MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 51 TAHUN 2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 90 TAHUN 2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KP.288 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2015 TENTANG

2016, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

2017, No Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 7 Tah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

2016, No Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peratura

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2011, No Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

2018, No Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tamb

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DAERAH OTONOM BARU

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang J

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG MONOGRAFI DESA DAN KELURAHAN

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 4. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan A

2016, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Harga Pembelian Listrik Skala Kecil. Menengah..

2016, No tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2018, No Penetapan Wilayah Kelola Masyarakat Hukum Adat dalam Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil; Mengingat : 1. Undan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN JUMLAH POLISI PAMONG PRAJA

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR PERALIHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN. A. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Menteri Dalam Negeri tentang Kewaspadaan Dini di Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 83 /KPTS/013/2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG KODE DAN NAMA WILAYAH KERJA STATISTIK TAHUN Pasal 1 Dalam Peraturan Ke

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/12/KPTS/013/2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambah

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 17 TAHUN 2013

Transkripsi:

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 4 TAHUN 19 TENTANG EVALUASI KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KESATUAN BANGSA DAN POLITIK MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa rangka melaksanakan ketentuan Pasal ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 19 tentang Perangkat Daerah Yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan di Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik, perlu menetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Evaluasi Kelembagaan Perangkat Daerah Yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan di Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 16 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 16 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 99 Tahun 18 tentang Pembinaan dan Pengendalian Penataan Perangkat Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 18 Nomor 1539); 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 19 tentang Perangkat Daerah Yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan di Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 19 Nomor 194);

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG EVALUASI KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KESATUAN BANGSA DAN POLITIK. KESATU : Menetapkan Evaluasi Kelembagaan Perangkat Daerah Yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan di Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik, sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. KEDUA : Evaluasi Kelembagaan Perangkat Daerah Yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan di Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU, merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota dalam melaksanakan evaluasi. KETIGA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Tembusan: 1. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri; 2. Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum; 3. Direktur Jenderal Otonomi Daerah; dan 4. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah.

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 4 TAHUN 19 TENTANG EVALUASI KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KESATUAN BANGSA DAN POLITIK EVALUASI KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH YANG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KESATUAN BANGSA DAN POLITIK I. RUANG LINGKUP EVALUASI Evaluasi kelembagaan perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik dilakukan dalam rangka melakukan penataan perangkat daerah guna mengakomodasi dinamika perkembangan pelaksanaan tugas dan fungsi. Evaluasi kelembagaan perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik meliputi: a. besaran organisasi; b. tugas dan fungsi; dan c. tata kerja. II. PELAKSANAAN EVALUASI KELEMBAGAAN Dalam pelaksanaan evaluasi kelembagaan perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik di provinsi, gubernur berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri. Dalam pelaksanaan evaluasi kelembagaan perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik di kabupaten/kota, bupati/walikota berkoordinasi dengan gubernur selaku wakil pemerintah pusat. Dalam pelaksanaan evaluasi kelembagaan perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik, melibatkan Perangkat Daerah Yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik. A. Evaluasi Besaran Organisasi 1. Untuk mengukur besaran organisasi perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik, pemerintah daerah melakukan pemetaan. 2. Pemetaan dilakukan dengan menghitung beban kerja yang ditetapkan berdasarkan karakteristik daerah yang terdiri atas kriteria variabel umum dan kriteria variable teknis. 3. Besaran bobot masing-masing variabel terdiri dari: a. Variabel umum dengan bobot % (dua puluh persen); dan b. Variabel teknis dengan bobot % (delapan puluh persen). 4. Kriteria variabel umum ditetapkan berdasarkan karakteristik daerah yang terdiri atas indikator: a. Jumlah Penduduk; b. Luas Wilayah; dan c. Jumlah APBD.

Variabel Umum di Provinsi NO INDIKATOR & KELAS INTERVAL SKALA NILAI BOBOT (%) SKOR 1 2 3 4 5 1 Jumlah penduduk (Jiwa) a. 2.000.000 b. 2.000.001 4.000.000 c. 4.000.001 6.000.000 d. 6.000.001 8.000.000 e. > 8.000.000 2 Luas wilayah (Km²) a. b. 601 1. c. 1.1 1. d. 1.1 2. e. > 2. 3. Jumlah APBD (Rp) a. 2.000.000.000.000 b. 2.000.000.000.001 4.000.000.000.000 c. 4.000.000.000.001 6.000.000.000.000 d. 6.000.000.000.001 8.000.000.000.000 e. > 8.000.000.000.000 5 5 60 0 30 50 30 50

Variabel Umum di Kabupaten/Kota NO INDIKATOR & KELAS INTERVAL SKALA NILAI BOBOT (%) SKOR 1 2 3 4 5 1 Jumlah penduduk (Jiwa) a. 0.000 b. 0.001.000 c..001 500.000 d. 500.001.000 e. >.000 2 Luas wilayah (Km²) a. 150 b. 151 300 c. 301 450 d. 451 e. > 3. Jumlah APBD (Rp) a. 250.000.000.000 b. 250.000.000.001 500.000.000.000 c. 500.000.000.001 750.000.000.000 d. 750.000.000.001.000.000.000 e. >.000.000.000 5 5 60 0 30 50 30 50

5. Kriteria variabel teknis ditetapkan berdasarkan beban tugas utama yang menjadi kewenangan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Variabel Teknis di provinsi terdiri dari atas: a. Jumlah Kabupaten/Kota; b. Jumlah forum-forum Kesatuan Bangsa dan Politik yang telah dibentuk; c. Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang melakukan aktifitas berdomisili diwilayah setempat; d. Jumlah potensi konflik dalam setahun; dan e. Tingkat partisipasi pemilihan umum (%) pada periode sebelumnya. Variabel Teknis di kabupaten/kota terdiri dari atas: a. Jumlah Kecamatan; b. Jumlah Desa/Kelurahan atau Nama Lain; c. Jumlah forum-forum Kesatuan Bangsa dan Politik yang telah dibentuk; d. Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang melakukan aktifitas berdomisili diwilayah setempat; e. Jumlah potensi konflik dalam setahun; dan f. Tingkat partisipasi pemilihan umum (%) pada periode sebelumnya.

Variabel Teknis di provinsi NO INDIKATOR & KELAS INTERVAL SKALA NILAI BOBOT (%) SKOR 1 2 3 4 5 1 Jumlah Kabupaten/Kota a. 9 b. 15 c. 16 22 d. 23 29 e. > 29 2. Jumlah forum-forum dan Tim Kesatuan Bangsa dan Politik yang telah dibentuk a. 3 b. 4-5 c. 6-7 d. 8-9 e. > 9 60 0 1 160 3. Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang melakukan aktifitas dan berdomisili diwilayah setempat a. 50 b. 51 0 c. 1 d. 1 300 e. > 300 1 160 4 Jumlah potensi konflik dalam setahun a. 1 b. 2-3 c. 4-5 d. 6-7 e. > 7 1 160

5 Tingkat partisipasi pemilihan umum (%) pada periode sebelumnya a. 79 % b. 78 % 76 % c. 76% 74% d. 73% 71% e. < 71% 60 0

Variabel Teknis di kabupaten/kota NO INDIKATOR & KELAS INTERVAL SKALA NILAI BOBOT (%) SKOR 1 2 3 4 5 1 Jumlah Kecamatan a. 3 b. 4 8 c. 9 13 d. 14 18 e. > 18 5 30 50 2 Jumlah desa/kelurahan atau nama lain a. b. 11 30 c. 31 50 d. 51 70 e. > 70 5 30 50 3 Jumlah forum-forum dan tim di bidang Kesatuan Bangsa dan Politik yang telah dibentuk a. 3 b. 4-5 c. 6-7 d. 8-9 a. > 9 4. Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang melakukan aktifitas dan berdomisili diwilayah setempat a. 25 b. 26 50 c. 51 75 d. 76 0 e. > 0 1 160 1 160

5 Jumlah potensi konflik dalam setahun a. 1 b. 2-3 c. 4-5 d. 6-7 e. > 7 6 Tingkat partisipasi pemilihan umum (%) pada periode sebelumnya a. 79 % b. 78 % 76 % c. 76% 74% d. 73% 71% e. < 71% 1 160 60 0

6. Penghitungan variabel umum dan variabel teknis Untuk mendapatkan hasil perhitungan dan besaran organisasi Perangkat Daerah dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: a. Langkah 1: Menghitung nilai masing-masing indikator dari variabel umum dan variabel teknis dengan cara melakukan perkalian skala nilai yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dari Daerah dengan prosentase dari bobot indikator tersebut. b. Langkah 2: Menghitung jumlah nilai dari seluruh indikator dari variabel umum dan variabel teknis dengan cara melakukan penjumlahan nilai dari seluruh indikator tersebut. c. Langkah 3: Melakukan perkalian jumlah nilai dari seluruh indikator dari variabel umum dan variabel teknis tersebut dengan faktor kesulitan geografis, dengan kriteria sebagai berikut: 1) Provinsi dan kabupaten di Jawa dan Bali dikalikan 1 (satu); 2) Provinsi dan kabupaten di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi serta kota di seluruh wilayah dikalikan 1,1 (satu koma satu); 3) Provinsi dan kabupaten di Nusa Tenggara dan Maluku dikalikan 1,2 (satu koma dua); 4) Provinsi dan kabupaten di Papua dikalikan 1,4 (satu koma empat); 5) Daerah provinsi dan kabupaten/kota berciri kepulauan dikalikan 1,4 (satu koma empat); 6) Kabupaten di Daerah perbatasan darat negara dikalikan 1,4 (satu koma empat); dan 7) Kabupaten/kota di pulau-pulau terluar di Daerah perbatasan dikalikan 1,5 (satu koma lima). Dalam hal suatu Daerah masuk dalam dua klasifikasi atau lebih, Daerah tersebut dapat memilih faktor kesulitan geografis terbesar. d. Langkah 4: Penetapan intensitas Urusan Pemerintahan dan beban kerja Perangkat Daerah berdasarkan hasil perhitungan tersebut dengan kriteria sebagai berikut: 1) Total skor sampai dengan, merupakan intensitas kecil dan diwadahi dalam Perangkat Daerah berbentuk Badan dengan 2 (dua) bidang.; 2) Total skor dari 601 sampai dengan merupakan intensitas sedang dan diwadahi dalam Perangkat Daerah berbentuk Badan dengan 3 (tiga) bidang.; 3) Total skor lebih dari merupakan intensitas besar dan diwadahi dalam Perangkat Daerah berbentuk Badan dengan 4 (empat) bidang. e. Langkah 5: 1) Gubernur menyampaikan hasil penghitungan variabel umum dan variabel teknis di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri untuk dilakukan validasi. 2) Bupati walikota menyampaikan hasil penghitungan variabel umum dan variabel teknis di kabupaten/kota kepada gubernur untuk dilakukan validasi. B. Evaluasi Tugas danfungsi Evaluasi terhadap tugas dan fungsi perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik dilakukan dengan ketentuan :

a. Tugas dan fungsi perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik tidak boleh memuat pelaksanaan urusan pemerintahan yang bukan menjadi kewenangannya; b. Tugas dan fungsi satu perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik tidak boleh tumpang tindih dengan tugas dan fungsi perangkat daerah lainnya; Apabila terdapat pembagian tugas dan fungsi perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatas, maka pemerintah daerah wajib melakukan penyesuaian sesuai dengan ketentuan tersebut di atas. C. Evaluasi Tata Kerja Evaluasi terhadap tata kerja perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik dilakukan dengan ketentuan: a. Kepala perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundang-undangan;dan b. Hubungan kerja antara perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik dengan perangkat daerah lain bersifat koordinatif. Gubernur dan bupati/wali kota menyampaikan laporan hasil evaluasi besaran organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik kepada Menteri Dalam Negeri secara berjenjang. III. MONITORING DAN EVALUASI Menteri Dalam Negeri melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan evaluasi kelembagaan perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik di provinsi. Gubernur melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan evaluasi kelembagaan perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik di kabupaten/kota. IV. PENUTUP Bagi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta evaluasi kelembagaan perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur kekhususan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.