WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA TEMPAT KOS

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH KOS

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PENGATURAN PENYELENGGARAAN RUMAH SEWA DAN KAMAR SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

SALINAN LANDAKK NOMOR TENTANG. Landak. berbagai perdagangan sehingga. maupun tertentu. t. dengann. rumah dan/atau. kost. membantu meningka.

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SEWA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR..TAHUN TENTANG TATA KELOLA HOTEL, PENGINAPAN DAN KOS

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN WARUNG INTERNET

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWA DAN RUMAH KOST

b. bahwa dalam rangka menjaga ketertiban, keamanan PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOIIOR 2 TAHUN 2()(l5 TENTANG IZIN PENYELENGGARMN PONDOKAN

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 43 SERI E

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2014 Seri: B BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG PELARANGAN KEGIATAN USAHA PERDAGANGAN KASET, CD, VCD DAN DVD BAJAKAN

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HIBURAN DI KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHM AT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA RESTORAN, RUMAH MAKAN, TEMPAT MAKAN DAN JASA BOGA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU

TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOABARU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

A.n. WALIKOTA YOGYAKARTA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN KUNINGAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 13 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 17 TAHUN : 1996 SERI : B NO : 3 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Menimbang : a.bahwa citra kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan dan Kota Budaya perlu dilestarikan dan terus dikembangkan;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBONGKARAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 06 TAHUN 2014 PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2010 Seri : E

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

Transkripsi:

1 WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA TEMPAT KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa peningkatan fasilitas pendidikan, industri, jasa dan perdagangan di Kota Blitar mengakibatkan peningkatan jumlah pendatang dari daerah lain untuk menetap dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan tempat kos; b. bahwa keberadaan pendatang yang menggunakan tempat kos di Kota Blitar dapat mempengaruhi nilainilai sosial dan kultur masyarakat setempat serta tertib administrasi kependudukan; c. bahwa Pemerintah Kota Blitar berdasar peraturan perundang-undangan berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan usaha tempat kos; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan UsahaTempat Kos. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 17 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Kecil dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan

2 Jawa Berat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 16 dan Nomor 17 Tahun 1950 (Republik Indonesia Dahulu) tentang Pembentukan Kota-Kota Besar dan Kota-Kota Kecil di Jawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

3 Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Nega ra Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 TentangPerangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 72; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6205); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 73; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6206); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 90; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6215); 14. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 199);

4 15. Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 210); 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036); 17. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota BlitarTahun 2016 Nomor 4); 18. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum (Lembaran Daerah Kota BlitarTahun 2017 Nomor 1). Dengan Persetujuan Bersama : DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BLITAR dan WALIKOTA BLITAR MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA TEMPAT KOS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Blitar. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Blitar. 3. Walikota adalah Walikota Blitar. 4. Tempat kos adalah bangunan berupa rumah yang dimiliki oleh perorangan/ badan dan/ atau Badan Hukum yang diselenggarakan dengan tujuan komersial yaitu jasa untuk menawarkan kamar untuk tempat hunian dengan sejumlah pembayaran.

5 5. Penyelenggaraan usaha tempat kosadalah segala kegiatan usaha dalam penyediaan kamar kos maupun rumah kontrakan untuk tempat tinggal sementara diluar ketentuan bagi perhotelan, losmen, penginapan dan sejenisnya. 6. Penyelenggara usaha tempat kosadalah orang atau badan usaha yang menyelenggarakan usaha tempat kos. 7. Penghuni kos adalah orang yang menyewa tempat kos dan diberi hak pemanfaatan tempat kos untuk ditempati sementara sebagai tempat tinggal. 8. Penanggungjawab tempat kos adalah pemilik usaha tempat kos atau orang yang ditunjuk oleh pemilik usaha tempat kos untuk bertanggung jawab atas pengelolaan tempat kos. 9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 10. Izin usaha tempat kos adalah izin yang diberikan Walikota untuk kegiatan usaha tempat kos. 11. Dinas Penanaman Modal, Tenaga Kerja, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disebut Dinas Penanaman Modal Tenaga Kerja dan PTSP adalah Dinas Penanaman Modal,Tenaga Kerja,dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Blitar atau sebutan lainnya yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan bidang Perizinan. 12. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Satpol PP adalah organisasi perangkat daerah yang memiliki tugas dan fungsi membantu kepala daerah di dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah di bidang ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat. 13. Ketenteraman dan Ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tenteram, tertib, dan teratur.

6 14. Camat adalah Camat dalam wilayah Kota Blitar. 15. Lurah adalah Lurah dalam wilayah Kota Blitar. 16. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Keputusan Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk. 17. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus Rukun Tetangga di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Keputusan Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk. 18. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PPNS adalah pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah dan peraturan pelaksanaannya. BAB II ASAS DAN TUJUAN Bagian Kesatu Asas Pasal 2 Penyelenggaraan usahatempat kos dalam peraturan daerah ini berdasar pada asas: a. kekeluargaan; b. kemanfaatan; c. kesusilaan; d. keseimbangan; e. ketentraman; dan f. ketertiban.

7 Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Tujuan peraturan daerah tentang penyelenggaraan usaha tempat kos adalah: a. menjaga ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat; b. melaksanakan pengendalian dan penertiban kependudukan; c. mengendalikan pemanfaatan lingkungan; d. menciptakan keseimbangan, ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat; e. menjamin tercapainya tujuan pendatang dalam menuntut pendidikan dan/ atau mencari pekerjaan; f. mengatasi permasalahan sosial yang muncul karena interaksi sosial antar kultur;dan g. memberikan kepastian hukum dan perlindungan penyelenggaraan usaha tempat kos. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 4 Ruang lingkup yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi: a. hak dan kewajiban; b. perizinan usaha tempat kos; c. peran serta masyarakat; d. data dan informasi; dan e. pembinaan dan pengawasan.

8 BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak Pasal 5 Penyelenggara usaha tempat kos memiliki hak: a. mempromosikan tempat usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. memutuskan secara sepihak sewa tempat kos terhadap penghuni jika melanggar tata tertib danberkoordinasidengan Rukun Tetangga/ Rukun Warga; dan c. mendapatkan pembinaan dan perlindungan penyelenggaraan usaha tempat kos dari pemerintah daerah dan/atau instansi terkait. Pasal 6 Penghuni kos memiliki hak: a. mendapatkan ruang dan fasilitas lain yang disediakan dan disepakati sebagai fasilitas para penghuni kos; b. mengajukan keberatan dan/atau teguran kepada penyelenggara usaha tempat kos apabila ruang dan fasilitas lain yang disediakan dan disepakati sebagai fasilitas para penghuni kos tidak sesuai dengan yang telah disepakati; dan c. menggunakan hak penempatan sampai batas waktu yang telah disepakati. Bagian Kedua Kewajiban Pasal 7 (1) Setiap penyelenggara usaha tempat kos wajib: a. menyusun dan memasang tata tertib bagi para penghuni kos; b. memberikan pengarahan kepada penghuni kos untuk menyesuaikan diri dengan tata kehidupan masyarakat setempat dan memberikan teguran dalam rangka melaksanakan tata tertib;

9 c. bertanggung jawab atas ketertiban, kebersihan, keamanan dan kesehatan lingkungan disekitar tempat kos; d. melaporkan secara tertulis kepada Lurah melalui ketua Rukun Tetangga/Rukun Warga setempat mengenai jumlah penghuni kos beserta identitas penghuni kosyang sesuai dengan ketentuan administrasi kependudukan; e. menyediakan ruang tamu yang terpisah dari kamar bagi penghuni kos untuk menerima tamu; f. mencegah tindakan asusila, peredaran dan penyalahgunaan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya; g. melaporkan paling lambat 3 (tiga) hari apabila terjadi perubahan data penghuni kos kepada Lurah melalui ketua Rukun Tetangga/Rukun Warga; h. melaporkan kepada Rukun Tetangga apabila menerima tamu menginap paling singkat 1 x 24 jam; dan i. memenuhi kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. (2) Setiap penyelenggaraan usaha tempat kos wajib memiliki penanggung jawab tempat kos. (3) Penyelenggara usaha tempat kos yang bertempat tinggal di luar lokasi daerah tempat kos, wajib menunjuk seseorang sebagai penanggung jawab tempat kos. (4) Penanggung jawab tempat kos sebagaimana dimaksud ayat (3) harus bertempat tinggal dan memiliki Kartu Tanda Penduduk di kelurahan setempat serta wajib melapor kepada Rukun Tetangga dan Rukun Warga setempat. Pasal 8 Setiap penghuni kos wajib: a. memberikan data diri kependudukan kepada penyelenggara usaha tempat kos; b. menunjukkan surat nikah bagi yang berstatus suami istri; c. menaati segala tata tertib yang dibuat penyelenggara usaha tempat kos;

10 d. ikut serta mencegah kegiatan yang menimbulkan gangguan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat dilingkungan sekitar; e. berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat di lingkungan sekitar; f. mencegah tindakan asusila, peredaran dan penyalahgunaan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya; g. memberitahukan sebelumnya kepada penyelenggara usaha tempat kos apabila penghuni kos hendak pindah dari rumah tempat kos; dan h. menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. BAB V PERIZINAN USAHA TEMPAT KOS Bagian Kesatu Prosedur Perizinan Pasal 9 (1) Setiap orang atau badan yang memiliki usaha tempat kos denganjumlahkamar paling sedikit 5 (lima) kamar wajib memi liki izin usaha tempat kos dari Walikota. (2) Untuk mendapatkan izin usaha tempat kos sebagaimana dimaksud ayat (1), penyelenggara usaha tempat kos mengajukan permohonan secara tertulis kepada Walikota melalui Dinas Penanaman Modal Tenaga Kerja dan PTSP; (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur dalam Peraturan Walikota. Pasal 10 Izin usaha tempat kos sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1) tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa seizin Walikota melalui Dinas Penanaman Modal Tenaga Kerja dan PTSP. Pasal 11 (1) Pemegang izin usaha tempat kos wajib mengajukan permohonan baru apabila terjadi perubahan kepemilikan usaha tempat kos.

11 (2) Pemegang izin usaha tempat kos wajib mengajukan pembaharuan izin usaha tempat kos jika terdapat perubahan jumlah kamar, dan penanggungjawab. Pasal 12 (1) Izin usaha tempat kos sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (1) berlaku selama usaha rumah kos masih berjalan sesuai izin yang diberikan. (2) Pemilik izin usaha tempat kos wajib mengajukan perubahan izin usaha tempat kos apabila ada perubahan jumlah kamar kos. (3) Pemilik izin tempat kos wajib melakukan daftar ulang setiap 3 (tiga) tahun sekali kepada Walikota. Bagian Kedua Tata Cara dan Persyaratan Pasal 13 (1) Dinas Penanaman Modal Tenaga Kerja dan PTSP wajib menerbitkan izin usaha tempat kos paling lambat 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya persyaratan secara lengkap pengajuan izin usaha tempat kos. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan izin usaha tempat kos diatur dalam Peraturan Walikota. Bagian Ketiga Berakhirnya Izin Usaha Tempat kos Pasal 14 Izin usaha tempat kos berakhir apabila: a. adanya peralihan hak atas usaha tempat kos;dan b. izin usaha tempat kos dicabut.

12 BAB VI PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 15 (1) Masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam rangka pengawasan terhadap ketentraman dan ketertiban penyelenggaraan usaha tempat kos di lingkungan masing-masing. (2) Dalam rangka pengawasan terhadap ketentraman dan ketertiban penyelenggaraan usaha tempat kos sebagaimana dimaksud ayat (1) Rukun Tetangga atau Rukun Warga setempat berkoordinasi dengan Lurah, Camat dan/atau Satpol PP. BAB VII DATA DAN INFORMASI Pasal 16 (1) Pemerintah daerah mengumpulkan dan menyebarluaskan data dan informasi tentang penyelenggaraan usaha tempat kos. (2) Penyebarluasan data dan informasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan melalui sistem informasi tentang penyelenggaraan usaha tempat kos yang mudah diakses oleh masyarakat. (3) Data dan informasi sebagaimana dimaksud ayat (1) memuat: a. jumlah usaha tempat kos; b. alamat usaha tempat kos;dan c. data dan informasi lainnya terkait penyelenggaraan usaha tempat kos. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 17 (1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan usaha tempat kos.

13 (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan tujuan mewujudkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat. (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Lurah, Camat, dan Satpol PP. (4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Satpol PP dengan melibatkan perangkat daerah terkait, instansi lainnya, Rukun Tetangga, Rukun Warga, dan/atau tokoh masyarakat setempat. (5) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Satpol PP berwenang : a. mengadakan operasi ketentraman dan ketertiban umum; dan b. menindaklanjuti laporan dari masyarakat tentang adanya gangguan ketentraman dan ketertiban tempat kos. (6) Dalam melaksanakan kewenangan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Satpol PP berhak : a. memeriksa identitas penghuni; b. memeriksa isi kamar penghuni; dan/atau; c. mengamankan barang bukti. (7) Apabila ditemukan adanya indikasi yang mengganggu ketentraman dan ketertiban dan/atau menimbulkan tindak pidana dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Satpol PP menindaklanjuti hasil pengawasan tersebut kepada aparat atau instansi yang berwenang. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan usaha tempat kos diatur dalam Peraturan Walikota. BAB IX LARANGAN Pasal 18 Setiap penyelenggara usaha tempat kos dilarang: a. menyelenggarakan usaha tempat kos tanpa izin usaha tempat kos;

14 b. menempatkan penghuni kos laki-laki dan perempuan dalam satu kesatuan bangunan kamar kos atau rumah kontrakan kecuali penghuni kos yang terikat perkawinan sah; c. menempatkan penghuni kos yang mempunyai perilaku seksual menyimpang dalam satu kesatuan bangunan tempat kos; d. menggunakan dan/atau mengedarkan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya; e. menjadikan kamar kos atau rumah kontrakan sebagai tempat berjudi, prostitusi, kegiatan yang berhubungan dengan terorisme dan tindak pidana lain yang ditetapkan peraturan perundang-undangan; f. memberikan keterangan palsu dalam memenuhi persyaratan permohonan izin usaha tempat kos; g. menerima penghuni kos yang tidakberidentitas; dan h. melindungi penghunikos yang terlibat tindak kriminal/tindak asusila. Pasal 19 Setiap penghuni kos dilarang: a. menerima tamu yang berbeda jenis kelamin di dalam kamar, kecuali tamu tersebut adalah suami atau istri penghuni kos yang dibuktikan dengan surat nikah; b. menggunakan dan/atau mengedarkan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya; c. melakukan perjudian, prostitusi, kegiatan yang berhubungan dengan terorisme, dan tindakan lain yang bertentangan dengan norma-norma agama dan adat setempat, serta tindak pidana lain yang ditetapkan peraturan perundang-undangan; d. membuat kegaduhan dan keonaran dalam lingkungan tempat kos; e. meminjamkan atau menyewakan kamar kos atau rumah kontrakan tanpa sepengetahuan penyelenggara dan/atau penanggungjawab usaha tempat kos;dan f. melakukan perbuatan tercela di lingkungan tempat kos.

15 BAB X SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 20 (1) Setiap orang atau badan penyelenggara usaha tempat kos yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 9 ayat (1), Pasal 11 ayat (1), Pasal 18 huruf a, huruf b, huruf c, huruf f, huruf g, danhuruf h, Pasal 19 huruf a, huruf d, dan huruf f dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. penghentian kegiatan; d. pencabutan tetap izin; dan/atau e. denda administratif. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan tahapan penerapan pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Walikota. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 Setiap orang atau badan yang telah melakukan penyelenggaraan usaha tempat kos sebelum peraturan daerah ini berlaku, diwajibkan menyesuaikan ketentuan peraturan daerah ini paling lambat 1 (satu) tahun setelah peraturan daerah ini di undangkan.

SARI TRIWAHYUNI, S.H. Penata Tk. I NIP. 19780420 200501 2 012 16 BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan Walikota sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini. Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Blitar. Ditetapkan di Blitar Pada tanggal 12 September 2018 WAKIL WALIKOTA BLITAR, ttd. SANTOSO Diundangkan di Blitar Pada tanggal 12 September 2018 Plh. SEKRETARIS DAERAH KOTA BLITAR ttd. Suharsono LEMBARAN DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2018 NOMOR 3 NOREG PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 246-3/2018 Salinan sesuai dengan aslinya Plh. KEPALA BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI,

17

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA TEMPAT KOS I. UMUM Berdasarkan Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak konstitusional kepada setiap orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pengaturan tersebut menunjukkan adanya pengaturan hak atas perumahan dan hak untuk melakukan usaha. Berdasarkan landasan konstitusional tersebut Pemerintah Daerah Kota Blitar perlu memberikan pelayanan publik dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, termasuk usaha penyewaan rumah atau kamar-kamar dalam rumah yang lazim disebut dengan tempat kos, agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Kota Blitar sebagai kota sejarah dan pariwisata. Berdasarkan hal tersebut adalah penting untuk menata berbagai macam keberadaan usaha tempat kos di Kota Blitar. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, tugas penataan usaha tempat kos adalah urusan pemerintahan bidang perumahan dan kawasan pemukiman. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa penerbitan izin pembangunan dan kawasan pemukiman yang diantaranya adalah pengaturan mengenai penerbitan izin usaha tempat kos menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Selain itu, penataan izin usaha

2 tempat kos juga menjadi instrumen bagi Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak daerah. Merujuk pada istilah tempat kos sebagaimana dimaksud dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata yang tepat adalah KOS / kos-kosan, dengan demikian istilah atau kata yang merujuk pada frasa Tempat Kos dalam ketentuan pengaturan Peraturan Daerah ini secara keseluruhan diartikan sebagai manifestasi dari istilah atau definisi dari kata Kos-kosan yang merupakan tempat yang disediakan untuk memfasilitasi wanita maupun pria, dari pelajar, mahasiswa, dan pekerja umumnya untuk tinggal, dan dengan proses pembayaran per bulan, atau sesuai pemilik (ada yang per beberapa bulan, per tahun). Fungsi kos-kosan ini sebagai tempat tinggal, saat ini berkembang dnegan penambahan aktifitas dan sarana pendukung baik di dalam lokasi bangunan (kos -kosan) maupun di sekitar kosan tersebut. Misalnya ada kos-kosan yang menyediakan failitas warnet di bagian depan kos-kosan, yang dibuka seharian maupun beberapa jam untuk umum, kemudian fasilitas rumah makan, failitas kesehatan, dan sebagainya. Berdasarkan landasan normatif dan sosiologis tersebut, maka pemerintah daerah Kota Blitar perlu menetapkan peraturan daerah tentang penyelenggaraan usaha tempat kos. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Yang dimaksud dengan asas kekeluargaan adalah kesadaran dari hati nurani setiap anggota masyarakat untuk mengerjakan segala sesuatu dalam masyarakat yang berguna untuk semua anggota dan dari semua anggota masyarakat tersebut. Yang dimaksud dengan asas kemanfaatan adalah segala upaya dalam penyelenggaraan setiap kegiatan manusia yang

3 memberikan manfaat sebesar-besarnya demi kepentingan manusia itu sendiri. Yang dimaksud dengan asas kesusilaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan adab dan sopan santun, norma yang baik, kelakuan yang baik dan tata krama yang luhur. Yang dimaksud dengan asas keseimbangan adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara. Yang dimaksud dengan asas ketentraman adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan ketentraman dalam lingkungan bermasyarakat agar tercipta lingkungan yang bersih, aman dan tentram. Yang dimaksud dengan asas ketertiban adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum. Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10

4 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23