BAB I PENDAHULUAN 1.5.Latar Belakang Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Kemenkes, 2015). DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, ditandai dengan demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan jumlah trombosit <100.000/mm 3, adanya kebocoran plasma ditandai peningkatan hematokrit 20% dari nilai normal (Kemenkes, 2011). Indonesia adalah daerah endemis dengue dan mengalami epidemi sekali dalam 4-5 tahun dengan puncak epidemi berulang setiap 9-10 tahun. Pada tahun 1968 Demam Berdarah Dengue pertama kali dilaporkan di Surabaya dengan penderita sebanyak 58 orang, dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (41,3%). Dengue kemudian menyebar ke seluruh Indonesia dengan jumlah 158.912 kasus pada tahun 2009 (Soedarto, 2012). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Kemenkes, 2010). 1
2 Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk (Kemenkes, 2011). Propinsi Sumatera Utara (Sumut) merupakan daerah endemis DBD, tahun 2010 kasus DBD di Sumut mencapai 8.889 penderita dengan korban meninggal sebanyak 87 jiwa (Dinkes Provsu, 2011). Tahun 2011 Propinsi SUMUT menempati peringkat nomor 3 di Indonesia untuk kasus DBD dengan jumlah kasus sebesar 2.066 dan Insidens Rate (IR) yaitu persentase jumlah penderita baru dalam suatu populasi pada periode waktu tertentu terhadap jumlah individu yang berisiko untuk mendapat penyakit tersebut dalam periode waktu tertentu 15.88% (Kemenkes RI, 2011). Epidemi dengue dipengaruhi oleh lingkungan dengan banyaknya genangan air atau kontainer yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang merupakan vektor penular dengue. Karena itu kasus dengue meningkat di musim penghujan dan musin kemarau, nyamuk Aedes dapat ditemukan diseluruh Indonesia dengan daerah sebaran geografis sampai ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut (Soedarto, 2012). Di daerah perkotaan penyakit DBD penyebarannya lebih cepat dari pada daerah pedesaan, karena kepadatan penduduk lebih tinggi, sehingga jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya sangat dekat dan nyamuk Aedes berkembang biak di genangan air yang terdapat di wadah (container) yang di dalam rumah dan di sekitar rumah (nyamuk Aedes aegypti) atau di sekitar pemukiman yang banyak tanamannya (nyamuk Aedes albopictus). Nyamuk Aedes aegypti yang bersifat
3 domestik, yang memiliki jarak terbang sejauh 100 meter, lebih mudah menyebarkan virus dengue dari satu penderita ke orang lainnya. Mobilitas penduduk yang sangat tinggi di kota lebih mempercepat penularan penyakit (Soedarto, 2012). Berdasarkan data penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama 2 tahun terakhir jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan mengalami peningkatan mulai dari tahun 2013 ditemukan sebanyak 26 kasus, dan tahun 2014 ditemukan sebanyak 49 kasus. Wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru melayani 9 kelurahan, yaitu kelurahan Sei Kera Hilir I, Sei Kera Hilir II, Sei Kera Hulu, Tegal Rejo, Sidorame Barat I, Sidorame Barat II, Sidorame Timur, Pahlawan, dan Pandu Hilir (Profil Puskesmas Sentosa Baru, 2015). Berdasarkan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan yang meningkat hal ini disebabkan karena lokasi rumah yang berdekatan, kondisi fisik perumahan yang kurang baik, masyarakat masih membuang sampah sembarangan dan kurangnya peran serta masyarakat yang berhubungan dengan pemberantasan demam berdarah. Lingkungan fisik, lingkungan biologis dan sosial budaya masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit demam berdarah, demikian pula dengan kondisi lingkungan di daerah wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru yang berpotensial untuk tempat perindukan nyamuk Aedes sp. Demikian juga dengan kondisi fisik perumahan penduduk yang masih kurang baik dan juga kurangnya peran serta masyarakat melalui perubahan perilaku yang berhubungan dengan pemberantasan demam berdarah. Perilaku masyarakat masih
4 banyak yang membiarkan sampah-sampah berserakan dan tidak membersihkan lingkungan sekitar rumahnya sehingga mempermudah perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan faktor fisik lingkungan rumah dan karakteristik penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan. 1.2 Rumusan Masalah Tingginya kasus Demam Berdarah Dengue setiap tahunnya di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan, dapat dikatakan daerah tersebut merupakan daerah berpotensial terhadap terjadinya demam berdarah. Kondisi fisik lingkungan rumah penduduk yang kurang baik dan perilaku masyarakat masih banyak yang membiarkan sampah-sampah berserakan dan tidak membersihkan lingkungan sekitar rumahnya sehingga mempermudah perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi permasalahan bagaimana hubungan faktor fisik lingkungan rumah dan karakteristik penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan faktor fisik lingkungan rumah dan karakteristik penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
5 wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui faktor fisik lingkungan rumah seperti kawat kasa pada ventilasi, pencahayaan, kelembaban, langit-langit/plafon rumah, kerapatan dinding, dan keberadaan jentik. 2. Untuk mengetahui karakteristik penderita meliputi pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang penyakit Demam Berdarah Dengue. 3. Untuk mengetahui hubungan faktor fisik lingkungan rumah dan karakteristik penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan. 1.4 Manfaat 1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah Kota Medan melalui Dinas Kesehatan Kota Medan dan staf Puskesmas Sentosa Baru dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) secara efektif dan efisien. 2. Hasil penelitian berguna bagi masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan untuk dapat mewujudkan kondisi lingkungan yang lebih baik sehingga dapat menurunkan angka kejadian demam berdarah dengue. 3. Sebagai referensi bagi berbagai pihak yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.