Titik Siti Nindyakaryawati, 2 Jamaluddin Sakung, 3 Hamidah

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar negara-negara di dunia yaitu masalah kependudukan. Laju

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI RUMAH BERSALIN RACHMI PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

ABSTRAK GAMBARAN AKSEPTOR KB DI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2015

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)DI KELURAHAN CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. VOLUME 5 Nomor 03 November 2014 Artikel Penelitian

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

Siti Amallia 1, Rahmalia Afriyani 2, Yuni Permata Sari 3 1,2,3 STIK Siti Khadijah Palembang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan tahun 2010

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNDATA BAJI

Pengaruh Keinginan Pasangan Usia Subur (Pus) dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PEMILIHAN NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (N-MKJP) DI KELURAHAN TANAMODINDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAWATUNA CORRELATION OF KNOWLEDGE AND INCOME LEVEL BY SELECTING NON LONG TERM CONTRACEPTIONAL METHOD (N-MKJP) AT KELURAHAN TANAMODINDI OPERATIONAL COUNTY OF PUSKESMAS KAWATUNA 1 Titik Siti Nindyakaryawati, 2 Jamaluddin Sakung, 3 Hamidah 1,3 Bagian Biostatistik Kependudukan dan KB, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu (Email: titiksitinindya@gmail.com) (Email: hamidah.mida82@yahoo.com) 2 Bagian Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu (Email: jamal.utd@yahoo.com) Alamat Korespondensi: Titik Siti Nindyakaryawati Ilmu Kesehatan Masyarakat Email : titiksitinindya@gmail.com HP : +62 852-5678-4788 Alamat : JL. Gunung Bulili ABSTRAK Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan di atas usia 35 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan tingkat pendapatan dengan pemilhan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) di kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang dalam pelaksanaannya baik variabel bebas (independent) maupun variabel terikat (dependent) dilakukan secara bersamaan dalam waktu yang sama. Berdasarkan hasil uji chi-square yang dilakukan menunjukkan bahwa pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) memiliki hubungan dengan pengetahuan dengan nilai p value = 0,028 dan tingkat pendapatan memiliki hubungan dengan pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) dengan nilai p value = 0,008. Penelitian ini disarankan bagi pihak Puskesmas Kawatuna agar meningkatkan sosialisasi melalui penyuluhan mengenai pemilihan alat kontrasepsi dalam melakukan upaya peningkatan akseptor Keluarga Berencana (KB). Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat pendapatan, pemilihan non MKJP 656

ABSTRACT Family planning program is one pf strategies to reduce death of mother especially mother who has 4T conditions; very young to bear (less than 20 years old), very often to bear, very closed distance of period to bear, and very old to bear over 35 years old. This research objective is to find out correlation of knowledge with income level by selecting Non-long term contraceptional method (N-MKJP) at Kelurahan Tanamodindi operational country of Puskesmas Kawatuna. This research used analytical survey method which applied cross sectional approach. In the application of this approach both independent and dependent variables are carried out at the same time. Based on the chi-square test, the research results indicated that selecting Non-long term contraceptional method has correlation with knowledge at p value=0,028, and income level has correlation with selecting Non-long term contraception method at p value=0,008. Kawatuna Puskesmas is expected to increase socialization through illumination concerning with selecting contraception media in carrying out effort to increase family planning acceptors. Keywords : Knowledge, income level, non MKJP selection PENDAHULUAN Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, setiap tahun lebih dari 600.000 wanita di dunia meninggal akibat komplikasi kehamilan saat melahirkan. 99% kematian itu terjadi di Negara berkembang. Dalam jangka waktu yang sama, tak kurang dari 50 juta aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan (WHO, 2015). Indonesia merupakan peringkat ke empat di dunia yang memiliki jumlah penduduk terbesar setelah China, India dan Amerika Serikat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia, yaitu 237 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk akan meningkat setiap tahunnya. Estimasi jumlah penduduk tahun 2013, yaitu sebanyak 249 juta jiwa, tahun 2014 sebanyak 250 juta jiwa dan tahun 2015 sebanyak 252 juta jiwa. Oleh karena itu BKKBN berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi itu dengan mengajak semua pihak untuk bekerja keras dalam melakukan beberapa upaya untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk dengan metode keluarga berencana atau kontrasepsi (Indah B, dkk 2017). Alat kontrasepsi Keluarga Berencana sudah menjadi kebutuhan, karena program Keluarga Berencana sudah diterima di kalangan masyarakat luas. Di negara maju keluarga berencana bukan merupakan program atau gagasan tetapi telah merupakan falsafah hidup di masyarakat, sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia merupakan suatu hal yang pelaksanaannya harus terus ditingkatkan (Manuaba, dkk 2010). 657

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Veronika (2010), dengan judul Hubungan Pengetahuan, Pendapatan dan konseling KB dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi suntik secara rasional pada akseptor KB di Puskesmas Kampung Baqa Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda Tahun 2010 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pendapatan dan konseling KB dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik secara rasional. Fakta menunjukkan pemilihan kontrasepsi sudah cukup bervariasi. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2016 Pasangan Usia Subur berjumlah 8.500.247 yang merupakan peserta KB baru dengan rincian pengguna kontrasepsi suntik 4.126.115 peserta (48,56%), pil 2.261.480 peserta (26,60%), implant 784.215 peserta (9,23%), alat kontrasepsi dalam rahim 658.632 peserta (7,75%), kondom 517.638 peserta (6,09%), MOW 128.793 peserta (1,32%), MOP 21.374 peserta (0,23%), dari data diatas dapat kita lihat metode kontasepsi suntik adalah metode yang terbanyak yang digunakan (Kemenkes RI, 2016). Data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tengah pada tahun 2016 menunjukan total penggunaan alat kontrasepsi sebanyak 68.093 peserta dengan persentase sebesar 65,4%. Penggunaan tertinggi yaitu alat kontrasepsi suntik 29.265 peserta, pil 21.294 peserta, implant 8.713 peserta, IUD 4.952 peserta, kondom 2.032 peserta, MOW 1.765 peserta dan MOP 72 peserta (BKKBN Sulawesi Tengah, 2016). Demikian juga variasi dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kota Palu pada tahun 2016 menunjukkan pemakaian alat kontrasepsi suntik 5.092 peserta, pil 3.056 peserta, IUD 1.782 peserta, implant 854 peserta, MOW 774 peserta, kondom 356 peserta dan MOP 53 peserta (BKKBN Kota Palu, 2016). Untuk pengguna Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di wilayah kerja Puskesmas Kota Palu tahun 2016 yang tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Sangurara yang berjumlah 3.820 peserta dan yang paling rendah Puskesmas Kawatuna berjumlah 928 peserta (Dinkes Kota Palu, 2016) Berdasarkan data dari Puskesmas Kawatuna khususnya di kelurahan Tanamodindi terjadi penurunan pengguna Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP), dimana pada tahun 2016 pengguna Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) 680 peserta sedangkan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 245 peserta dengan persentase 6,4 % dari capaian yaitu 65%. Dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 2.420. Hal tersebut yang melatarbelakangi 658

penulis untuk meneliti Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Pendapatan dengan Pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Pendapatan dengan Pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna. BAHAN DAN METODE Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna Kota Palu. Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada tahun 2018. Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 245 akseptor KB dengan sampel sebanyak 71 akseptor KB yang dihitung berdasarkan rumus Slovin. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Random Sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan secara acak. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan analisis yang digunakan terhadap data yang berjudul angka-angka dan cara pembahasannya dengan statistik. Analisis data yang digunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 5%. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna pada tabel 1 (lampiran) menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok umur terbanyak terdapat pada kelompok umur > 30 tahun dengan jumlah 45 responden (63,4%). Sedangkan kelompok umur yang terendah terdapat pada kelompok umur < 20 tahun dengan jumlah 0 responden (0%). Adapun kelompok umur 26-30 tahun yaitu berjumlah 81 responden (25,4%) dan kelompok umur 20-25 tahun yaitu berjumlah 8 responden (11,3%). Pada tabel 2 (lampiran) menunjukkan distribusi responden berdasarkan jumlah anak terbanyak terdapat pada kelompok jumlah anak 1 2 anak dengan jumlah 51 responden (71,8%). Sedangkan jumlah anak yang terendah terdapat pada kelompok jumlah anak> 4 anak dengan jumlah 1 responden (1,4%). Adapun kelompok jumlah anak3-4anak yaitu berjumlah 19 responden (26,8%). 659

Pada tabel 3 (lampiran) menunjukkan distribusi responden berdasarkan pendidikan terbanyak terdapat pada pendidikan SMA dengan jumlah 43 responden (60,6%). Sedangkan pendidikan yang terendah terdapat pada pendidikan Sarjana dengan jumlah 1 responden (1,4%). Pada tabel 4 (lampiran) menunjukkan distribusi responden berdasarkan pekerjaan terbanyak terdapat pada pekerjaan Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 65 responden (91,5%). Sedangkan pekerjaan yang terendah terdapat pada pekerjaan Pedagang dengan jumlah 6 responden (8,5%). Berdasarkan tabel 5 (lampiran) menunjukkan bahwa responden yang tidak memilih Non MKJPsebanyak 8 responden (11,3%). Sedangkan yang memilih Non MKJPyaitu sebanyak 63 responden (88,7%). Berdasarkan tabel 6 (lampiran) menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 36 responden (50,7%). Sedangkan yang memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 35 responden (49,3%). Berdasarkan data pada tabel 7 (lampiran) diatas, dapat di interpertasikan bahwa dari 71 responden, sebanyak 27 responden (38,0%) memiliki tingkat pendapatanyang rendah. Sedangkan 44 responden (60,2%) memiliki tingkat pendapatan yang tinggi. Hasil analisis pada tabel 8 (lampiran) menunjukkan bahwa dari 8 responden yang memiliki pengetahuan rendah dan tidak memilih Non MKJP sebesar 1 responden (2,8%) dan 35 responden (97,2%) yang memilih Non MKJP. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak memilih Non MKJP yaitu 7 responden (20%) dan 28 responden (80%). Hasil uji statistik Chi-Square Test dengan menunjukkan nilai p=0,028<0,05 yang berarti ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna. Hasil analisis pada tabel 9 (lampiran) menunjukkan bahwa dari 8 responden yang tingkat pendapatan < Rp 2.056.750 sebanyak 7 (23,3%) responden yang tidak memilih Non MKJP dan sebanyak 23 (76,7%) responden yang memilih Non MKJP. Untuk tingkat pendapatan Rp 2.056.750 responden yang tidak memilih Non MKJP yaitu 1 responden (2,4%) responden dan yang memilih Non MKJP sebanyak 40 responden (97,6%). Hasil uji statistic Chi-Square Test dengan menunjukkan nilai p=0,008<0,05 yang berarti ada hubungan tingkat pendapatan dengan pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangkan Panjang (N-MKJP) di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna. 660

PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna menunjukkan bahwa dari 8 responden yang memiliki pengetahuan rendah dan tidak memilih Non MKJP sebesar 1 responden (2,8%) dan 35 responden (97,2%) yang memilih Non MKJP. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak memilih Non MKJP yaitu 7 responden (20%) dan 28 responden (80%). Berdasarkan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p= 0,028 (p= <0,05) yang berarti H 0 ditolak atau H 1 diterima yang menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan non metode kontrasepsi jangka panjang. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Veronika (2010), dengan judul Hubungan Pengetahuan, Pendapatan dan konseling KB dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi suntik secara rasional pada akseptor KB di Puskesmas Kampung Baqa Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda Tahun 2010 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pendapatan dan konseling KB dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik secara rasional. Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna menunjukkan bahwa dari 8 responden yang tingkat pendapatan < Rp 2.056.750 sebanyak 7 (23,3%) responden yang tidak memilih Non MKJP dan sebanyak 23 (76,7%) responden yang memilih Non MKJP. Untuk tingkat pendapatan Rp 2.056.750 responden yang tidak memilih Non MKJP yaitu 1 responden (2,4%) responden dan yang memilih Non MKJP sebanyak 40 responden (97,6%). Berdasarkan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p=0,008 (p= <0,05) yang berarti H 0 ditolak atau H 1 diterima yang menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pendapatan dengan pemilihan non metode kontrasepsi jangka panjang. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Veronika (2010), dengan judul Hubungan Pengetahuan, Pendapatan dan konseling KB dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi suntik secara rasional pada akseptor KB di Puskesmas Kampung Baqa Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda Tahun 2010 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pendapatan dan konseling KB dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik secara rasional. 661

KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna dengan nilai p= 0,028 (p< 0,05) artinya Ho ditolak menunjukkan bahwa dua variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan. Ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) di Kelurahan Tanamodindi Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna dengan nilai p = 0,008 (p< 0,05) artinya Ho ditolak menunjukkan bahwa dua variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan. Hasil penelitian diharapkan sebagai bahan referensi dan masukkan bagi praktisi kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan mengenai pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan dalam melakukan upaya peningkatan akseptor Keluarga Berencana (KB). DAFTAR PUSTAKA BKKBN. 2016. Profil BKKBN. Palu: BKKBN Propinsi Sulawesi Tengah BKKBN Kota Palu. 2016. Profil BKKBN Kota Palu. Kota Palu: BKKBN Kota Palu Dinas Kesehatan Kota Palu. 2016. Profil Kesehatan Kota Palu 2016. Palu Indah Budiarti, dkk. 2017. Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Pada Akseptor KB. Jurnal Kesehatan Vol 8 No. 2. Kementrian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta Manuaba, Chandranita dan Fajar. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit, Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC World Health Organization. 2015. Data Kematian Wanita di Dunia. 662

LAMPIRAN Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Kelurahan Tanamodindi No Umur Frekuensi (f) Presentasi (%) 1 < 20 Tahun 0 0 2 20-25 Tahun 8 11,3 3 26-30 Tahun 18 25,4 4 Tahun 45 63,4 Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Di Kelurahan Tanamodindi No Jumlah Anak Frekuensi (f) Presentasi (%) 1 1-2 Anak 51 71,8 2 3 4 Anak 19 26,8 3 4 Anak 1 1,4 Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kelurahan Tanamodindi No Pendidikan Frekuensi (f) Presentasi (%) 1 SD 4 5,6 2 SMP 20 28,2 3 SMA 43 60,6 4 Diploma 3 4,2 5 Sarjana 1 1,4 Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Kelurahan Tanamodindi No Pekerjaan Frekuensi (f) Presentasi (%) 1 Ibu Rumah Tangga 65 91,5 2 Pedagang 6 8,5 663

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Responden tentang Pemilihan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Tanamodindi No Pemilihan Kontrasepsi Frekuensi (f) Presentasi (%) 1 Tidak memilih Non MKJP 8 11,3 2 Memilih Non MKJP 63 88,7 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Responden tentang Pengetahuan di Kelurahan Tanamodindi No Pengetahuan Frekuensi (f) Presentasi (%) 1 Rendah 36 50,7 2 Tinggi 35 49,3 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Responden tentang Tingkat Pendapatan di Kelurahan Tanamodindi No Tingkat Pendapatan Frekuensi (f) Presentasi (%) 1 < Rp 2.056.750 27 38,0 2 > Rp 2.056.750 44 62,0 Tabel 8 Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) di Kelurahan Tanamodindi Pengetahuan Pemilihan Alat Kontrasepsi Total P MKJP Non MKJP Value f % f % f % Rendah 1 2,8 35 97,2 36 100 Tinggi 7 20 28 80 35 100 0,028 Total 8 11,3 63 88,7 71 100 Tabel 9 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pemilihan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (N-MKJP) di Kelurahan Tanamodindi Pemilihan Alat Kontrasepsi Tingkat Total P MKJP Non MKJP Pendapatan Value f % f % f % < Rp 2.056.750 7 23,3 23 76,7 30 100 Rp 2.056.750 1 2,4 40 97,6 41 100 0,008 Total 8 11,3 63 88,7 71 100 664