ketelitian hasil pemetaan. Pengujian dilakukan terhadap sample yang mewakili objek tertentu dalam suatu polygon dengan koordinat lokasi lokasi yang sama dilapangan. Tabel 4.2 Matrix Confusion kelasifikasi kerapatan mangrove Klasifikasi NM SJ J S R SR Benar Total NM 5 0 1 0 0 0 5 6 SJ 0 15 0 1 0 0 15 16 J 0 1 11 1 0 0 11 13 S 1 0 0 9 0 0 9 10 R 0 0 0 1 7 0 7 8 SR 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 6 16 12 12 7 0 47 53 8

Keterangan : NM SJ J S R SR = Non Mangrove = Sangat Jarang = Jarang = Sedang = Rapat = Sangat Rapat dihitung dari : Dari table 4.5 diatas dapat diketahui prosentase nilai ketelitian yang Ketelitian = Jumlah nilai benar Jumlah Total Ketelitian = 47 53 100% = 88,68 % 100% Matriks Konfusi adalah suatu matriks yang menghubungkan antara satu kelas dengan kelas yang lain. Ketelitian klasifikasi untuk kerapatan mangrove diatas diperoleh 88,68 % berarti hasil klasifikasi dapat diterima, dimana tingkat ketelitian klasifikasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85%. 3.6 Penyajian Hasil Hasil dalam penelitian ini berupa peta sebaran kerapatan mangrove dengan skala 1:25000. 9

Gambar 3.3 Hasil akhir peta sebaran kerapatan mangrove. 4 Kesimpulan Dan Saran 4.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan analisa dan pembahasan diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa wilayah Kecamatan Riung, kabupaten Ngada mempunyai sebaran mangrove seluas 347.030 ha, dan rentang kerapatan indeks vegetasinya dari 0.0001 sampai 0.616 yang terbagi dalam 5 kelas kerapatan yaitu; sangat jarang, jarang, sedang, rapat dan sangat rapat. 2. Hasil uji akurasi dengan menggunakan kesalahan matriks menunjukan bahwa akurasi keseluruhan sebesar 88,68 %. 4.2 Saran Mengkaji ekosistem mangrove dengan luas yang relatif kecil seperti di wilayah Kabupaten Ngada sebaiknya digunakan citra dengan resolusi spasial yang lebih tinggi, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Mengetahui kisaran indeks vegetasi yang tepat pada klasifikasi kerapatan mangrove sebaiknya dilakukan survey di beberapa 10

lokasi yang mewakili setiap kerapatan dan jenis mangrove yang berbeda. Perlu dilakukan korelasi antara kondisi sebaran mangrove dengan aktifitas masyarakat sekitar agar mendapatkan informasi penting terkait pengaruh aktivitas masyarakat terhadap kelangsungan hidup dan kelestarian hutan mangrove. 11