1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pendidikan di Indonesia menggunakan dua kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) dan Kurikulum 13. Materi pembelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP terdiri atas dua jenis keterampilan yaitu keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra. Seperti yang dikatakan oleh Tarigan (2008: 1) bahwa keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga ketrampilan lainnya dengan cara yang beragam. Dalam KTSP 2006 Bahasa Indonesia sejajar dengan mata pelajaran dan pembelajaran dilakukan secara terpisah sedangkan pada kurikulum 2013 bersifat tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema mata pelajaran. Dalam kurikulum KTSP 2006 bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran menitikberatkan pada empat keterampilan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis dengan materi yang beragam dalam tiap keterampilan berbahasanya, adapun dalam kurikulum 2013 lebih berbasis jenis teks yang nantinya akan dijabarkan dalam empat kompentensi keterampilan berbahasa tersebut. 1
2 Mata pelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP 2006 dirancang berdiri sendiri, memiliki kompetensi dasar sendiri, dan mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan dengan pendekatan berbeda. Tiap jenis konten pembelajaran pun diajarkan terpisah. Sedangkan pada kurikulum 2013, mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat Kompetensi Inti tiap kelas. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan).pada KTSP 2006 setiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda sedangkan pada kurikulum 2013 semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik) contohnya melalui mengamati, menanya, mencoba, menelaah, mengkomunikasikan dan lain-lain. Sesuai dengan KTSP, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra bangsa Indonesia. Menulis merupakan salah satu dari aspek berbahasa yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Meskipun demikian, bukan berarti keterampilan menulis merupakan keterampilan yang tidak penting. Dalam KBBI (2010: 1497), menulisdimaknai sebagai melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan ide atau gagasan penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud penulis dapat diketahui banyak orang. Kemampuan seseorang dalam menuangkan
3 idenya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda, dan dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya. Menulis seperti halnya kegiatan berbahasa lainnya, merupakan keterampilan. Setiap keterampilan hanya akan diperoleh melalui berlatih. Berlatih secara sistematis, terus menerus, dan penuh disiplin merupakan resep yang selalu disarankan oleh praktisi untuk dapat atau terampil menulis. Tentu saja bekal untuk berlatih bukan hanya sekedar kemauan, melainkan juga ada bekal lain yang perlu dimiliki. Bekal lain itu adalah pengetahuan, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus ditempuh dalam kegiatan menulis. Jadi, ada dua hal yang diperlukan untuk mencapai keterampilan menulis yakni pengetahuan tentang tulis-menulis dan berlatih untuk menulis karena menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Salah satu Kompetensi Dasar dalam Standar Kompetensi menulis yang harus diajarkan kepada siswa kelas VIII SMP/MTs adalah menulis teks berita. Dengan Kompetensi Dasar tersebut diharapkan siswa mampu menyusun pokok-pokok berita dan mampu merangkai data pokok-pokok berita menjadi berita yang singkat, padat dan jelas. Tidak semua siswa suka menulis karena mereka merasa tidak memiliki bakat untuk menulis serta tidak tahu bagaimana dan apa yang akan ditulis. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus memulai latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
4 Data terkait rendahnya kemampuan menulis teks berita pada siswa SMP kelas VIII juga ditulis oleh Ria Satini dalam jurnal yang berjudul Hubungan Minat Baca dan Motivasi Belajar dengan Keterampilan Menulis Berita Siswa Kelas VIII SMP Negeri 24 Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata menulis berita masih rendah. Rendahnya rata-rata tersebut dikarenakan tulisan siswa belum memenuhi persyaratan teknis yang ada, kalimat yang kurang efektif, dan kesalahan ejaan serta faktor lain yang terkait kesulitan siswa dalam mengembangkan ide cerita (Satini, 2014). Data lain yang menunjukkan rendahnya kemampuan menulis siswa juga disampaikan Budi Laksono (2016) dalam artikel yang berjudul Menyedihkan, Kemampuan Membaca dan Menulis Indonesia dapat Peringkat 60 dari 61 Negara yang menyebutkan bahwa peringkat kemampuan menulis Indonesia berada diperingkat 60 dari 61 negara. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran, yaitu faktor siswa, faktor guru, serta faktor lingkungan sekolah.faktor dari siswa, yakni kurangnya minat dalam belajar bahasa Indonesia, karena mereka menganggap bahwa pembelajaran bahasa Indonesia tidak menarik dan membosankan. Peserta didik beranggapan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa yang seharihari mereka gunakan dan bosan bila harus mempelajarinya lagi di sekolah. Dengan demikian, guru harus benar-benar menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan agar kemampuan atau kompetensi dari peserta didik khususnya dalam pembelajaran menulis teks berita dapat tercapai. Faktor lain yang berasal dari siswa yakni siswa menganggap pembelajaran menulis berita itu sulit. Siswa masih kebingungan dalam menulis berita secara
5 singkat, padat, dan jelas. Hambatan mereka ada pada penggunaan kalimat efektif. Peserta didik belum mampu menggunakan kalimat secara efektif. Hal ini bisa dilihat dari hasil tulisan mereka yang terlalu bertele-tele. Selain itu, pemahaman tentang ejaan dan tanda baca siswa juga masih menjadi faktor penghambat. Peserta didik masih belum bisa menggunakan ejaan dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Hal ini dikarenakan guru kurang dalam membelajarkan materi tentang ejaan dan tanda baca. Selain faktor-faktor di atas masih ada faktor lain, yaitu adanya anggapan dari siswa bahwa hasil tulisan berita mereka tidak akan bermanfaat, karena tidak akan dimuat di surat kabar dan dibaca oleh banyak orang. Hal ini juga turut menyebabkan kurangnya minat belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus bisa memberikan motivasi belajar terhadap siswa agar tumbuh semangat dan minat untuk mengikuti pembelajaran menulis teks berita. Faktor yang berasal dari guru, misalnya penerapan model pembelajaran yang kurang tepat. Guru sering menerapkan pembelajaran konvensional dengan ceramah yang kemudian menyebabkan peserta didik pasif dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga masih berperan sebagai sumber utama dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan pengetahuan peserta didik kurang bisa berkembang. Seharusnya guru bisa menerapkan model pembelajaran yang bisa membantu peserta didik aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri, serta bisa berpikir kreatif. Dalam hal ini guru dapat melakukannya dengan pembelajaran yang inovatif yaitu dengan menerapkan salah satu pendekatan ataupun metode pembelajaran.faktor yang berasal dari fasilitas sekolah, kurangnya tempat yang disediakan oleh sekolah berkaitan dengan kegiatan menulis berita. Sekolah tidak menyediakan wadah yang bisa menunjang keterampilan
6 menulis teks berita. Hal tersebut menyebabkan siswa tidak tertarik untuk menulis berita. Kondisi di atas melatarbelakangi peneliti untukmelakukan penelitian eksperimen dengan metode Inquiry dan Problem Based Learning dalam pembelajaran menulis teks berita. Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian Perbedaan Pengaruh Penggunaan Metode InquirydenganProblem Based Learning Terhadap Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa Kelas VIII MTs Maarif NU I Purwokerto Barat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan permasalahan yang dapat diangkat adalah sebagai berikut: 1. Apakahmetode pembelajaraninquiryberpengaruh terhadap kemampuan menulis teks berita? 2. Apakahmetode Problem Based Learningberpengaruh terhadap kemampuan menulis teks berita? 3. Manakah yang lebih berpengaruh antara metode pembelajaran Inquiry dan metode pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan menulis teks berita? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, makatujuan yang ingin dicapaidari penelitian ini adalah untuk: 1. mengetahui pengaruh metode Inquiry terhadap kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII.
7 2. mengetahui pengaruh metode Problem Based Learning terhadap kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII, 3. mengidentifikasi metode mana yang lebihberpengaruh antara metode pembelajaran Inkuiri dan Problem Based Learning terhadap kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII. Apakah metode Inquiry ataukah metode Problem Based Learning. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian tentang penerapan metode pembelajaran seperti metode Inkuiry dan Problem Based Learning, tentunya akan melengkapi teori yang telah ada, khususnya teori metode Inquiry, dan Problem Based Learning, terkait dengan pembelajaran menulis teks berita di tingkat SMP/MTs. Metode yang berbedabeda dalam penerapan pembelajaran menulis teks berita tentunya akan memperkaya khazanah keilmuan yang ada sehingga terdapat alternatif-alternatif lain untuk pembelajaran ke depannya. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan teori pembelajaran terkait dengan penggunaan metode yang tepat. Penggunaan metode yang tepat dalam pemberian materi memiliki pengaruh besar terhadap hasil dari suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Pada akhirnya nanti berdasarkan teori dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh jawaban terkait, pengaruh metode Inquiryterhadap kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII MTs Maarif NU I Purwokerto Barat, pengaruh metode
8 Problem Based Learning terhadap kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII MTs Maarif NU I Purwokerto Barat, dan mengetahui metode yang paling efektif antara metode Inquiry dan metode Problem Based Learning terhadap kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII MTs Maarif NU I Purwokerto Barat. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis berkaitan dengan kontribusi yang diberikan penelitian ini antara lain sebagai berikut: a. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui metode yang paling efektifantara metode Inquiry dan metode Problem Based Learning terhadap kemampuan menulis teks berita siswa kelas VIII MTs Maarif NU I Purwokerto Barat dengan pencapaian yang sesuai harapan serta kemampuan menulis teks berita siswa dapat meningkat. b. Bagi Guru Secara umum, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai rujukan untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan menulis siswa pada saat pembelajaran menulis mata pelajaran Bahasa Indonesia. Di sisi lain guru juga dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk mengembangkan salah satu metode yang paling efektif untuk referensi dalam pembelajaran menulis teks berita sesuai dengan adiksimba.
9 c. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi kepala sekolah sebagai masukan dengan menerapkan salah satu metode yang dianggap paling efektif antara metode Inquiry dan metode Problem Based Learning terhadap kemampuan menulis teks berita pada siswa. Acuan tersebut dapat digunakan sebagai sebuah referensi dalam melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa serta sejauh mana kemampuan guru dalam mengatasi masalah di dalam kegiatan belajar siswa. Kepala Sekolah juga diharapkan mampu membantu siswa mengembangkan potensi yang dimiliki serta mampu menciptakan iklim pembelajaran di sekolah yang mampu membuat siswa menjadi dapat menulis teks berita dengan metode yang tepat dan efektif.