LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 3

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG NOMOR : 3 TAHUN : 2006 SERI : C NO.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA METRO. Tahun 2009 Nomor 04 PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 04 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kota Yogyakarta)

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 06 TAHUN 2003 T E N T A N G IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL (IUJKN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2002 SERI B NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G KETENTUAN IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2014 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN JALAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 44 TAHUN : 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG JASA KONSTRUKSI DI KOTA CIMAHI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

Perda No. 15 / 2002 tentang Perubahan Pertama Perda 11/1998 tentang Pajak Penerangan jalan. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 5

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN : 1999 SERI : B NO : 3

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 08 TAHUN?? 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN TOKO OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C NO.3/C 19 AGUSTUS 2009 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG. PENGGUNAAN LABEL "batik Pekalongan"

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun : 2005 Serie : E Nomor : 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 58 TAHUN 2008

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : 1 Tahun 2005 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR : 3/B TAHUN : 1999 SERI : B

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP

L E M B A R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tertib administrasi dan guna melindungi kepentingan masyarakat atas penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, perlu mengatur ketentuan izin usaha jasa konstruksi ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi ; Mengingat 1

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogjakarta; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817) ; 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821) ; 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833) ; 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 7. Undang.. 2

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3955) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957) ; 12. Peraturan.. 3

12. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 9 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 11 Tahun 1989 Seri D Nomor 4) ; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEKALONGAN dan WALIKOTA PEKALONGAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Pekalongan ; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Pekalongan ; 3. Walikota adalah Walikota Pekalongan ; 4. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu dalam pemberian IUJK ; 5. Badan. 4

5. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya ; 6. Badan Usaha adalah Badan Usaha yang bergerak di bidang jasa konstruksi ; 7. Kas Daerah adalah Kas Kota Pekalongan ; 8. Domisili adalah tempat pendirian dan kedudukan badan usaha ; 9. Usaha Jasa Konstruksi yang disingkat UJK adalah suatu kegiatan di bidang jasa konstruksi ; 10. Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat IUJK adalah izin untuk melakukan usaha di bidang jasa konstruksi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dan atau pejabat yang ditunjuk ; 11. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi, perencanaan, pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi ; 12. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya ; 13. Pengguna jasa adalah orang pribadi atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan / proyek yang memerlukan jasa konstruksi ; 14. Penyedia jasa adalah orang pribadi atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi ; 5

15. Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi ; 16. Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun sebagian dan tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannta yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa ; 17. Registrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kompetensi profesi keahlian dan keterampilan tertentu, orang orang pribadi dan badan usaha untuk menetukan izin usaha sesuai klasifikasi dan kualifikasi yang diwujudkan dalam sertifikat ; 18. Klasifikasi adalah bagian kegiatan regitrasi untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut bidang dan sub bidang pekerjaan atau penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang pribadi di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan tertentu dan atau kefungsian dana atau keahlian masing-masing ; 19. Kualifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha, atau penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang pribadi di bidang jasa konstruksi menurut tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan keahlian ; 20. Perencana konstruksi adalah penyedia jasa orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan atau bentuk fisik lainnya ; 21. Pelaksana.. 6

21. Pelaksana konstruksi adalah penyedia jasa orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mapu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya ; 22. Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mapu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan ; BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud dan tujuan ditetapkannya ketentuan IUJK adalah : a. menjamin keterpaduan pengaturan dan pembinaan serta pengawasan usaha jasa konstruksi ; b. menunjang terwujudkan iklim usaha yang sehat dan profesional ; c. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, handal berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas ; d. melindungi kepentingan masyarakat dan pembinaan di bidang usaha jasa konstruksi ; e. menunjang peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya dalam pembangunan prasarana secara fisik. BAB III OBYEK DAN SUBYEK Pasal 3 (1) Obyek IUJK adalah kegiatan usaha jasa konstruksi. (2) Subyek 7

(2) Subyek IUJK adalah orang pribadi atau badan baik nasional maupun asing yang menyelenggarakan usaha yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. BAB IV USAHA JASA KONSTRUKSI Pasal 4 Usaha jasa konstruksi mencakup jenis usaha, bentuk usaha dan bidang usaha jasa konstruksi. Pasal 5 (1) Jenis usaha jasa konstruksi terdiri dari : a. usaha perencanaan konstruksi ; b. usaha pelaksanaan konstruksi ; dan c. usaha pengawasan konstruksi. (2) Lingkup layanan jenis usaha sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, diatur lebih lanjut oleh Walikota. Pasal 6 Bentuk usaha jasa konstruksi meliputi orang pribadi atau badan baik nasional maupun asing. Pasal 7 Bidang usaha jasa konstruksi terdiri dari : a. bidang pekerjaan arsitektur ; b. bidang pekerjaan sipil ; c. bidang pekerjaan mekanikal ; d. bidang pekerjaan elektrikal ; dan e. bidang pekerjaan tata lingkungan. Pasal 8. 8

Pasal 8 (1) Setiap terjadi perubahan data IUJK, orang pribadi atau badan harus mengajukan permohonan perubahan IUJK kepada Walikota. (2) Perubahan data IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, meliputi :. a. kepemilikan ; b. tenaga ahli yang tercantum dalam keputusan IUJK ; c. domisili, klasifikasi dan kualitas dan kualifikasi perusahaan. BAB V PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI Pasal 9 (1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha jasa konstruksi harus mendapatkan izin usaha dari Walikota. (2) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha jasa konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia. Pasal 10 (1) Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah ini, harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Walikota. (2) Tata cara dan syarat-syarat pengajuan permohonan IUJK ditetapkan oleh Walikota. Pasal 11. 9

IUJK berlaku selama 3 (tiga) tahun. Pasal 11 BAB VI PENYELENGGARA USAHA JASA KONSTRUKSI Pasal 12 Orang pribadi atau badan yang memiliki IUJK diharuskan untuk : a. melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan dalam IUJK ; b. melaporkan apabila terjadi perubahan data kepemilikan perusahaan, tenaga ahli atau domisili perusahaan ; c. melaporkan penghentian kegiatan usaha jasa konstruksi. BAB VII RERIBUSI IUJK Pasal 13 Orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan pemberian IUJK, dikenakan retribusi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN Pasal 14 Pelaksanaan dan pembinaan atas Peraturan Daerah ini, dilaksanakan oleh instansi yang ditunjuk oleh Walikota. BAB IX 10

BAB IX SANKSI ADMINSITRATIF Pasal 15 (1) Pemegang IUJK yang melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini, dikenakan sanksi administratif berupa : a. peringatan tertulis ; b. pencabutan sementara izin usaha; c. pencabutan izin usaha, dan atau ; d. larangan melakukan pekerjaan. (2) Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat melakukan pencabutan IUJK sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini. (3) Tata cara pencabutan izin diatur lebih lanjut oleh Walikota. BAB X PEMBERLAKUAN KEMBALI IUJK Pasal 16 (1) Walikota atau pejabat yang ditunjuk melakukan pemberlakuan kembali IUJK. (2) Pemberlakuan kembali IUJK disampaikan secara tertulis kepada pemegang izin. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 17 (1) Barang siapa melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak 11

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB XII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 19 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang UJK sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini meliputi : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang UJK, agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang UJK; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang UJK; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang UJK; e. melakukan penggeladahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang UJK; 12

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana UJK; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. menghentikan penyidikan ; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang UJK, menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 Izin Usaha Jasa Konstruksi yang telah dikeluarkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, masih tetap berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak diundangkan, selanjutnya menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. Pasal 20 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Walikota. BAB XIV.. 13

BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Pekalongan. Ditetapkan di Pekalongan pada tanggal 11 Maret 2006 WALIKOTA PEKALONGAN cap, ttd.- Diundangkan di Pekalongan pada tanggal 18 Oktober 2006 MOHAMAD BASYIR AHMAD SEKRETARIS DAERAH cap, ttd.- M A S R O F, SH Pembina Utama Muda NIP. 500 056 471 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 3 14

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN I. PENJELASAN UMUM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI Dalam rangka mewujudkan ketertiban penyelenggaraan jasa konstruksi dan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dalam usaha dan atau pekerjaan konstruksi, maka perlu dilakukan pengaturan usaha jasa konstruksi guna menunjang pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di Kota Pekalongan. Bahwa sehubungan dengan maksud tersebut di atas, maka perlu menetapkan Izin Usaha Konstruksi dengan Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 angka 1 s/d angka 11 Pasal 1 angka 12. : Cukup jelas. : - Pekerjaan arsitektural mencakup antara lain, pengolahan bentuk dan masa bangunan berdasarkan fungsi serta persyaratan yang diperlukan setiap pekerjaan konstruksi ; - Pekerjaan. 15

- Pekerjaan sipil mencakup antara lain, pembangunan pelabuhan, bandar udara, jalan kereta api, pengamanan pantai, saluran irigasi/kanal bendungan, terowongan, gedung, jalan dan jembatan, reklamasi rawa, pekerjaan pemasangan perpipaan, pekerjaan pengeboran dan pembukaan lahan ; - Pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan pekerjaan pemasangan produkproduk rekayasan industri ; - Pekerjaan mekanikal mencakup antara lain, pemasangan turbin, pendirian dan pemasangan instalasi pabrik, kelengkapan instalasi bangunan, pekerjaan pemasangan perpipaan air, minyak dan gas ; - Pekerjaan elektrikal mencakup antara lain, pembangunan jaringan tranmisi dan distribusi kelistrikan, pemasangan intalasi kelistrikan, telekomunikasi beserta kelengkapannya ; - Pekerjaan tata lingkungan mencakup antara lain, pekerjaan pengolahan dan penataan akhir bangunan maupun lingkungannya. - Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukan baik di atas, pada, di bawah dan atau air. Dalam. 16

Pasal 1 angka 13 s / d 15 : Cukup jelas. Dalam pengertian menyatu dengan tempat kedudukan terkandung maksud bahwa proses penyatuannya dilakukan melalui penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pengertian menyatu dengan tempat kedudukan tersebut dalam pelaksanaannya perlu memperhatikanadanya asas pemisahan horisontal dalam pemilikan hak atas tanah terhadap bangunan yang ada di atasnya, sebagaimana atas hukum yang dianut dalam undang-undang mengenai agraria. Hasil pekerjaan konstruksi ini dapat juga dalam bentuk fisik lain, antara lain dokumen, gambar rencana, gambar teknis, tata ruang dalam (interior), dan tata ruang luar (eksterior), atau penghancuran bangunan (demolition). Pasal 1 angka 16 : yang dimaksud kegagalan bangunan adalah: - Kesalahan penyedia jasa adalah perbuatan yang dilakukan secara sadar dan direncanakan atau akibat ketidaktahuan atau kealpaan yang menyimpang dari kontrak kerja konstruksi sehingga menimbulkan kerugian. - Kesalahan pengguna jasa adalah perbuatan yang disebabkan karena pengelolaan bangunan yang tidak sesuai dengan fungsinya. Pasal 1 angka 17 s/d Pasal 7 : Cukup jelas. 17

Pasal 8 ayat (1) huruf a : Perubahan kepemilikan merupakan perubahan hak, kewajiban tanggung jawab pemilik, penaggung jawab perusahaan karena suatu hal. Perubahan kepemilikan dapat diberlakukan pada perusahaan yang mengajukan perubahan tersebut dengan ketentuan : 1. Perusahaan tersebut tidak terkena sanksi hukum ; 2. Perusahaan tersebut tidak terkena sanksi administrasi ; 3. Perusahaan tersebut tidak masuk dalam daftar hitam ; 4. Perusahaan tersebut tidak sedang dalam masalah. Pasal 8 ayat (1) huruf b sampai dengan Pasal 14 : Cukup jelas. Pasal 15 ayat (1) huruf a : Sanksi berupa peringatan tertulis dapat dikenakan jika : 1. perusahaan tidak memiliki IUJK ; 2. perusahaan tidak memasang papan nama perusahaan ; 3. perusahaan tidak melaporkan perubahan nama perusahaan; 4. perusahaan tidak nelaporkan kegiatan pekerjaannya di luar Kota/ Propinsu kepada Walikota ; 5. perusahaan tidak memenuhi kewajiban menyerahkan laporan tahunan selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sejak habis batas waktu pelaporan perusahaan ; 6. perusahaan tidak memenihi kewajiban perpajakan seseuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku ; 18

7. dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pemberian IUJK perusahaan ternyata tidak dapat memulai kegiatan operasionalnya atau tidak berhasil mendapatkan pekerjaan di bidang jasa konstruksi ; 8. penanggung jawab perusahaan ternyata merangkap menjadi pengurus perusahaan lain atau tidak bertugas penuh (full time); 9. Tenaga Teknis Tugas Penuh ternyata merangkap pada perusahaan lain ; 10. Tenaga Teknis Tugas Penuh ternyata merangkap dua kegiatan usaha dan atau bidang pekerjaan yang lain pada perusahaan yang sama ; 11. penanggung jawab perusahaan dan atau Tenaga Teknik Tugas Penuh tidak bertempat tinggal di wilayah Kota Pekalongan. Pasal 15 huruf b : Sanksi berupa pencabutan sementara izin usaha dapat dikenakan jika : 1. perusahaan yang melakukan penyimpangan/ pelanggaran tidak memiliki IUJK dan telah mendapatkan sanksi berupa peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan, namun tetap tidak memenuhi kewajibannya dan tidak mengindahkan peringatan yang telah disampaikan ; 2. perusahaan sedang diperiksa oleh pengadilan karena didakwa melakukan tindak pidana ekonomi atau perbuatan lain yang berkaitan dengan kegiatan usahanya. 19

Pasal 15 huruf c : Sanksi berupa pencabutan IUJK dapat dikenakan jika : 1. terbukti bahwa IUJK diperoleh dengan cara melanggar hukum ; 2. Perusahaan telah dijatuhi hukuman oleh badan peradilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ; 3. dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak dibekukannya IUJK, perusahaan tidak memenuhi kewajibannya ; 4. perusahaan dinyatakan bangkrut dan belum direhabilitasi ; 5. perusahaan ternyata tidak memenuhi lagi persyaratan minimal yang ditetapkan untuk kegiatan usaha dan atau bidang pekerjaan yang bersangkutan ; 6. terbukti bahwa perusahaan pemegang IUJK meminjamkan namanya kepada perusahaan lain untuk mendapatkan pekerjaan ; 7. terbukti bahwa perusahaan menyerahkan pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain tanpa persetujuan dari pemberi kerja ; 8. terbukti bahwa perusahaan telah secara sengaja atau membuat kekeliruan dalam melaksanakan pekerjaan yang mengakibatkan obyek pekerjaan mengandung cacat atau mengalamai proses kerusakan yang sangat cepat ; 9. terbukti bahwa perusahaan yang terkena sanksi pembekuan IUJK masih mencari pekerjaan lain. Pasal 15. 20

Pasal 15 huruf d Pasal 15 ayat (2) s / d Pasal 21 : Sanksi berupa larangan melakukan pekerjaan dapat dikenakan jika : 1. perusahaan yang telah mendapatkan sanksi berupa peringatan tertulis, pembekuan dan pencabutan IUJK ; 2. perusahaan yang dalam menyediakan jasa konstruksi mengakibatkan kegagalan konstruksi, kerugian harta benda, gangguan keselamatan umum, dan atau kerusakan lingkungan. : Cukup jelas. 21