BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini telah terjadi transisi epidemiologi yaitu berubahnya pola penyebaran penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.penyakit tidak menular sejak tahun 2000 semakin meningkat yaitu berupa penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, diabetes mellitus dan penyakit saluran pernapasan.hal ini dikarenakn pola hidup masyarakat yang tidak sehat mulai dari pola konsumsi yang serba instan, semakin canggihnya teknologi yang menyebabkan seseorang kurang bergerak atau melakukan aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, seperti makanan dan minuman berkadar gula tinggi, sudah menjadi gaya hidup masyarakat moderen sekarang ini yang kemudian memicu timbulnya penyakit-penyakit akibat pola makan dan minum yang tidak sehat. Salah satu penyakit yang dapat terjadi makan adalah Diabetes Melitus (DM) atau penyakit gula darah.pola hidup modern dengan pola makan modern pula, yang sekarang ini banyak dianut orang ternyata sangat berpotensi rawan diabetes. Sebab, gaya hidup dan pola makan yang disebut modern ini jelas sangat mengancam kualitas kesehatan, justru karena kelebihan gizinya. Kelebihan gizi membuat orang menjadi kegemukan yang mengarah munculnya penyakit kronis, khususnya DM. faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik dan stress berperan besar sebagai pemicu diabetes (Siswono Darbiyono, 2011). 1
2 Menurut WHO tahun 2014 penyakit tidak menular akan meningkat dari 38 juta kasus pada tahun 2012 menjadi 52 juta kasus pada tahun 2030. Salah satu penyakit tidak menular adalah diabetes mellitus (DM). Diabetes mellitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang khas, yakni urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar (Bilous, dkk, 2014). Oleh karena itu, berdasarkan data dari WHO (2000) diketahui bahwa prevalensi penyakit DM seluruh dunia sebanyak 171 juta penderita pada Tahun 2000, dan akan meningkat 2 kali,menjadi 366 juta pada Tahun 2030. Prevalensi DM di Indonesia mencapai jumlah 8.426 juta pada Tahun 2000 yang diperkirakan akan meningkat pada Tahun 2030 sebesar 21.257 juta, hal ini berarti terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 Tahun.Berdasarkan data statistik WHO, dari 10 besar negara yang memiliki penderita diabetes terbanyak, Indonesia menepati peringkat ke-4 di dunia (Herliana, 2013).Oleh karena itu menurut laporan World Health Organization (WHO) bahwa pada Tahun 2000 terdapat 1,0 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes dengan prevalensi sekitar 2,0% dan pada Tahun 2012 dilaporkan bahwa terdapat 1,5 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes dengan prevalensi sekitar 2,7 %. Dari seluruh kematian akibat DM di dunia, 70 % kematian terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2014). Pola hidup sehat atau pengertian sehat menurut pandang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 1984 menyatakan bahwa pengertian kesehatan adalan suatu metal, fisik, kesejahteraan sosial dan bukan hanya pada ketiadaan
3 penyakit kepada seluruh manusia. Sedangkan pola hidup sehat adalah keadaan sejahtera pada badan, jiwa serta sosial yang memungkinkan setiap individu hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti : jantung, tumor, diabetes, hipertensi, gagal ginjal dan sebagainya. Data Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita DM menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit dalam, distribusi pasien baru DM yang berobat jalan ke rumah sakit di Indonesia sebanyak 180.926 orang sedangkan jumlah pasien yang meninggal berjumlah 5.585 orang dengan angka Case Fatality Rate (CFR) sebesar 6.73% (Depkes RI, 2009). Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013 dilaporkan bahwa prevalensi DM sebanyak 2,1% lebih tinggi dibandingkan pada Tahun 2007 sebanyak 1,1%. Prevalensi DM pada perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki dan cenderung lebih banyak pada masyarakat yang tingkat pendidikannya tinggi dari pada tingkat pendidikan rendah, hal ini kemungkinan akibat pola hidup yang tidak sehat (Kemenkes RI, 2013). Meningkatnya prevalensi DM di Indonesia yang semakin meningkat berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan kemajuan bangsa Indonesia.Kemajuan suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang baik, sehat dan
4 unggul.beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit DM, baik secara primer maupun sekunder. Pencegahan primer yaitu berupa pencegahan melalui modifikasi gaya hidup seperti pola makan yang sesuai, aktivitas fisik yang memadai atau olahraga. Adapin pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan pengecekan atau kontrol fisik, pengecekan urine, penghentian merokok bagi penderita yang merokok. Faktor resiko semakin banyak pada masyarakat di perkotaan hal itu akan berpengaruh pada status kesehatan masyarakat, khususnya masalah penyakit degenerative seperti diabetes mellitus. Factor risiko antara lain terjadi karena keturunan, usia diatas 40 tahun, obesitas dan aktivitas fisik yang rendah (Aditama, 2010). Menurut Konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2011) penatalaksanaan diabetes mellitus pada dasarnya terdiri atas empat pilar yaitu edukasi (penyuluhan), terapi gizi medis (perencanaan makan), latihan jasmani (exercise) dan intervensi farmakologis (obat OHO).Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan bersifat arobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang.latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.selain itu, melakukan latihan jasmani yang teratur dapat melebarkan pembuluh darah sehingga dapat terjadi penurunan tekanan darah (Kusmana, 2006).Frekuensi yang dianjurkan adalah beberapa kali perminggu selama 30 menit atau lebih atau secara teratur dan tidak berlebihan (Hitchcock, 1999 dalam Priyanto, 2012).Intesintas yang dianjurkan sebesar 40-70%, aktivitas ringan samapi sedang (Ermita, 2009 dalam Priyanto, 2012).Latihan jasmani atau olahraga yang dianjurkan salah satunya senam kaki diabetes mellitus (Akhtyo, 2009).
5 Di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan penyakit diabetes mellitus berdasarkan data yang diperoleh dari data Surveilans Terpadu Penyakit (STP) tahun 2008 terlihat kasus yang paling banyak adalah Diabetes Mellitus dengan kasus Diabetes Mellitus mencapai 918 pasien yang ada di 123 rumah sakit 28 kota/kabupaten seluruh propinsi Sumatera Utara terkhususnya kota Medan prevalensi Diabetes Mellitus mencapai 2.7%, dan prevalensi untuk Sumatera Utara 1,98%, sementara data terakhir yang dikeluarkan Depkes RI menyatakan prevalensi DM nasional adalah 5.7% (Depkes, 2009).Di Kota Medan, Penyakit Diabetes Mellitus menempati urutan pertama dalam tabel penyakit yaitu diatas penyakit jantung koroner. DM merupakan penyakit yang mencatatkan angka penderita terbanyak dan jumlahnya terus meningkat jika dibandingkan dengan jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner atau penyakit yang lainnya Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan (Riset Kesehatan Dasar 2013). Berdasarkan penelitian Diah (2009) menyatakan bahwa faktor risiko terjadinya penyakit DM adalah pola makan tidak seimbang dan faktor individu lainnya. Salah satu faktor penting dalam pola makan penderita DM adalah faktor psikososial yang terdiri dari motif atau motivasi diri, kepercayaan diri, dukungan keluarga dan persepsi tentang pola makan seimbang bagi penderita DM. Berdasarkan penelitian Tengku (2015) yang di lakukan di RSU. Pirngadi Medan di dapat jumlah kunjungan pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan pada tahun 2014 sebanyak 13.090 kunjungan. Menurut informasi yang diperoleh bahwa pada Januari 2015 RSU Dr. Pirngadi menangani kasus Diabetes Melitus tertinggi, hal ini menandai bahwa ada masalah pada pola makan dan dukungan
6 keluarga penderita Diabetes Melitus yang menjalani rawat jalan di rumah. Penderita diabetes mellitus seharusnya menerapkan pola makan seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui pola makan sehat. Berdasarkan survey pendahuluan pada tahun 2015 dari data kunjungan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Haji menunjukan penderita Diabetes Melitus. Diperoleh data pasien yang melakukan kunjungan, pada tahun 2012 penyakit diabetes mellitus sebanyak 3.152 kunjungan dan pada tahun 2013 sebanyak 3.033kunjungan pada tahun 2014 sebanyak 3.368 kunjungandan pada tahun 2015sebanyak 356kunjungan pasien diabetes mellitus mengalami penurunan, hal ini menandai bahwa ada masalah pelayanan pada perubahan aturan BPJS sehingga pasien tidak bisa menentukan sendiri dimana mereka akan berobat dan ketersediaan obat yang kurang.selain itu, bahwa pola hidup yang kurang sehat seperti obesitas, jarang olahraga, makan tidak teratur dan jarang mengkonsumsi makanan berserat, pola istirahat yang kurang dan kebiasaan merokok dalam sehari-hari.dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi trend penyakit peningkatan jumlah/ kasus penderita DM pada tahun 2012 sampai 2014.Penyakit DM pada tahun 2012 menempati urutan ke 1 di Rumah Sakit Haji, tahun 2013 menempati urutan ke 1, tahun 2014 menempati urutan ke 1 dalam urutan 10 besar penyakit pada penderita rawat jalan. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahuiperilaku pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan pola hidupsehat yang dirawat jalan Di Rumah Sakit Haji Medan.
7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana perilaku pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan Pola Hidup Sehat yang dirawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana perilaku pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan pola hidup sehat yang dirawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristikpasien diabetes mellitus (jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan) terhadap pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan pola hidupsehat yang dirawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan. 2. Untuk mengetahui sumber informasi (petugas kesehatan dan keluarga) pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan pola hidup sehat yang dirawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan. 3. Untuk mengetahui pengetahuan pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan pola hidup sehat yang dirawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan. 4. Untuk mengetahui sikap pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan pola hidup sehat yang dirawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan.
8 5. Untuk mengetahui tindakan pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan pola hidup sehat yang dirawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan mengembangkan wawasan peneliti dalam melakukan suatu penelitian ilmiah. 2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya pasien Diabetes Mellitus dalam melaksanakan pola hidupyang dirawat jalan dalam proses penyembuhan yang lebih optimal. 3. Masukan kepada pengelola rumah sakit dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan penyampaian informasi tentang Diabetes Mellitus.