TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledoneae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Tanaman ini berakar serabut dengan system perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004). Tanaman ini memiliki batang sejati atau disebut discus yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepahpelepah daun dan batang semua yang berbeda di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Rahayu dan Berlian, 1999). Daun pada bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak (Rukmana, 2005). Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun
melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Wibowo, 2007). Tanaman bawang merah memiliki 2 fase tumbuh, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Tanaman bawang merah mulai memasuki Fase vegetatif setelah berumur 11-35 hari setelah tanam (HST), dan fase generatif terjadi pada saat tanaman berumur 36 hari setelah tanam (HST). Pada fase generatif, ada yang disebut fase pembentukan umbi ( 36 50 hst ) dan fase pematangan umbi ( 51-65 hst ) (Gunawan, 2010). Syarat Tumbuh Iklim Tanaman bawang merah lebih senang tumbuh di daerah beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32 0 C, dan kelembaban nisbi 50-70% (Aak, 2004). Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketingian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut. (Wibowo, 2007).
Tanah Tanaman ini memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drinase / aerase baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (ph tanah : 5,6-6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah dan menyukai jenis tanah lempung berpasir. Di Indonesia 70 % penanaman dilakukan pada dataran rendah di bawah 450 meter. Bawang merah membutuhkan banyak air tetapi kondisi yang basah menyebabkan penyakit busuk. Tanah yang cukup lembab dan air tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1986). Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan sisa tandan buah segar (TBS) yang telah dirontokan buahnya setelah dipanen dalam proses pengolahan dipabrik kelapa sawit. Banyaknya tandan kosong adalah 27% dari produksi tandan buah segar (Panjaitan, Sugiono, dan Sirait, 1983) dan bila dibakar akan diperoleh abunya sebanyak 1.65% dari berat tandan kosong (Chan, Suawandi, dan Tobing, 1982). Selain itu Hermawan, et al., (1999) menyatakan bahwa TKKS mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan berpotensi untuk dijadikan sebagai pupuk organik. Hasil analisis kimianya adalah : 34% C, 0,8% P 2 O 5, 5,0% K 2 O, 1,7% CaO, 4,0% MgO dan 275 ppm Mn serta
dengan nilai C/N rasio yang tinggi yaitu 43, sehingga sulit di dekomposisi oleh mikroba. Nuryanto (2000) menambahkan bahwa TKKS mengandung selulosa 45, 95%, hemiselulosa 22,84% dan lignin 22,60 %. Tingginya kandungan lignin dan selulosa dalam TKKS menyebabkan bahan tersebut sulit mengalami proses dekompsisi (Kasli, 2008). Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat lignoselulosa yang dihasilkan oleh industri perkebunan kelapa sawit dan memiliki tingkat ketersediaan yang berlimpah setiap tahunnya, Upaya yang dilakukan untuk pengelolaan limbah adalah mengurangi daya cemar dan memanfaatkan limbah agar mendapatkan nilai tambah dari limbah tersebut.(http://library.usu.ac.id, 2010). Fungsi TKKS antara lain adalah konservasi air, perbaikan truktur tanah, dan penyediaan beberapa unsur hara. Dalam hal konservasi air, pupuk organik turut menjamin agar air tetap tersedia bagi tanaman dan tidak segera turun ke lapisan bawah tanah. Ketersediaan air tersebut juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air. Air tersebut juga berfungsi melarutkan unsur-unsur hara yang pada mulanya tidak tersedia bagi tanaman. Proses pelarutan ini sangat penting karena unsur-unsur hara hanya dapat tersedia bagi tanaman dalam bentuk larutan. Selain itu, bahan-bahan organik juga memperkecil laju pencucian (leaching), yaitu pelenyapan unsur-unsur hara yang telah terlarutkan karena terbawa turun bersama kelebihan air. Perbaikan struktur tanah di sini mengandung arti mencegah terjadinya kompaksi (pemadatan) tanah, sehingga pori-pori tanah tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Fungsi pori-pori tanah adalah menjamin tersedianya oksigen bagi akar untuk pernafasan, memungkinkan penetrasi akar
dalam tanah, dan memberi peluang bagi terjadinya penguapan air dari dalam tanah (evaporasi) (Mangoensoekarja dan Semangun, 2008). Pupuk KCl Fungsi utama kalium ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tidak bisa dilupakan pun bahwa kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga dan Marsono, 2004). Secara fisiologi K mempunyai fungsi mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan cairan sel. Unsur K berperan dalam mengatur membuka dan menutupnya stomata tanaman, sehingga mempengaruhi transpirasi. Bila kandungan unsur K tinggi, maka sel stomata menutup (Novizan, 2002). Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K +. di dalam tanah, ion tersebut bersifat dinamis. Tak mengherankan jika mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan ph rendah. Dari ketiga unsur makro yang diserap tanaman (N, P, K), jumlah kalium lah yang paling melimpah di permukaan bumi (Novizan, 2002). Kalium bukan merupakan komponen dari bahan organik yang membentuk tanaman. Ia khusus terdapat dalam cairan sel dalam bentuk ion-ion K +. Namun kalium ini mempunyai fungsi yang mutlak harus ada dalam metabolisme tanaman. Kalium mempunyai pengaruh positif terhadap hasil dan kualitas tanaman.
Kebutuhan tanaman akan unsur ini sangat tinggi, apabila kalium tersedia dalam jumlah terbatas maka gejala kekurangan unsur hara akan segera nampak pada tanaman. Kalium merupakan unsur mobil dalam tanaman dan segera akan ditranslokasikan ke jaringan merismatik, bila mana jumlahnya terbatas bagi tanaman (Nyakpa, dkk, 1988). Tingkat kalium yang cukup pada tanaman sangat diperlukan untuk memaksimalkan penggunaan air tersedia melalui mekanisme penutupan stomata pada saat yang tepat dan juga mengurangi transportasi untuk menekan cekaman air (Mas ud, 1992). Dalam pemupukan KCl, perlu diperhatikan jumlah kalium yang tersedia di dalam tanah (hasil analisis tanah). Pada tanah ber-ph rendah ketersediaan kaliumnya sangat rendah. Ketersedian kalium biasanya baik pada tanah netral maupun tanah basa (Gardner, Pearce dan Mitchel, 1991).