BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dan tidak menarik. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembelajaran Matematika dari zaman ke zaman merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan unsur- unsur manusiawi

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses interaksi yang. dilakukan antara guru dengan siswa. Pendidikan bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga. formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tumpuan awal dalam proses pendidikan. Melalui Sekolah Dasar. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang memerlukan perhatian dalam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia saat ini sangat gencar menuntut adanya perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang berpusat pada guru beralih berpusat pada siswa, metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori, dan pendekatan yang semula tekstual menjadi kontekstual. Komarudin (dalam Trianto, 2011:2), satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran inovatif dan konstruktif. Pembelajaran inovatif dan konstruktif lebih tepatnya adalah dengan cara menggali dan mengembangkan pengetahuan peserta didik. Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuannya tidak saja menambah ilmu pengetahuan guna mempersiapkan diri memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga berguna bagi kehidupan sehari-hari dan untuk ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa : Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Metematika merupakan pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan pengetahuan lain. Dengan adanya pendidikan matematika ilmu di sekolah dapat mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan lain.

2 Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar (dalam Slameto, 2010:4). Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika yaitu matematika dianggap pelajaran yang sulit oleh siswa. Siswa juga menganggap matematika adalah pelajaran yang terlalu banyak berhitung dan penuh rumus serta membosankan. Hal ini menyebabkan siswa kurang berminat dalam mengikuti pelajaran matematika dan kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu mengungkapkan ide-ide ataupun penyelesaian atas soal yang diberikan guru. Akan tetapi ketakutan-ketakutan yang muncul dari siswa tidak hanya disebabkan siswa itu sendiri, tetapi juga disebabkan oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi yang mampu membawa siswa tertarik terhadap matematika. Oleh karena itu guru harus mencari cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari matematika (dalam Abdurrahman, 2009:39). Maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 5 April 2013 di SMP Negeri 28 Medan dengan memberikan tes, berupa

3 tes uraian yang berbentuk soal cerita di kelas VIII yang berjumlah 40 siswa, diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Tes yang diberikan berbentuk soal cerita yang berhubungan dengan materi sistem persamaan linier dua variabel. Diberikan soal antara lain : Bisma dan Willy pergi membeli buku tulis dan buku gambar ditoko buku. Bisma membeli sebuah buku tulis dan sebuah buku gambar seharga Rp. 8.000,00 sedangkan Willy membeli dua buku tulis dan sebuah buku gambar seharga Rp. 11.000,00. Tentukanlah harga satu buku tulis dan satu buku gambar? Penyelesaian : Langkah-langkah penyelesaian Memisalkan satuan kedalam variabel-vaiabelnya Misalkan : x = 1 buku tulis y = 1 buku gambar Model matematikanya adalah : x + y = 8.000.. (1) 2x + y = 11.000.. (2) Menyelesaikan masalah dengan menggunakan salah satu metode dalam Sistem Persamaan linier dua variabel x + y = 8.000 2x + y = 11.000 - x = 3.000 x = 3.000 Substitusikan nilai x = 3.000 ke salah satu persamaan (1) diperoleh : x + y = 8.000 3.000 + y = 8.000 y = 8.000 3.000 y = 5.000 Jadi, harga 1 buku tulis adalah Rp 3.000 dan 1 buku gambar adalah Rp 5.000 Gambar 1.1 Salah satu jawaban dari siswa

4 Dari tes yang telah berikan dapat dilihat bahwa siswa kesulitan dalam memahami soal cerita dan mengubahnya ke dalam model matematika sehingga siswa hanya menebak jawaban dari soal tersebut. Hasil data menunjukkan bahwa dari 40 siswa ada 17 siswa atau 42,5% yang memperoleh nilai di atas ketuntasan belajar minimal dan 23 siswa atau 57,5% yang tidak tuntas. Ini menunjukkan pengetahuan siswa mengenai materi sistem persamaan linier dua variabel khususnya dalam soal cerita masih rendah. Peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu guru di SMP Negeri 28 Medan yaitu ibu Hairani Siregar, S.Pd. Beliau menyatakan bahwa : Hasil belajar siswa yang sebenarnya belum mencapai standar yang sudah ditetapkan (KKM) yaitu 70. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurangnya minat siswa untuk belajar matematika. Pengetahuan dasar siswa tentang matematika juga sangat kurang. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika terutama dalam menyelesaikan soal cerita. Karena masalah matematika dalam soal cerita lebih banyak bersifat katakata dari pada simbol sehingga sulit mengubah soal tersebut ke dalam model matematika kemudian menyelesaikannya. Tak jarang siswa sering berpikir bahwa matematika ini tidak nyata (abstrak). Model pembelajaran Cooperative Integred Reading Composition (CIRC) dan Student Team Achievement Division (STAD) belum pernah diterapkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi sistem persamaan linear dua. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pada materi sistem persamaan linier dua variabel khususnya dalam soal cerita, kebanyakkan siswa lebih cenderung sulit menganalisis soal yang berbentuk soal cerita. Ini terjadi karena siswa akan merasa binggung ketika membaca soal cerita yang akan diubah kedalam bahasa matematika lalu menyelesaikanya. Untuk menyelesaikan soal cerita tersebut siswa sering kali tidak tahu bagaimana cara membuat model matematikanya. Sehingga, soal tersebut dianggap sulit untuk dikerjakan. Padahal menyelesaikan soal cerita diperlukan langkah-langkah yang tepat agar siswa bisa memahami masalah tersebut, kemudian menyusun model matematikanya, lalu menyelesaikannya dengan pengetahuan dasar mereka sehingga dapat menarik kesimpulan dari penyelesaian tersebut. Hal ini sering terjadi karena pembelajaran yang dilakukan juga masih berpusat pada guru. Maka dari itu, pembelajaran sekarang perlu di sesuaikan dengan metode-metode ataupun model-model

5 pembelajaran yang tepat, agar siswa tidak merasa bosan dan binggung dengan pembelajaran matematika. Menurut Slavin (dalam Istarani, 2012:112) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka. Pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe pembelajaran diantaranya yaitu tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan tipe Student Team Achievement Division (STAD). Dalam model pembelajaran Cooperative learning terdapat suatu model pembelajaran salah satunya model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition). Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Pada model pembelajaran CIRC siswa akan dituntut untuk mencari bahan bacaan yang sesuai dengan bahasan pelajarannya. Bahan bacaan pun boleh dari mana saja, seperti keliping, cerita bergambar, ataupun bacaan-bacaan lainnya. Guru memang belum pernah menerapkan diskusi mengenai hal-hal atau materi selain dari buku pelajaran, seperti keliping dan cerita bergambar. Tetapi jika materi dari buku pelajaran selain buku pegangan siswa, guru sudah pernah melaksanakannya. Salah satu metode yang tepat unutuk diterapkan dalam konsep tersebut adalah Cooperative Integred Reading Composition (CIRC). Karena CIRC Kegiatan pokok dalam CIRC adalah memecahkan soal cerita melalui rangkaian kegiatan kelompok.

6 Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Selanjutnya Slavin (dalam Trianto, 2011:68) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu. Salah satu penyebab rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa dalam bidang studi matematika adalah sulitnya siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Soal cerita merupakan modifikasi dari soal soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Kesulitan belajar siswa tersebut bisa diamati dalam menyelesaikan materi soal cerita pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel merupakan salah satu materi yang biasanya soal yang muncul dalam materi ini adalah berbentuk soal cerita / informasi. Dalam soal cerita SPLDV ini siswa dituntut dapat menerjemahkan soal tersebut kedalam bentuk SPLDV, kemudian siswa dituntut untuk dapat memilih metode yang mudah dalam menyelesaikan SPLDV dan dapat mengembalikan jawaban model ke jawaban yang ditanyakan dalam soal cerita tersebut. Sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita tersebut. Bedasarkan uraian di atas, sering kali siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal-soal matematika dalam bentuk cerita, terlalu banyaknya bacaan dan kurang ringkas/terlalu berbelit-belit mengakibatkan siswa menjadi malas untuk membaca soal cerita tersebut. Hal ini berdampak pada hasil tes belajar mereka, karena malas membaca soal tersebut. Dampak kesulitan ini dapat

7 mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika yang khusunya pada soal-soal dalam bentuk soal cerita. Dengan demikian perlu ditemukan strategi atau metode yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut bahkan dapat meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika dalam bentuk cerita. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Student Team Achievement Division (STAD) Di Kelas VIII SMP Negeri 28 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel masih rendah. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi sistem persamaan linier dua variabel. 3. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru dan belum diterapkannya model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Student Team Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi sistem persamaan linear dua. 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Student Team Achievement Division (STAD) di kelas VIII SMP Negeri 28 Medan Tahun Ajaran 2013/2014.

8 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Student Team Achievement Division (STAD) di kelas VIII SMP Negeri 28 Medan Tahun Ajaran 2013/2014? 1.5. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Student Team Achievement Division (STAD) di kelas VIII SMP Negeri 28 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. 1.6. Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Kepada peneliti, dapat menjadi masukan sebagai calon guru dan menambah wawasan dan keterampilan terutama dalam mengetahui perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Student Team Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar matematika siswa. 2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan desain pembelajaran matematika yang kreatif, menarik, dan menyenangkan. 3. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika dan untuk meningkatkan hasil belajarnya. 4. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat bagi peningkatan kualitas pengajaran serta sebagai pertimbangan atau bahan rujukan untuk mengetahui hasil belajar siswa khususnya dalam pengajaran matematika.