BAB II GAMBARAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MAGELANG TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

19 Oktober Ema Umilia

K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E N A T A A N R U A N G

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 RTRW KABUPATEN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sistematika Rancangan Peraturan Presiden tentang RencanaTata Ruang Pulau/Kepulauan dan RencanaTata Ruang Kawasan Strategis Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

Implikasi dan Implementasi UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi Jawa Timur

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

Penyusunan Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun ;

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

02-Feb-18 PETA WILAYAH KOTA MAGELANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SEMARANG TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Gambaran Umum Kota Magelang 2.1.1 Kondisi Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Magelang. Lokasi Kota Magelang terletak antara 110 o 12 30 dan 110 o 12 52 Bujur Timur dan antara 7 o 26 18 dan 7 o 30 9 Lintang Selatan serta pada ketinggian 380 meter di atas permukaan laut. Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Magelang Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Magelang 38

Batas wilayah administratif Kota Magelang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Secang Sebelah Timur : Kecamatan Tegalrejo Sebelah Barat : Kecamatan Bandongan Sebelah Selatan : Kecamatan Mertoyudan Wilayah Kota Magelang terbagi menjadi 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Magelang Utara, Kecamatan Magelang Tengah, dan Kecamatan Magelang Selatan. Kecamatan Magelang Utara memiliki luas wilayah 6.128 km 2 dan terdiri dari 5 kelurahan yaitu Kelurahan Potrobangsan, Wates, Kedungsari, Kramat Selatan, dan Kramat Utara. Kecamatan Magelang Tengah memiliki luas wilayah 5.104 km 2 yang terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Kemirirejo, Cacaban, Magelang, Panjang, Gelangan, dan Rejowinangun Utara. Kecamatan Magelang Selatan memiliki luas wilayah 6.888 km 2 dan terdiri dari 6 kelurahan yaitu Jurangombo Selatan, Jurangombo Utara, Magersari, Rejowinangun Selatan, Tidar Utara, dan Tidar Selatan. Kota Magelang memiliki Visi dan Misi yang tercantum dalam RPJMD Kota Magelang Tahun 2016-2021. Visi Kota Magelang adalah Magelang sebagai Kota Jasa yang Modern dan Cerdas yang Dilandasi Masyarakat yang Sejahtera dan Religius. Adapun Misi Kota Magelang Tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan sumber daya manusia aparatur yang berkualitas dan profesional dengan mengoptimalkan kemajuan teknologi sebagai dasar 39

terciptanya pemerintahan daerah yang bersih serta tanggap terhadap pemenuhan aspirasi masyarakat, mampu meningkatkan dan mengelola potensi daerah dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat didukung partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Mengembangkan dan mengelola sarana perkotaan dan sarana pelayanan dasar di bidang pendidikan, kesehatan, dan perdagangan yang lebih modern serta ramah lingkungan. 3. Meningkatkan pemerataan pembangunan infrastruktur perkotaan untuk mendukung pemerataan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. 4. Mengembangkan potensi budaya dan kesenian daerah sebagai landasan pengembangan dan pembangunan pariwisata Kota Magelang. 5. Memperkuat kehidupan beragama dan toleransi antar umat beragama melalui penyelenggaraan kegiatan-kegiatan keagamaan dan peningkatan sarana-prasarana peribadatan sebagai landasan terbangunnya masyarakat madani. 2.1.2 Kawasan Lindung Kota Magelang Arahan penggunaan lahan kawasan lindung Kota Magelang berdasarkan Kota Magelang Tahun 2011-2031 adalah : 1. Kawasan perlindungan setempat. Kawasan ini meliputi sempadan sungai dan ruang terbuka hijau (hutan kota). Kota Magelang memiliki kawasan lindung dan hutan kota yang keberadaannya penting untuk 40

memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau kota, yaitu kawasan konservasi Gunung Tidar. Kelestarian Gunung Tidar perlu dijaga dan dipertegas fungsinya, jika tidak semakin lama kawasan ini akan semakin mengalami degradasi lingkungan, mengingat letak kawasan ini sangat strategis dinilai dari sudut pandang investasi. 2. Kawasan rawan bencana longsor. Kawasan ini merupakan kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana longsoran. Bencana tanah longsor merupakan melimpahnya volume air yang berlebih umumnya dari air hujan yang tidak bisa diserap oleh lapisan tanah dan vegetasi di kawasan resapan air daerah (hulu) sehingga semakin lama air dapat mengikis tanah dan akhirnya terjadi longsor. Daerah-daerah yang termasuk kawasan rawan bencana longsor di Kota Magelang meliputi daerah yang terdapat di sekitar DAS Progo dan Elo. 2.2 Gambaran Umum Perda Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031 Perda Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031 disusun dengan menimbang untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan mengingat Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 28 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjelaskan bahwa ketentuan rencana tata ruang wilayah kabupaten seperti yang dimaksud pada 41

Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku mutatis mutandis dalam perencanaan tata ruang wilayah kota, dengan ketentuan tambahan selain yang termuat dalam rincian Pasal 26 ayat (1) yaitu : a. Perencanaan penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau b. Perencanaan penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau c. Perencanaan penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, serta ruang evakuasi bencana, yang diperlukan dalam melaksanakan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain dalam rangka menjalankan otonomi dan tugas pembantuan. Ruang lingkup dari Peraturan Daerah RTRW Kota yang termuat dalam Pasal 2 mencakup : a. Tujuan, kebijakan, dan startegi rencana tata ruang wilayah Daerah b. Rencana struktur ruang wilayah Daerah c. Rencana pola ruang wilayah Daerah d. Penetapan kawasan strategis wilayah Daerah e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Daerah f. Ketentuan pengendalian dan pemanfaatan ruang wilayah Daerah g. Hak, kewajiban, peran masyarakat dan sistem informasi penataan ruang 42

h. Pengawasan penataan ruang Daerah Adapun tujuan dari Perda Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang Tahun 2011-2031 yang tercantum dalam Pasal 4 adalah untuk mewujudkan ruang Daerah sebagai kota jasa bertaraf regional yang berbudaya, maju, dan berdaya saing dalam masyarakat madani dan mampu menyejahterakan masyarakat, aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang Daerah yang termuat pada Pasal 11 meliputi kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung serta kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya. Kebijakan pengembangan kawasan lindung dalam Pasal 12 ayat (1) meliputi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dan pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Strategi pengembangan kawasan lindung untuk pemeliharaan dan peningkatan kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a yaitu menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang udara, dan ruang di dalam bumi yang meliputi kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, RTH, kawasan suaka alam, kawasan lindung geologi, kawasan cagar budaya, dan kawasan rawan bencana alam. 43

Rencana pengembangan struktur ruang wilayah Daerah pada Pasal 15 ayat (1) meliputi rencana sistem perkotaan dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah Daerah. Pasal 16 menjelaskan bahwa rencana sistem perkotaan terdiri dari sistem pusat pelayanan kota, subpusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan, yang kemudian dibagi ke dalam 5 Bagian Wilayah Kota (BWK). Penjelasan mengenai masing-masing BWK yang terdapat dalam Pasal 20 ayat (2) adalah sebagai berikut : a. BWK I dengan luas kurang lebih 255 Ha, berfungsi sebagai kawasan pusat pelayanan sosial dan ekonomi skala kota, rekreasi wisata perkotaan, dan permukiman dengan kepadatan tinggi, dan terdiri dari seluruh Kelurahan Panjang, sebagian Kelurahan Rejowinangun Utara, seluruh Kelurahan Rejowinangun Selatan, sebagian Kelurahan Magelang, sebagian Kelurahan Kemirirejo, sebagian Kelurahan Magersari, dan sebagian Kelurahan Cacaban. b. BWK II dengan luas kurang lebih 371 Ha, berfungsi sebagai pusat pelayanan permukiman kepadatan tinggi dan sedang, perguruan tinggi, dan pendidikan angkatan darat, dan terdiri dari seluruh Kelurahan Potrobangsan, sebagian Kelurahan Wates, Kelurahan Gelangan, sebagian Kelurahan Magelang, dan sebagian Kelurahan Cacaban. c. BWK III memiliki luas kurang lebih 383 Ha, berfungsi sebagai pusat pelayanan rekreasi kota/wisata alam skala regional, pelestarian alam, pendidikan angkatan darat, dan permukiman dengan kepadatan rendah, terdiri dari seluruh Kelurahan Jurangombo Utara, sebagian Kelurahan 44

Magersari, sebagian Kelurahan Kemirirejo, dan seluruh Kelurahan Jurangombo Selatan. d. BWK IV memiliki luas kurang lebih 437 Ha, berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan kota, industri kecil dan menengah, simpul pergerakan barang, jasa, dan orang, dan permukiman kepadatan tinggi, yang terdiri dari sebagian Kelurahan Rejowinangun Utara, sebagian Kelurahan Magersari, sebagian Kelurahan Wates, seluruh Kelurahan Tidar Utara, dan seluruh Kelurahan Tidar Selatan. e. BWK V yang memiliki luas kurang lebih 366 Ha, berfungsi sebagai pusat pelayanan perguruan tinggi, perbelanjaan toko modern, kawasan pengembangan sosial budaya, olahraga, dan rekreasi, yang terdiri dari seluruh Kelurahan Kramat Utara, seluruh Kelurahan Kramat Selatan, dan seluruh Kelurahan Kedungsari. Rencana pola ruang wilayah Daerah pada pasal 45 ayat (1) menggambarkan mengenai rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pasal 46 menjelaskan bahwa kawasan lindung meliputi : a. Kawasan perlindungan kawasan bawahannya b. Kawasan perlindungan setempat c. RTH d. Kawasan suaka alam e. Kawasan lindung geologi f. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan g. Kawasan rawan bencana 45

Kawasan perlindungan setempat yang dimaksud dalam Pasal 46 huruf b, pada pasal 48 ayat (1) dijelaskan lebih lanjut, yaitu meliputi sempadan sungai, sempadan irigasi, dan kawasan sekitar mata air. Pasal 48 ayat (4) menjelaskan bahwa kawasan sempadan irigasi meliputi Sempadan Kali Progo Manggis, Sempadan Kali Bening, Sempadan Kali Kota, Sempadan Kali Ngaran, Sempadan Kali Gandekan, dan Sempadan Kali Kedali. Kemudian, dalam Pasal 48 ayat (5) dijelaskan bahwa kawasan sempadan irigasi tersebut dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut: a. Peningkatan, pemeliharaan, dan rehabilitasi kualitas jaringan irigasi teknis dalam rangka mewujudkan keterpaduan dengan jalur irigasi teknis pengairan sawah basah Provinsi b. Pengendalian kegiatan di sekitar irigasi atau bangunan di sepanjang sempadan irigasi yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan irigasi tidak diizinkan untuk didirikan c. Pemanfaatan sempadan irigasi yang belum termanfaatkan sebagai RTH dan jalan inspeksi sesuai dengan karakteristik sempadan irigasi setempat. Pasal 79 menjelaskan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui penetapan : a. Ketentuan umum peraturan zonasi Daerah b. Ketentuan perizinan c. Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif 46

d. Arahan sanksi Pasal 80 ayat (1) menerangkan bahwa ketentuan umum peraturan zonasi Daerah disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Ketentuan umum tersebut dalam pasal 81 ayat (1) meliputi ketentuan umum kegiatan dan ketentuan umum intensitas ruang. Ketentuan umum kegiatan dan ketentuan umum intensitas ruang dalam pasal 81 ayat (2) meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pasal 81 ayat (3) menjelaskan bahwa ketentuan umum kegiatan dan ketentuan umum intensitas ruang kawasan lindung meliputi : a. Kawasan perlindungan terhadap kawasan bawahannya b. Kawasan perlindungan setempat berupa sempadan sungai c. Kawasan perlindungan setempat berupa sempadan irigasi d. Kawasan perlindungan setempat berupa kawasan sekitar mata air e. Kawasan RTH f. Kawasan perlindungan suaka alam plasma nutfah g. Kawasan lindung geologi cekungan air tanah h. Kawasan cagar budaya i. Kawasan rawan bencana alam tanah longsor Ketentuan umum kegiatan kawasan perlindungan setempat berupa sempadan irigasi dalam pasal 84 ayat (1) disusun dengan ketentuan: a. Mengizinkan pemanfaatan ruang untuk fasilitas infrastruktur tertentu/perkotaan dan RTH 47

b. Mengizinkan secara terbatas atau bersyarat pemanfaatan ruang untuk jalan inspeksi dan lalu lintas umum c. Mengizinkan secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk penunjang fungsi taman rekreasi dan RTH d. Mengizinkan secara bersyarat pemanfaatan ruang untuk taman rekreasi, olahraga, dan wisata e. Tidak mengizinkan bangunan selain yang disebutkan dalam huruf a, b, c, serta bangunan irigasi untuk didirikan f. Tidak mengizinkan kegiatan budidaya yang dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran irigasi, mengakibatkan terganggunya aliran irigasi atau keruntuhan tebing irigasi, dan merusak ekosistem irigasi. Pasal 106 menjelaskan mengenai arahan sanksi, di mana arahan sanksi menjadi acuan dalam pemberian sanksi administratif terhadap : a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang b. Pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota 48

f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi askes terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar Pasal 107 ayat (1) menerangkan bahwa untuk pelanggaran yang disebutkan dalam pasal 106 huruf a, b, d, e, f, dan g akan diberikan sanksi administratif berupa : a. Peringatan tertulis b. Penghentian sementara kegiatan c. Penghentian sementara pelayanan umum d. Penutupan lokasi e. Pencabutan izin f. Pembatan izin g. Pembongkaran bangunan h. Pemulihan fungsi ruang i. Denda administratif Pasal 107 ayat (2) menerangkan bahwa untuk pelanggaran yang disebutkan dalam pasal 106 huruf c akan diberikan sanksi administratif berupa : a. Peringatan tertulis b. Penghentian sementara kegiatan c. Penghentian sementara pelayanan umum 49

d. Penutupan lokasi e. Pembongkaran bangunan f. Pemulihan fungsi ruang g. Denda administratif 2.3 Gambaran Umum Saluran Irigasi di Kota Magelang Kota Magelang memiliki saluran irigasi primer, saluran irigasi sekunder, dan saluran irigasi tersier. Saluran irigasi primer di Kota Magelang terdiri dari saluran irigasi Progomanggis (Kali Manggis) dan saluran irigasi Kali Bening. Saluran irigasi sekunder di Kota Magelang adalah Saluran Kali Kota. Saluran irigasi tersier di Kota Magelang adalah saluran-saluran kecil yang berada di sawah yang meliputi Kali Gandekan, Kali Ngaran, dan Kali Kedali. Saluran irigasi primer Kali Manggis dan Kali Bening dapat dilihat pada gambar 2.2 dan gambar 2.3 di bawah ini. Gambar 2.2 Saluran Irigasi Primer Kali Manggis Sumber : Dokumentasi Pribadi 50

Gambar 2.2 merupakan saluran irigasi primer Progomanggis (Kali Manggis) yang mengalir di Kota Magelang. Jalur yang dilalui oleh saluran irigasi primer Kali Manggis di Kota Magelang meliputi Bagian Wilayah Kota (BWK) I khususnya di Kelurahan Panjang, Kelurahan Rejowinangun Utara, dan Kelurahan Rejowinangun Selatan; serta Bagian Wilayah Kota (BWK) V khususnya yaitu di Kelurahan Kramat Utara dan Kelurahan Kedungsari. Gambar 2.3 Saluran Irigasi Primer Kali Bening Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.3 merupakan saluran irigasi primer Kali Bening yang mengalir di Kota Magelang. Jalur yang dilalui oleh saluran irigasi primer Kali Bening di Kota Magelang meliputi Bagian Wilayah Kota (BWK) V khususnya di Kelurahan Kramat Selatan; Bagian Wilayah Kota (BWK) II khususnya di Kelurahan Potrobangsan, Kelurahan Magelang, dan Kelurahan Cacaban; 51

serta Bagian Wilayah Kota (BWK) III khususnya yaitu di Kelurahan Kemirirejo dan Kelurahan Jurangombo Utara. Saluran irigasi sekunder Kota Magelang yaitu Kali Kota dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini. Gambar 2.4 Saluran Irigasi Sekunder Kali Kota Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.4 merupakan saluran irigasi sekunder yaitu Kali Kota Magelang. Jalur yang dilintasi oleh Kali Kota meliputi Bagian Wilayah Kota (BWK) V khususnya di Kelurahan Kedungsari; Bagian Wilayah Kota (BWK) II khususnya di Kelurahan Potrobangsan, Kelurahan Magelang, dan Kelurahan Cacaban; serta Bagian Wilayah Kota (BWK) III khususnya di Kelurahan Kemirirejo dan Kelurahan Jurangombo Utara. 52

2.4 Gambaran Umum Bangunan-Bangunan yang Berdiri di Wilayah Saluran Irigasi Kota Magelang Bangunan-bangunan yang berdiri di wilayah saluran irigasi Kota Magelang bermacam-macam, selain itu bangunan-bangunan tersebut tidak hanya berdiri di sempadan irigasi, namun ada beberapa bangunan yang bahkan berdiri tepat di atas saluran irigasi. Bangunan-bangunan tersebut meliputi bangunan milik warga dan ada juga bangunan yang merupakan fasilitas umum. Berbagai bangunan yang terdapat di wilayah saluran irigasi Kota Magelang tersebut dapat dilihat pada gambar 2.5, gambar 2.6, dan gambar 2.7 di bawah ini. Gambar 2.5 Bangunan di Saluran Irigasi Primer Kali Manggis Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.5 tersebut menunjukkan bahwa di saluran irigasi primer Kali Manggis yang melintas di Kota Magelang, terdapat bangunan-bangunan yang 53

melanggar karena berdiri di sempadan irigasi. Bangunan yang melanggar tersebut ada bermacam-macam, ada bangunan yang merupakan tempat tinggal warga, ada toko material, dan ada juga bangunan untuk menampung material. Gambar 2.6 Bangunan di Saluran Irigasi Primer Kali Bening Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.6 tersebut menunjukkan bahwa di wilayah saluran irigasi primer Kali Bening yang melintas di Kota Magelang terdapat berbagai bangunan yang melanggar karena berdiri di sempadan irigasi dan bahkan ada yang berdiri di atas saluran irigasi. Berdasarkan gambar 2.6 tersebut dapat dilihat bahwa bangunan-bangunan yang melanggar dengan berdiri di sempadan irigasi Kali Bening di antaranya meliputi rumah warga, warung makan, dan ada pula Masjid di mana pagar dari Masjid tersebut berdiri tepat di atas sempadan irigasi. Kemudian, untuk bangunan-bangunan lain yang tergolong 54

pelanggaran juga karena tidak hanya menempati sempadan irigasi, namun bahkan berdiri di atas saluran irigasi, di antaranya yaitu bengkel, warung, lapangan bulutangkis, dan akses masuk ke rumah. Gambar 2.7 Bangunan di Saluran Irigasi Sekunder Kali Kota Sumber : Dokumentasi Pribadi Gambar 2.7 tersebut menunjukkan bahwa di wilayah saluran irigasi sekunder Kota Magelang yaitu Kali Kota terdapat berbagai bangunan yang tergolong pelanggaran karena telah berdiri di sempadan irigasi dan bahkan ada pula yang berdiri di atas saluran. Berdasarkan gambar 2.7 tersebut dapat dilihat bahwa bangunan yang melanggar karena berdiri di sempadan irigasi meliputi bangunan rumah warga dan kios. Kemudian, untuk bangunan yang melanggar karena telah berdiri di atas saluran irigasi di antaranya yaitu bangunan berupa pos pangkalan ojek, dan bangunan fasilitas umum seperti pos ronda, mushola, balai RW, dan akses jalan masuk ke rumah. 55