BAB I PENDAHULUAN. Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Agama, kerena semakin tinggi kualitas suatu bangsa, semakin tinggi

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Rukun Islam adalah pokok-pokok utama ajaran islam. Kita semua sebagai

BAB I PENDAHULUAN. maknanya, merupakan tujuan pengajaran. Adapun literasi mencakup berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. berkemampuan, memiliki pengatahuan dan keterampilan untuk memecahkan. masalah-masalah kehidupan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi kehidupan manusia. diwajibkan untuk mempelajari mendalami serta mengamalkannya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan ibadah shalat yang dilakukan dengan benar-benar akan membentuk. manusia yang beriman dan bertaqwa serta berbudi luhur.

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam surah al-alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. persoalan pendidikan bangsa pada saat ini adalah mengenai kompetensi mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. disisi Tuhan-Nya, dan untuk berpacu menjadi hamba-nya yang menang di

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHLUAN. A. Latar Belakang Masalah. Shalat adalah salah satu rukun Islam yang kedua. Shalat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan untuk tetap survive dalam meniti masa depan dan cita-cita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki

PERAN BAITUL ARQOM DALAM MENANAMKAN FONDASI KARAKTER ISLAM (STUDI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Penerima proses adalah anak atau siswa yang sedang tumbuh dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. samawi lain yang datang sebelumnya. Allah Swt. mewahyukan al-quran kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik. kedewasaan dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren), (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19. hlm. 359.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan anak didik dalam praktek ibadah sangat di tuntut,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini, ini terlihat dari bab thaharah (bersuci) yang selalu diletakkan di awal

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN SISWA KELAS VIII ANTARA YANG BERASAL DARI MI DAN YANG BERASAL DARI SD DI MTs YAKTI TEGALREJO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menjelaskannya kepada orang lain, sesuai dengan kualitas dan kuantitas ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat jibril. Islam itu

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. diturunkannya ayat pertama kepada Nabi Muhammad saw yang berisi perintah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selanjutnya mampu membekali

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. dari ajaran agama Islam, diwahyukan Allah melalui malaikat Jibril kepada nabi

Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2010), Cet. II, hlm Ibadah..., hlm Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahib Sayyed Hawwas, Fiqih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Agama Islam mewajbkan kepada semua penganutnya agar rajin

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sejahtera lahir dan batin. Semua itu diperoleh dengan menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pondasi utama yang dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbudaya dengan ilmu yang dimiliki. Kemampuan mengembangkan diri ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 41 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Dari rumusan tersebut dapat diketahui secara jelas bahwa pendidikan agama adalah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan agama yang di dalamnya terdapat pendidikan agama Islam di semua jalur dan jenjang pendidikan menjadi penentu terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional di Indonesia. Karena salah satu fungsi pendidikan agama adalah untuk mewujudkan manusia yang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Usaha mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa tidak dapat dilakukan kecuali melalui pendidikan agama. Pendidikan agama wajib diberikan di semua jalur dan jenjang pendidikan. Salah satu jalur dan jenjang pendidikan tersebut adalah jenjang pendidikan madrasah ibtidaiyah, dalam hal ini terdiri dari satuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. 1

2 Dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtidaiyah yang sering disebut dengan kurikulum 1994, dinyatakan tentang tujuan pendidikan agama Islam adalah memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Ada empat kemampuan dasar bagi siswa lulusan madrasah ibtidaiyah yaitu dengan dilandasi iman yang benar: 1. Siswa mampu beribadah dengan baik dan tertib. 2. Siswa mampu membaca Al-Qur an dengan benar. 3. Siswa membiasakan berkepribadian muslim (berakhlak mulia). 4. Siswa memahami sirah Nabi Muhammad SAW secara singkat. Salah satu dari empat kemampuan dasar tersebut di atas adalah kemampuan dalam hal beribadah, yaitu siswa mampu beribadah dengan baik dan tertib. Untuk mengukur keberhasilan siswa maka ditetapkan beberapa indikator yang merupakan petunjuk tentang hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Di antara indikator-indikator kemampuan dasar dalam hal beribadah tersebut adalah siswa gairah beribadah. Indikator kegairahan beribadah dijabarkan ke dalam indikator-indikator kecil lagi. Di antara indikator kecil tentang kemampuan dasar dalam hal beribadah adalah diharapkan agar siswa setelah mempelajari tata cara, bacaan, wajib, syarat, dan

3 rukun salat, mampu melaksanakan salat dengan benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari dalam keadaan bagaimanapun juga. Untuk itu selaku guru fiqih dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru di madrasah dalam kegiatan belajar-mengajar tidak hanya menyampaikan pengetahuan agama Islam kepada siswa tetapi lebih dari itu selaku guru fiqih disamping membimbing tentang teknis pelaksanaan ibadah salat juga harus dapat memberikan motivasi kepada para siswa serta berupaya dengan segenap cara agar pengetahuan dan pengalaman yang telah diperolah siswa di sekolah senantiasa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Fiqih di madrasah ibtidaiyah lebih ditekankan kepada pengamalan dan pembiasaan kegiatan keagamaan yang didukung oleh pengetahuan dan pengertian sederhana tentang ajaran agama yang bersangkutan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengamalan ajaran agama dalam pendidikan agama Islam adalah merupakan sesuatu yang amat penting, karena siswa tidak hanya dituntut untuk hanya sekedar mengetahui, menghafal dan menguasai meteri pelajaran, tetapi siswa dituntut terbiasa untuk mengamalkan ajaran agama Islam termasuk dalam pengamalan ibadah salat. Shalat hukumnya fardhu bagi setiap orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan kita untuk

4 mendirikan shalat, sebagai-mana disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur'anul Karim. Di antaranya adalah firman Allah Ta'ala dalam surat An Nisa ayat 103: Dan firman Allah Ta ala dalam surat Al Baqarah ayat 238: Dalam hadits Nabi Muhammad SAW dinyatakan bahwa anak mulai diperintahkan sholat sejak berumur tujuh tahun dan orang tua disuruh memukulnya jika anak meninggalkan sholat ketika ia sudah berumur sepuluh tahun. ق ل ر س و ل هللا ص ل ى هللا ل ل ه س س ل م ر و س ا ا س ك م ا ص ا ا ا ا ا ل و و ا س ع ه ص س اض و ا و ه ل ل ه ه ص ا ا ا ا ل و و ا ل ش و ا س ف و ق و ا ا ه ن ه ف ي ا م ض صج ع )رساه احمد س ااو كاسك سا حصم ) Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa masalah ibadah sholat harus mendapat perhatian semua orang tua. Guru fiqih sebagai orang tua kedua di sekolah mempunyai tanggung jawab untuk membimbing para siswa dalam masalah ibadah

5 salat terlebih masih ada sebagian orang tua yang hanya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak madrasah. Apabila hadits tersebut ditinjau dari sudut pendidikan menunjukkan bahwa proses mendidik dan melatih salat berlangsung selama tiga tahun yaitu sejak anak berumur tujuh tahun hingga anak berumur sepuluh tahun. Tanggung jawab mendidik salat adalah menjadi tanggung jawab orang tua, namun karena ada anggapan bahwa ketika anak sudah di masukkan ke lembaga sekolah, maka ada sebagian orang tua yang menyerahkan sepenuhnya kepada madrasah dalam hal pendidikan anakanaknya. Sehingga jika dianalisis bahwa kewajiban mendidik anak agar mampu mengamalkan ibadah salat dengan baik dan tertib menjadi tanggung jawab bersama antara pihak sekolah dan orang tua di rumah. Pembelajaran ibadah salat di madrasah ibtidaiyah diberikan kepada para siswa mulai kelas dua dan selanjutnya diberikan di kelas tiga. Upaya pembelajaran ibadah salat yang dilakukan di madrasah disamping dilakukan pada jam intra kurikuler, juga dilakukan dengan kegiatan ekstra kurikuler dengan mengadakan kegiatan jama ah salat zuhur maupun kegiatan kegiatan ko-kurikuler. Upaya pembelajaran tersebut adalah dalam rangka memberikan pembiasaan kepada para siswa agar terbiasa untuk mengamalkan ibadah salat dalam kehidupan sehari-hari. Namun usaha dari guru fiqih di madrasah dan pembelajaran ibadah salat tidak banyak berarti bagi siswa jika di

6 lingkungan rumah tangga orang tua tidak berpartisipasi dengan memberikan keteladanan dan perhatian kepada anak-anaknya dalam hal pengamalan ibadah salat. Belajar sering dianggap sama dengan menghafal. Kalau orang tua menyuruh anaknya belajar, maka pada dasarnya ia menyuruh anaknya menghafal, yaitu menghafal berbagai materi pelajaran yang akan diujikan. Dalam konteks ini belajar adalah mengingat sejumlah fakta atau konsep. Untuk apa fakta dan konsep itu diingat? Tidak pernah dipahami siswa. Siswa hampir tidak pernah melihat hubungan antara materi pelajaran yang dihafalkannya dengan manfaat atau kebutuhannya. Kadang-kadang materi pelajaran yang telah diingatnya akan segera dilupakan manakala proses ujian telah berakhir. 1 Proses belajar-mengajar akan berjalan dengan baik kalau metode yang digunakan betul-betul tepat, karena antara pendidikan dengan metode saling berkaitan. Menurut Zakiah Darajat, pendidikan adalah usaha atau tindakan untuk membentuk manusia. 2 Disini guru sangat berperan dalam membimbing anak didik ke arah terbentuknya pribadi yang diinginkan. Sedangkan metode adalah suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran, agar siswa dapat mengetahui, memahami, 1 Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Kencana 2006), hal. 87-88. 2 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hal. 86

7 mempergunakan dan menguasai bahan pelajaran. 3 Dan menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah tentang pengertian metode ialah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses interaksi belajar mengajar, metode diperlukan seorang guru bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli pendidikan. 4 Selain itu juga dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik. Kedua kegiatan ini saling mempengaruhi dan dapat menentukan hasil belajar. Disini kemampuan guru dalam menyampaikan atau mentransformasikan bidang studi dengan baik, merupakan syarat mutlak yang tidak dapat ditawar lagi karena hal ini dapat mempengaruhi proses mengajar dan hasil belajar siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan baik agar siswa lebih mudah memahami pelajaran, seorang guru selain harus menguasai materi, dia juga dituntut untuk dapat terampil dalam memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk situasi dan kondisi yang dihadapinya. Seorang guru sangat dituntut untuk dapat 3 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hal. 1 4 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hal. 71.

8 memiliki pengertian secara secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kebaikan metode maupun mengenai kelemahan-kelemahannya. Ada beberapa metode yang dikenal dalam pengajaran, misalnya yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode eksperimen, metode tanya-jawab, dan sebagainya. Dengan memilih metode yang tepat, seorang guru selain dapat menentukan output atau hasil lulusan dari lembaga pendidikan, juga merupakan landasan keberhasilan lembaga pendidikan, dan juga menjadi pengalaman yang disenangi bagi anak didik. Oleh karena itu, untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan kreatif dalam mata pelajaran Fiqih, guru dapat memilih metode demonstrasi, karena dalam pelajaran ini banyak materi yang dapat diterapkan atau dipraktekkan, seperti cara sholat, tayammum, dan lain-lain. Metode demonstrasi adalah cara belajar dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu di hadapan murid, yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Menurut Aminuddin Rasyad, dengan menggunakan metode demonstrasi, guru telah memfungsikan seluruh alat indera murid, 5 karena proses belajar-mengajar dan pembelajaran yang efektif adalah bilaguru mampu memfungsikan seluruh panca indera murid. 2002). Hal. 8 5 Aminuddin Rasyad, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama. (Jakarta : Bumu Aksara,

9 Berdasarkan uraian di atas, penelitian tindakan kelas ini diharapkan mempu meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode dalam proses pembelajaran, dengan ini penulis merumuskan judul UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH MATERI SHALAT MELALUI PENERAPAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS II MIN RANGAS DALAM SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012. B. Perumusan Masalah Memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan menggunakan metode Demontrasi dapat meningkatkan prestasi belajar Fiqih materi shalat siswa kelas II MIN Rangas Dalam semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012? C. Rencana Pemecahan Randahnya kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran fiqih mengakibatkan rendah pula prestasi belajar siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Rangas Dalam semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 dan ini dapat diatasi dengan menggunakan metode demontrasi. Dengan metode ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar serta pembelajaran lebih bermakna, sehingga siswa senang dan puas dalam belajar fiqih.

10 D. Hepotesis Tindakan Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 6 Jika pembelajaran didalam kelas menggunakan metode demontrasi, maka siswa akan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan aktif menyelesaikan tugas-tugas. Dengan diterapkan metode demontrasi dapat meningkatkan prestasi siswa kelas II pada mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Rangas Dalam semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mendiskripsikan hasil pencapaian prestasi belajar fiqih materi shalat melalui metode mengajar demontrasi. 2. Manfaat Penelitian Kegiatan perbaikan pembelajaran ini sangat bermanfaat baik bagi guru maupun bagi murid. 6 Arikunto, Suharsimi,. Manajemen Penelitian. P2LPTK. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989) hal. 62

11 Manfaat bagi guru: a. Mempercepat proses penguasaan materi pelajaran. b. Penguasaan materi pelajaran lebih mantap. c. Siswa yang lambat dalam menguasai materi pelajaran akhirnya bisa mencapai target ketuntasan karena waktu yang diberikan cukup sesuai kemampuannya. Manfaat bagi guru a. Memperbaiki cara mengajar/kinerja guru meningkat. b. Memahami kelebihan dan kekurangan diri. c. Guru memahami karakter anak sehingga bisa memilih metode dari teknik mengajar yang sesuai.