BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi dengan teman-teman, guru, dan yang lainnya. Sekolah juga merupakan

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

Tanggal : Pendidikan : Usia : Tinggal dengan Ortu : Jenis Kelamin : Mempunyai Pacar : Ya / Tidak * PETUNJUK PENGISIAN SKALA

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing orang selalu menginginkan harga diri yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran pola penyebab tindak kriminalitas. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (2010) remaja. merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak-anak menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan individu menghadapi persaingan global yang menuntut adanya

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai karakteristik yang berbeda. Karakteristik laki-laki adalah agresif,

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode tatkala individu mengalami transisi dari

Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa itu, remaja masih memiliki emosi yang cenderung labil, mudah berubah-ubah sehingga membuat remaja sulit untuk mengambil keputusan, mudah terpengaruh oleh lingkungan maupun teman sebaya (Santrock, 2003). Selain itu, remaja sangat senang membentuk kelompok teman sebaya. Adanya kebutuhan ingin diterima yang begitu besar oleh kelompok teman sebaya, cenderung membuat remaja melakukan apa saja tanpa pertimbangan yang matang. Dalam pergaulan dengan teman sebaya, remaja akan menghadapi berbagai situasi, baik situasi positif maupun negatif. Dengan kondisi emosi yang labil remaja akan mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulan sekitarnya yang negatif seperti tawuran, merokok, seks bebas. Akan tetapi remaja yang berada pada pergaulan yang positif yakni pergaulan yang mendorong remaja untuk berprestasi, aktif dalam kegiatan sosial, akan dapat membawa remaja untuk menemukan kesuksesan. Namun demikian, tidak semua remaja mempunyai perilaku yang negatif. Ada juga remaja yang berprestasi dan sukses dalam lingkungan sosialnya. Walaupun lingkungan tersebut berpotensi mempengaruhi remaja untuk berperilaku negatif seperti tawuran, seks bebas, narkotika dan perilaku agresif

lainnya, tetapi remaja tersebut tetap terhindar dari perilaku negatif tersebut. Remaja tersebut berani menolak ajakan teman untuk berperilaku negatif, berani menyatakan perasaan tanpa rasa takut, jujur dan terbuka menyatakan kebutuhannya, mampu berkata tidak, tidak takut dijauhi atau dimusuhi oleh temannya dan juga tidak mudah didominasi oleh orang lain. Kemampuan untuk menyatakan pendapat dan kebutuhan secara terbuka dan jujur yang dimiliki oleh remaja tersebut dinamakan dengan asertivitas. Menurut Palmer & Froehner (2001), asertivitas adalah kemampuan individu dalam menampilkan tingkah laku tegas yang dilakukan dengan sopan tanpa bersikap agresif maupun defensif. Seperti yang diutarakan oleh remaja berikut : H. (15 tahun), perempuan di ajak tawuran???, teman teman tongkrongan saya bilang kalaau saya enggak ikut saya di bilang enggak temenan, ga solid,, cupu loh, anak emak lo yaaa ya saya ikut aja, biar rame juga, bela sekolah Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa H memilih untuk mengikuti ajakan temannya untuk ikut tawuran karena H takut ditolak dan dijauhi oleh temannya. Sedangkan berbeda pada remaja Z, yang mengatakan bahwa : Z. (16 tahun), perempuan hhhhhmmmmmmm, pas diajak tawuran, aku enggak mau, nanti ketangkap polisi, trus orang tua dipanggil, kalo mati, nanti mati konyol. Aku sihh enggak takut dimusuhin teman, biar aja, toh masih banyak temen yang baik, kalo mereka ngajak tawuran berarti bukan temen yang baik (Komunikasi Pribadi, Oktober 2016)

Dari hasil wawancara diatas, Z berani menolak ajakan temannya untuk melakukan tawuran tanpa takut tindakannya akan dijauhi oleh lingkungan pergaulannya. Remaja yang mampu menolak ajakan dari lingkungan yang negatif, berani berkata jujur tanpa takut dijauhi oleh lingkungannya adalah remaja yang memiliki kemampuan asertivitas yang tinggi. Sedangkan remaja yang tidak mampu menolak ajakan dari lingkungan yang negatif, tidak berani berkata tidak, takut ditolak dan dijauhi oleh temannya, tidak mampu mengungkapkan perasaannya adalah remja yang memiliki asertivitas yang rendah. Menurut Rathus dan Nevid (Rosita, 2007) munculnya perilaku asertif dipengaruhi adanya self-esteem dalam diri remaja. Frey & Carlock (1993) menjelaskan bahwa self-esteem merupakan penilaian diri baik itu positif,negatif, netral, maupun ambigu terhadap diri sendiri. Sedangkan Master dan Jonshon (Ismail, 2015) mengatakan bahwa self-esteem berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap statusnya sebagai remaja. Seorang remaja yang memiliki selfesteem yang positif, maka ia tidak akan terbawa godaan yang banyak ditawarkan lingkungan dan dapat mengutarakan serta mengambil sikap yang sebenarnya ingin dilakukan, yang pada akhirnya akan menghindari perilaku negatif Selain itu, self-esteem yang positif akan menumbuhkan rasa percaya diri, menilai diri positif, dan mampu menerima keadaan dirinya, rasa yakin akan kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya. Seorang remaja yang memiliki self-esteem yang positif maka dia akan senantiasa berusaha dengan sungguhsungguh untuk mencapai apa yang diinginkan, tidak mudah putus asa jika dalam

usahanya mengalami kegagalan. Remaja yang mempunyai self-esteemyang positif akan bertingkah laku asertif dalam pergaulannya, karena ia percaya diri untuk mengkomunikasikan pendapat, ide, dan kebutuhannya secara jujur dan apa adanya sesuai dengan apa yang diinginkan,dirasakan, dan dipikirkan tanpa takut ditolak oleh orang lain. Remaja yang memiliki self-esteem positif akan mudah berperilau asertif karena mampu mengungkapkan perasaanya dan lebih mudah diterima lingkungannya. Sebaliknya remaja yang memiliki self-esteem yang negatif adalah remaja yang sulit mengendalikan emosinya sehingga mudah melakukan perilaku agresif, mudah marah, mudah tersinggung, tidak percaya pada kemampuan yang dimilikinya, sulit menerima kekurangan diri, merasa tidak berharga, memandang diri lemah dan pesimis. Remaja dengan self-esteem yang negatif akan merasa pesimis dan tidak percaya diri sehingga akan sulit mengekespresikan perasaannya dengan jujur dan terbuka, takut tidak diterima pendapatnya, takut dikritik, takut ditolak atau sulit berperilaku asertif. Hasil penelitian yang dilakukan Yasdiananda (2008) dengan topik hubungan antara self-esteem dengan asertivitas pada siswa kelas 5 SMAN Merangin menunjukkan hasil adanya hubungan yang positif antara self-esteem dengan asertivitas. Selanjutnya pada penelitian Noviani dan Wisnu (2014) dengan hubungan antara harga diri dengan perilaku asertif pada mahasiswa aktivis Universitas Muhamadiyah Surakarta diperoleh hasil adanya hubungan yang positif antara self-esteem dengan perilaku asertif. Sedangkan pada penelitian Maisaroh (2013) dengan judul Hubungan Self-Esteem dengan Perilaku Asertif

pada Siswa-Siswi Mts SA Roudlotul Karomah Sukorame Pasuruan menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan perilaku asertif pada siswa-siswi Mts-SA Roudlotul Karomah. Perbedaan penelitian tersebut membuat peneliti tertarik untukmelakukan penelitian kausal comparatif tentang pengaruh self-esteem terhadap asertivitas pada remaja. B. Identifikasi Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masadewasa. Dengan kondisi emosi remaja yang labil dan kebutuhannya yang besar untuk diterima lingkungannya, maka remaja remaja akan mudah terpengaruh oleh lingkungan dan teman sebaya. Remaja yang memiliki lingkungan teman sebaya yang positif, akan mendorong remaja untuk memiliki prestasi yang baik. Namun sebaliknya jika lingkungan remaja tersebut negatif maka remaja itu cenderung akan mengikuti perilaku yang ada dilingkungan tersebut. Remaja dapat terhindar dari pengaruh lingkungan negatif jika remaja tersebut memiliki kemampuan asertivitas. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi Asertivitas adalah self-esteem. Remaja yang memiliki self-esteem yang positif adalah remaja yang memiliki rasa percaya diri, memiliki penilaian diri yang positif terhadap kemampuan dirinya dan merasa yakin akan kemampuan yang dimilikinya, mampu menerima dirinya dan tidak mudah putus asa sehingga memudahkan remaja untuk berperilaku asertif dan mampu mengkomunikasikan secara jujur apa yang dirasakannya tanpa takut ditolak atau dijauhi oleh temannya.

Sebaliknya remaja yang memiliki self-esteem yang rendah adalah remaja yang memiliki penilaian yang negatif tentang dirinya, merasa tidak mampu, kurang mampu mengendalikan emosinya, sehingga mudah terpengaruh perilaku negatif mudah marah, mudah tersinggung, memiliki kepercayaan diri yang rendah, merasa tidak berharga, dan pesimis sehingga remaja tersebut sulit bersikap asertif yaitu sulit untuk mengekspresikan perasaannya dengan jujur dan terbuka, takut tidak diterima oleh lingkungan temannya, takut dikritik dan dijauhi oleh temannya, sehingga remaja tersebut memiliki kemampuan asertivitas yang rendah. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara self-esteem terhadap asertivitas pada remaja. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian sebelumnya khususnya pada bidang psikologi sosial yang berhubungan dengan self-esteem dan asertivitas. 2. Manfaat Praktis. a. Untuk remaja.

Dapat memberikan pengetahuan kepada remaja betapa pentingnya memiliki self-esteem positif agar remaja memiliki kemampuan asertivitas sehingga remaja mampu berinteraksi dengan lingkungan secara positif serta dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. b. Untuk masyarakat. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada orang tua sehingga hasil penelitian tentang self-esteem dan asertivitas ini bermanfaat untuk mengembangkan self-esteemdan kemampuan asertivitas pada remaja. E. Kerangka Berpikir Masa remaja merupakan masa dimana remaja senang mencoba berbagai hal baru sebagai eksplorasi diri. Saat melakukan eksplorasi tersebut, terkadang remaja dihadapkan pilihan dilematis, antara mengikuti pergaulan yang tidak diinginkannya atau kehilangan teman sepermainan. Oleh karena itu seorang remaja diharapkan memiliki sikap asertif. Bersikap asertif merupakan keterampilan dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat dan kebutuhan sesuai hak-hak pribadinya dan tidak didominasi oleh orang lain. Bersikap atau berperilaku asertif adalah kemampuan untuk berkata tidak, mampu meminta pertolongan, mampu mengekspresikan perasaan baik positif maupun negatif secara wajar, serta mampu berkomunikasi tentang hal-hal yang bersifat umum. Bersikap asertif adalah berani untuk jujur secara terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran secara tegas tanpa menyinggung perasaan orang lain.

Remaja yang memiliki asertivitas yang tinggi adalah remaja yang mampu mengungkapkan apa yang dipikirkan, dirasakan kepada orang lain secara langsung sehingga tidak hanya mengikuti kemauan orang lain saja sehingga remaja dapat menolak ajakan yang membawa dampak negatif terhadap dirinya dan orang lain. Dengan berperilaku asertif remaja menjadi terlatih untuk berkomunikasi secara jujur, sabar, percaya diri dan tidak menyinggung perasaan orang lain, dapat memahami dirinya dan orang lain karena remaja tahu apa yang dinginkannya dan orang lain sehingga remaja bebas mengekspresikan diri sendiri yang akan dapat meningkatkan harga diri dan rasa percaya dirinya. Sedangkan remaja yang memiliki asertivitas yang rendah adalah remaja yang takut mengecewakan orang lain, rasa solidaritas terhadap teman sebaya, takut tidak disukai dantakut tidak diterima dalam kelompok teman sebayanya sehingga remaja tidak mampu mengungkapkan perasaannya secara langsung dan tegas. Salah satu faktor yang mempengaruhi asertivitas adalah self esteem, yaitu penilaian yang diberikan individu terhadap dirinya sendiri baik positif maupun negatif yang kemudian diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. Remaja yang memiliki self-esteem yang positif, adalah yang remaja memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya, memiliki kepercayaan diri, yakin akan kemampuan dan potensi yang dimilikinya, bersungguh-sungguh dalam mencapai keinginannnya dan tidak mudah putuas asa, maka remaja tersebut akan mampu menolak ajakan dari lingkungan yang negatif, mampu mengutarakan perasaannya secara jujur dan terbuka, memiliki keberanian untuk berkata tidak

dan tidak takut apabila ditolak atau dijauhi oleh temannya, atau dengan kata lain mampu bersikap asertif. Namun sebaliknya remaja yang memiliki self-esteem yang negatif adalah remaja yang tidak memiliki kepercayaan diri, tidak mampu mengendalikan emosi, mudah marah, pesimis, tidak yakin pada kemampuan dirinya, tidak bisa menerima kekurangan yang ada pada dirinya, tidak mampu berkata tidak, sehingga remaja tersebut tidak mampu mengekspresikan perasaannya secara jujur dan terbuka, takut ditolak dan dijauhi oleh temannya sehingga remaja tersebut tidak mampu bersikap asertif.

Bagan Kerangka berpikir Remaja self esteem 1. Self-steem Positif 2. Self-esteem Negatif asertivitas 1. Permintaan 2. Penolakan 3. Ekspresi Diri 4. Pujian 5. Peran Dalam Pembicaraan Hipotesa : Tidak ada pengaruh self-esteem terhadap asertivtas