BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada lahan pasca penambangan emas PT. Aneka Tambang Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE) Pongkor, Kabupaten Bogor dan laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Departemen Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan April September 2008. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga jenis leguminosa yaitu Centrosema pubescens Benth (CP), Calopogonium mucunoides Benth (CM) dan Pueraria phaseoloides Benth (PP) yang diberikan secara konsorsium. Bahan lainnya adalah mycofer, Phosphate Solubilizing Bacteria (PSB), Rhizobium dan asam humat dengan pengenceran 1:30, kompos (kotoran ayam dan kotoran sapi) jerami padi, perekat serta zat kimia untuk analisa di laboratorium. Peralatan yang digunakan adalah alat pengolah tanah, alat pengamatan dan pemanenan dan alat-alat Laboratorium untuk analisa kadar Fosfat, Nitrogen dan Timbal (Pb). Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen menggunakan rancangan acak kelompok berpola faktorial 4x3 dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah formulasi pupuk hayati (P) yang terdiri dari empat taraf yaitu : P1 = Kontrol (tanpa pupuk hayati) P2 = Mycofer ( 5 gr/m 2 tanah) P3 = Mycofer (5 gr/m 2 tanah) + Rhizobium ( 1 ml/m 2 tanah) P4 = Mycofer (5 gr/m 2 tanah) + Rhizobium (1 ml/m 2 tanah + PSB (1 ml/m 2 tanah)
16 Faktor kedua merupakan teknologi revegetasi (T) terdiri dari : T1 = Teknologi Standar Antam (TSA = Pupuk Kandang 3 kg/m 2 ) T2 = Asam Humat (8 ml/m 2 ) + Arang Sekam ( 0.5 kg/m 2 ) T3 = Hidroseeding ( Asam Humat + Mulsa + Kompos + perekat) Untuk teknologi hydroseeding digunakan asam humat sebanyak 8 ml/m 2 ditambah dengan mulsa 0,2 kg/m 2, kompos ayam dan kompos sapi masing masing 2 kg/m 2 serta perekat sebanyak 1 ml/m 2. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Inokulum Inokulum Rhizobium dan PSB koleksi Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB diremajakan dengan cara menumbuhkannya pada media cair sebanyak 1000 ml selanjutnya dishaker selama satu malam untuk mendapatkan jumlah populasi yang diinginkan. Inokulum mikoriza yang digunakan adalah inokulan mycofer produksi laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB yang berbentuk granular dan siap diinokulasikan. 2. Persiapan Lahan Lahan yang dipakai dalam penelitian ini merupakan tempat pembuangan tailing sedangkan tanah yang digunakan merupakan campuran tailing dan tanah timbunan. Lahan dibersihkan dan dilakukan pengolahan tanah menggunakan eskavator dimana tanah dibalik dan dicampurkan sehingga tanah tailing dan tanah timbunan tercampur. Seluruh petak percobaan (plot) kemudian diberi pupuk dasar berupa KCL dan SP 36 masing-masingnya sebanyak 20 gr/m 2 dengan cara disebarkan secara merata. Setelah 14 hari masa tanam, seluruh plot diberikan pupuk urea sebanyak 5 gr/m 2. Lahan dibagi menjadi empat blok sebagai kelompok dan masing-masing blok terdiri dari 12 plot sehingga total keseluruhan terdapat 48 plot. Masing-masing unit berukuran 6x5 m sehingga luas tiap plot
17 adalah 30 m 2 dan antar plot diberi jarak 1 m. Denah lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. P2T2 P4T3 P3T3 P2T1 P4T1 P2T2 P3T3 P4T1 P3T1 P1T3 P1T2 P4T3 P3T1 P2T1 P4T1 P1T2 P3T3 P1T3 P1T2 P2T1 P2T2 P3T1 P1T2 P1T3 P4T3 P3T3 P4T3 P4T1 P1T3 P2T2 P2T1 P3T1 Gambar 1 Denah lokasi penelitian 3. Pelaksanaan Perlakuan Unit-unit percobaan yang sudah diberi pupuk dasar selanjutnya dibuat larikan sebanyak 5 buah/petak dengan jarak 1m lalu diberi teknologi pembenah dan pupuk hayati sesuai perlakuan disetiap larikan dilanjutkan dengan pemberian benih leguminosa secara konsorsium dimana perbandingan antara PP, CP dan CM adalah 2:1:1 dimana PP diberikan sebanyak 50 gr/m 2, CP sebanyak 25 gr/m 2 dan CM sebanyak 25 gr. Benih ditaburkan disepanjang larikan lalu ditimbun dengan sedikit tanah lalu disiram dengan air secukupnya.
18 4. Pengamatan dan Pemeliharaan Pengamatan dilakukan pada tiap unit percobaan sesuai peubah yang diuji. Selang 14 hari dilakukan pembersihan terhadap gulma dan bila curah hujan kurang maka dilakukan penyiraman tanaman minimal sekali sehari. 5. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1. Covering Area Pengamatan ini dilakukan pada akhir penelitian (sebelum panen) dengan membandingkan area yang ditumbuhi tanaman dengan yang tidak ditumbuhi dengan menggunakan bingkai bentuk kuadran berukuran 1m x 1m. Bingkai dibagi menjadi 10 bagian dengan tali sehingga terdapat kuadran-kuadran kecil berukuran 10cm x 10 cm. Selanjutnya bingkai diletakkan secara acak dalam petak percobaan untuk mengukur perbandingan lahan yang ditumbuhi tanaman dengan yang tidak. Pengamatan dilakukan lima kali disetiap petak. 2. Pertambahan Panjang penyebaran tanaman Pengukuran panjang penyebaran tanaman dilakukan setiap dua minggu pada 30 hari setelah tanam, sebanyak tiga kali pengamatan. Pengukuran dilakukan menggunakan pita ukur sepanjang 100 cm, dimulai dari ± 1 cm diatas pangkal batang (kemudian ditandai) sampai titik tumbuh tertinggi. Tiap jenis tanaman yang diukur diambil secara acak berdasarkan larikan dan terlebih dahulu ditandai untuk pengukuran selanjutnya. Nilai pertambahan panjang penyebaran didapat dari selisih hasil tiap pengukuran. 3. Jumlah Daun Penghitungan jumlah daun dilakukan tiap dua minggu sekali sejak 30 hari setelah tanam sebanyak tiga kali pengamatan dengan teknik pengambilan sampel yang sama dengan pertambahan panjang penyebaran. 4. Biomassa Tajuk
19 Penimbangan daun dalam bentuk segar dilakukan saat panen. Pertama semua tanaman ditimbang untuk mendapatkan biomasa total. Selanjutnya tanaman dipisahkan berdasarkan jenis kemudian ditimbang kembali untuk mendapatkan biomasa parsial. 5. Infeksi Akar Untuk menghitung jumlah akar yang terinfeksi oleh CMA (verifikasi) dilakukan dengan teknik pewarnaan akar (Phyllip dan Hayman 1970). Persentase akar yang terinfeksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Jumlah akar yang terinfeksi % infeksi = Jumlah contoh akar X 100% 6. Jumlah Spora Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah spora adalah metode tuang saring basah (Gedermann dan Nicolson 1963 yang telah dimodifikasi). Pertama ambil sampel tanah sebanyak 50 g dilarutkan dengan air sampai homogen, kemudian dibiarkan beberapa detik agar partikel-partikel besar mengendap. Suspensi tersebut kemudian disaring. Partikel-partikel halus berikut spora yang ditampung pada saringan 45 μm dimasukkan kedalam botol sentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 25 detik. Supernatan disaring dengan saringan 45 μm dan dicuci dengan air mengalir. Spora yang tertahan ditampung dalam cawan petri. Penghitungan populasi spora dilakukan dengan mikroskop binokuler perbesaran 3x menggunakan counter (verifikasi). 7. Bintil Akar Pengamatan terhadap bintil akar dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat bintil akar aktif dengan mengamati pembentukan nodul pada akar. 8. Kadar Nitrogen Tajuk Kadar N tajuk diukur dengan menggunakan metode Kjeldahl Weende. Sampel tajuk yang diambil untuk dianalisa adalah komposit dari ketiga jenis leguminosa.
20 9. Kadar Fosfor Tajuk Kadar P tajuk diukur menggunakan metode ekstraksi berdasarkan metode AOAC 1990). 10. Kadar Timbal (Pb) Tanah dan Tajuk Kadar Pb tanah dan tajuk diukur dengan metode ekstraksi lalu nilainya dibaca menggunakan AAS. 11. Kadar Phosfor (P) Tersedia di Tanah Kadar P tersedia dalam tanah diukur menggunakan metode Bray I. 12. ph Tanah. ph yang diukur adalah ph dalam H 2 O, dilakukan dengan cara melarutkan tanah dengan Aquades dengan perbandingan 1 : 10 = 1 g tanah dilarutkan dalam 10 ml air lalu ph diukur menggunakan phmeter 6. Pemanenan Panen dilakukan setelah tanaman berumur 90 hari dengan mengambil tajuk untuk ditimbang berat segarnya. Selanjutnya tajuk dioven akar dan tanah diambil secara acak pada lima titik untuk verifikasi bintil akar dan keberadaan mikroorganisme pada perlakuan pupuk hayati yang diberikan. 7. Pengambilan Sampel Tanah Sampel tanah diambil pada seluruh plot menggunakan soil gouge sampler dengan kedalaman 0-20 cm. Sampel tanah diambil secara acak sebanyak lima titik kemudian dicampur sebelum dianalisa di laboratorium. 8. Analisa Kimia Tanah dan Jaringan Tanaman di Laboratorium Analisa dilakukan setelah panen menggunakan metode sesuai dengan peubah yang telah ditentukan.
21 Analisis Data Data diolah menggunakan analisis keragaman (ANOVA) dan bila terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Model linier analisis keragaman pada penelitian ini adalah : Yijk = μ + α i + β j + (αβ) ij + σk + Σijk Yijk μ α i β j (αβ) ij σk Σijk = Nilai Pengamatan pada formulasi pupuk hayati ke-i, teknologi revegetasi ke-j dan kelompok ke-k = Rataan Umum = Pengaruh formulasi pupuk hayati ke-i = Pengaruh teknologi revegetasi ke-j = Pengaruh Interaksi formulasi pupuk hayati ke-i dengan teknologi revegetasi ke-j = Pengaruh kelompok ke-k = Pengaruh galat