BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEEFEKTIFAN STRATEGI INKUIRI YURISPRUDENSIAL DENGAN MEDIA TAYANGAN BERITA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. satu kegiatan yang sangat sulit. Tidak dapat dipungkiri di negara kita ini masih

BAB I PENDAHULUAN. membaca, menulis, menyimak, berbicara. Setiap keterampilan erat sekali kaitannya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan ada juga yang saling menjatuhkan. Namun sebenarnya mereka saling belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KEEFEKTIFAN TEKNIK EXAMPLE NON EXAMPLE BERMEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NEGOSIASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

M 2015 PENERAPAN TEKNIK BBM (BERPIKIR-BERBICARA-MENULIS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ruang yang tidak hanya mengantarkan peserta didik

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fersil Viali, 2016 Penerapan Metode Copy The Master dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuat manusia terus berpikir di dalam hidupnya. Kemampuan berpikir ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di zaman yang modern ini kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. terampil berbahasa. Adapun keterampilan berbahasa itu mencakup empat

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan suatu cara membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Pembelajaran dan pendidikan merupakan sarana yang penting untuk

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STRUKTUR ANALITIK SINTETIK (SAS)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Yulia, 2014 EFEKTIVITAS TEKNIK CLUSTERING (PENGELOMPOKAN) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Sebagai salah satu indikator ketercapaian pembelajaran bahasa Indonesia, menulis memiliki pengaruh cukup besar terhadap hasil akhir proses pembelajaran berbahasa. Menulis sebagai salah satu kemampuan berbahasa yang harus dikuasai siswa memiliki fungsi dan peranan dalam mengembangkan aspek kognitif siswa yang berhubungan dengan daya kreasi, analisis, dan imajinasi. Menulis tidak hanya memiliki makna mencatat atau menyalin tulisan yang sudah ada. Menulis dalam konteks pembelajaran yang lebih tinggi mengacu kepada kemampuan siswa dalam menuangkan ide, gagasan, kata-kata, atau pun segala hal yang ingin dituangkannya ke dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan sebuah tindakan konkret siswa dalam menuangkan ide-ide yang dimilikinya ke dalam sebuah bahasa tulis. Gie (2002:3) menyatakan bahwa menulis memiliki kesamaan makna dengan mengarang, yaitu segenap kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Melalui definisi menulis di atas, pembelajaran menulis harus lebih diarahkan pada proses membuka dan mengembangkan kemapuan menulis praktis siswa daripada pengetahuan teoretis semata. Menulis adalah mengolah, menuangkan, dan menghasilkan sesuatu yang berasal dari apa yang ada dalam pikiran. Dari hasil menuangkan apa yang ada dalam pikiran itu akan tercipta suatu produk berupa tulisan. Proses penciptaan sebuah tulisan tentu saja melibatkan kecerdasan seorang penulis dalam menuangkan ide-ide yang dimilikinya. Penulis harus kritis dalam 1

memilih ide ataupun konteks tulisan yang akan dibuatnya. Penulis harus pandai menyusun ataupun mengolah ide yang dimilikinya tersebut menjadi sebuah tulisan yang bermakna dan bernilai positif. Hal ini mengindikasikan bahwa seorang penulis harus cerdas dan terbiasa berpikir kritis tentang apa yang akan dan harus ditulisnya. Proses berpikir kritis yang dilakukan penulis secara tidak langsung akan membuat tulisan yang dibuatnya menjadi lebih berkualitas. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:80) menetapkan visi pendidikan tahun 2025 adalah menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud disini adalah komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestesis dalam ranah keterampilan. Membangun manusia Indonesia yang gemar menulis berarti sekaligus membangun manusia Indonesia yang cerdas kinestesis dan berkemampuan. Secara tidak langsung, jika dihubungkan dengan kemampuan menulis, visi pendidikan di masa yang akan datang adalah terciptanya manusia Indonesia yang berkemampuan dalam menulis aktif dan produktif. Dari hasil penelitian Alwasilah (Anshori 2009:2) menunjukkan sejumlah 84% (168 juta dari 200 juta) penduduk Indonesia termasuk melek huruf, namun di Indonesia hanya terbit 12 buku untuk satu juta penduduk pertahun. Ini di bawah rata-rata negara berkembang lainnya yang mampu menerbitkan 55 buku untuk satu juta penduduknya pertahun atau di negara maju yang mencapai 513 buku untuk setiap satu juta penduduknya pertahun. Data di atas menggambarkan bahwa kemampuan menulis aktif dan produktif masih sangat rendah. Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lainnya adalah membangun manusia Indonesia yang cerdas secara intelektual. Hal ini berarti sekaligus berusaha membangun manusia Indonesia yang cerdas dan bisa kritis dalam berpikir. Mulyati (2010:85) mengungkapkan bahwa konsep berpikir kritis pada tataran ini adalah menuntut siswa secara mental untuk mengolah informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya melalui proses-proses berpikir seperti 2

berikut: mengklasifikasikan, mengkategorikan, menggabungkan, menguji, mengkonstruksi, memformulasi, memperdebatkan, menjastifikasi, dan menyimpulkan. Adapun mengapa pembelajaran berpikir kritis sangat penting untuk siswa, hal itu bertujuan untuk memperbaiki keterampilan berpikir siswa dan menyiapkannya agar berhasil menghadapi kehidupan. Dumke (Cartono, 2007:78) menyebutkan bahwa pembelajaran berpikir kritis dirancang untuk mencapai pemahaman dari hubungan bahasa yang logis, yang seharusnya menghasilkan kemampuan menganalisis, mengkritisi, dan menyarankan ide-ide untuk memberi alasan secara induktif-deduktif dan untuk mencapai kesimpulan yang faktual berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang rasional. Dengan berdasar pada hal-hal di atas, produk tulisan yang dibuat siswa seyogyanya bisa mencerminkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Tulisan yang dibuat siswa adalah sebuah tulisan yang berdasar pada kemampuan siswa dalam memahami, menganalisis, mengkritisi, dan menyarankan ide-ide yang dimilikinya secara rasional dan tepat sasaran. Dunia pendidikan di sekolah adalah dunia yang paling tepat dalam upaya membangkitkan dan membiasakan anak sedini mungkin untuk lebih peka dan melek dalam menulis. Selain itu, dunia pendidikan juga merupakan tempat anak belajar untuk berpikir mengenai segala hal yang menyangkut dia dan kehidupannya. Sebagai seseorang yang terlibat langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran, guru menjadi salah satu faktor terpenting yang bisa merangsang dan mengembangkan kemampuan menulis dan kemampuan berpikir siswa yang masih tersembunyi. Namun, adakalanya kesempatan yang baik ini tidak selalu bisa dimanfaatkan oleh guru untuk merangsang kemampuan siswa tersebut hingga bisa keluar. Abidin (2012:190) mengungkapkan setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menulis. Pertama, rendahnya peran guru dalam membina siswa agar terampil menulis. Pembelajaran menulis 3

yang seharusnya membina para siswa untuk berlatih mengemukakan gagasan masih belum secara optimal dikembangkan. Kedua, kurangnya sentuhan guru dalam hal memberikan berbagai strategi menulis yang tepat. Kebanyakan guru masih kebingungan mencari strategi yang tepat untuk mengembangkan kemampuan menulis siswa. Ketiga, penggunaan pendekatan menulis yang kurang tepat. Sampai saat ini masih banyak para guru mengajarkan menulis dengan menggunakan pendekatan pragmatis sebagai pendekatan utamanya. Ketiga hal di atas merupakan tantangan besar yang harus segera diselesaikan oleh seorang guru. Karena Jika tidak segera diperbaiki, keadaan seperti yang tersebut di atas akan terus terjadi dan kemampuan siswa tetap tidak akan pernah tergali. Terlebih lagi jika dihubungkan dengan pembelajaran menulis di sekolah menengah atas, pembelajaran menulis di tingkat sekolah menengah atas sudah lebih terfokus ke arah yang lebih formal. Dalam menulis formal, Zainurrahman (2011:5) mengungkapkan bahwa aktivitas menulis terikat oleh konteks. Sebagaimana berbicara, menulis dalam konteks formal memiliki karakteristik strukstur khusus yang tidak boleh diubah secara arbitrer. Hal ini berarti bahwa menulis formal tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Dengan berdasar pada karakteristik menulis formal yang telah diungkapkan di atas, seorang penulis formal tidak boleh secara suka-suka menggunakan kata yang tidak relevan dengan konteks tulisan yang dibuatnya. Zainurrahman mengungkapkan bahwa pemilihan kata juga merupakan isu dalam tulisan berkonteks formal. Pemilihan pendekatan, model, atau pun strategi yang tepat dan menarik pada proses pembelajaran menulis formal ini sangatlah diperlukan. Hal ini disebabkan karena aktivitas menulis formal tidak bisa dilakukan secara manasuka. Melalui pembelajaran menulis yang tepat dan sesuai, ide dan gagasan yang dimilki siswa harus lebih terarah dan memiliki konsep yang logis dan bisa dipertanggujawabkan. Hal tersebut memiliki makna bahwa peran serta guru dan 4

segala hal yang terkait dengan proses pembelajarannya tidak bisa dilakukan dengan sembarangan pula. Pemilihan pendekatan, model, atau pun strategi yang tepat dan sesuai ini akan turut berimbas pula hasil pembelajaran yang akan dicapai. Sebagai seorang guru, Wena (2010:6) mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga faktor yang harus diperhatikan guru dalam mengukur hasil pembelajaran. Tiga faktor ini meliputi: 1) keefektifan yang berhubungan dengan tingkat pencapaian yang hendak dicapai, 2) efisiensi pembelajaran yang berhubungan dengan perbandingan antara keefektifan waktu dan biaya yang dipakai oleh siswa, dan 3) daya tarik pembelajaran yang berhubungan dengan kecenderungan siswa untuk tetap dan terus belajar. Jika dihubungkan dengan orientasi hasil pembelajaran yang telah disebutkan sebelumnya, maka secara tidak langsung pemilihan pendekatan, model, ataupun strategi pembelajaran baik dalam proses pembelajaran menulis ataupun pembelajaran lain sangat diperlukan. Writing workshop atau latihan menulis merupakan salah satu model pembelajaran yang bisa menjadi salah satu alternatif pilihan model pembelajaran di dalam kelas. Melalui model pembelajaran Writing workshop ini, guru bisa berupaya untuk membiasakan dan mengarahkan siswa dalam menulis. Sebuah penelitian menulis dalam mata pelajaran bahasa Inggris yang dilakukan oleh Mulyani (2009:12) dengan menggunakan model writing workshop hasilnya meperlihatkan bahwa kemampuan menulis siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tes, kemampuan akhir menulis dalam ranah aplikasi rata-rata 6,02 atau (66,97%), tergolong lebih dari cukup. Hasil penelitian di atas adalah sebuah hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran writing workshop pada mata pelajaran bahasa Inggris. Dengan melihat hasil penelitian di atas, penulis terpacu untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan strategi membangkitkan minat siswa dalam menulis dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis khususnya yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menuangkan ide dan gagasannya 5

melalui bahasa tulis. Meskipun terdapat perbedaan antara menulis dengan menggunakan bahasa Inggris dan menulis dengan menggunakan bahasa Indoneisa, namun kegiatan menulis baik dalam bahasa Inggris ataupun dalam bahasa Indonesia tetap memiliki kesulitannya masing-masing. Oleh karena itu, sebagai upaya mencari solusi untuk meminimalisasi kesulitan siswa ketika sedang menulis, penulis mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Writing Workshop Berorientasi Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Kompleks (Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cileunyi Tahun PeAjaran 2013/2014). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis sangat terkait dengan berbagai hal. Kompetensi menulis siswa dalam faktanya tidak hanya terkait dengan bakat yang sudah dibawanya sejak lahir, tetapi banyak faktor lain yang berasal dari luar yang turut berpengaruh pada proses menjadikan siswa tersebut mampu atau tidak dalam menulis. Faktor tersebut terutama sangat terkait dengan proses pembelajaran sebagai wahana yang paling efektif dalam mengasah kompetensi siswa dalam menulis. Pembelajaran menulis yang mungkin akan sangat efektif dalam mengasah kompetensi siswa kadangkala belum bisa dioptimalkan pendayagunaannya oleh elemen-elemen yang terkait di dalamnya, khususnya peran guru yang terkait secara langsung dalam proses pembelajaran. Seorang guru bahasa yang baik idealnya harus bisa menjadi sarana siswa dalam mengembangkan kompetensi menulisnya. Permasalahan lain yang muncul dalam proses pembelajaran menulis adalah pembelajaran ini masih dianggap sebagai sesuatu yang enteng karena hanya tinggal menyuruh siswa untuk menulis apapun yang dia mau tanpa memperhatikan kebutuhan siswa agar bisa menyalurkan keterampilannya dengan cara yang lebih kreatif. Kebutuhan siswa tersebut kadangkala bisa dijembatani oleh pemilihan model dan pembelajaran yang sesuai. Namun, dalam faktanya 6

pemilihan pendekatan, strategi, ataupun model pembelajaran lebih sering terpinggirkan dan hanya sebatas wacana semata. Pembelajaran hendaknya tidak hanya mengacu kepada ketercapaian koginitif semata. Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang bisa sekaligus meraih dan membangun kebiasaan-kebiasaan positif dalam diri siswa. Adanya usaha untuk membangun dan membiasakan siswa dengan hal-hal yang posistif pada faktanya tidak menjadi sesuatu yang utama, kedudukannya hanya sebagai pendamping yang sifatnya tidak terlalu diperhatikan. Membiasakan siswa aktif menulis menjadi sebuah hal yang sangat sukar dilakukan. Ketika sebuah indikator pembelajaran sudah tercapai, maka pembelajaran pun dianggap sudah selesai. Hal ini menyebabkan pembelajaran menulis tidak berkesinambungan dan tidak memperoleh hasil yang maksimal. C. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang tergambar di atas, masalah penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah profil pembelajaran menulis di kelas XI SMA Negeri 1 Cileunyi? 2) Bagaimanakah proses pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks dengan menggunakan model writing workshop berorientasi kemampuan berpikir kritis? 3) Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks dengan menggunakan model writing workshop berorientasi kemampuan berpikir kritis? 4) Apakah terdapat perbedaan antara siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cileunyi yang terdapat di kelas kontrol dengan siswa yang terdapat di kelas eksperimen? 5) Bagaimanakah respons siswa terhadap penerapan model writing workshop berorientasi kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks? 7

D. Tujuan Penelitian Banyak tujuan yang hendak dicapai setelah proses penelitian ini selesai. Namun, tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal berikut. 1) Profil pembelajaran menulis di kelas XI SMA Negeri 1 Cileunyi; 2) Proses pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks dengan menggunakan model writing workshop berorientasi kemampuan berpikir kritis; 3) Hasil pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks dengan menggunakan model writing workshop berorientasi kemampuan berpikir kritis; 4) Perbedaan antara siswa yang berada di kelas kontrol dan eksperimen; dan 5) Respons siswa terhadap penerapan model writing workshop berorientasi kemampuan berpikir kritis. E. Manfaat Penelitian Penelitian yang akan penulis lakukan diharapkan memiliki manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber acuan/sumber kepustakaan berkenaan dengan proses pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks khususnya yang berhubungan dengan model pembelajaran writing workshop berorientasi kemampuan berpikir kritis sebagai upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam menulis teks eksplanasi kompleks dan kemampuan berpikir kritis siswa. Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat khususnya untuk pihak-pihak sebagai berikut. 1) Penulis, sebagai wahana pengembangan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman terutama berkenaan dengan pembelajaran menulis teks eksplanasi kompleks dan pembelajaran berpikir kritis siswa dengan menggunakan model writing workshop berorientasi kemampuan berpikir kritis. 8

2) Pengajar, sebagai bahan masukan bahwa dalam mengajarkan pelajaran menulis harus menggunakan model pembelajaran kreatif yang mampu mengarahkan siswa agar bisa menghasilkan sebuah produk dari hasil tulisannya sendiri. 3) Lembaga pendidikan dan instansi terkait, sebagai bahan masukan bahwa pelaksanaan pendidikan tidak harus selalu bersifat otoriter, artinya pengajar harus bisa memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dengan menggunakan berbagai model pembelajaran. F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode penelitian eksperimen. Penelitian ini dilakukan melalui pengukuran variabel penelitian dengan menggunakan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Adapun bentuk desain yang digunakan adalah desain eksperimen kuasi. Pada desain ini, perlakuan diberikan setelah sebelumnya masing masing kelas diberikan prates. Selanjutnya kelas eksperimen diberikan perlakuan khusus dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan khusus ataupun diberikan perlakuan yang berbeda. Pada tahap akhir kedua kelas ini dites kembali dan hasilnya dibandingkan. G. Stuktur Organisai Karya tulis ilmiah ini terdiri atas 5 bab. Bab I merupakan bagian pendahuluan yang menjelaskan: 1) Latar belakang penulis mengadakan penelitian, 2) identifikasi permasalahan yang akan penulis kaji, 3) rumusan masalah, 4) tujuan penelitian, 5) manfaat penelitian, 6) Metode penelitian yang berisi gambaran singkat metode penelitian yang digunakan peneliti, dan 7) struktur organisasi yang berisi penjelasan singkat keseluruhan isi laporan tiap bab. Pada bab II dijelaskan kajian teori, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Kajian teori yang dipaparkan adalah teori yang berhubungan dengan pembelajaran menulis di sekolah khususnya untuk tingkatan SMA kelas XI, teori 9

teks eksplanasi kompleks, teori model pembelajaran writing workshop, dan teori berpikir kritis. Kerangka pemikiran mengungkapkan tahapan-tahapan pemikiran penulis dalam menganalisa antarvariabel penelitian sehingga didapatkan sebuah hipotesis penelitian. Bagian terakhir pada bab ini adalah hipotesis penelitian yang berisi jawaban sementara terhadap masalah yang sudah dirumuskan penulis. Bab III berisi penjabaran mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen lainnya, diantaranya: 1) metode, desain, dan prosedur penelitian, 2) definisi operasional, 3) populasi dan sampel, 4) teknik pengumpulan data, 5) instrumen penelitian, dan 6) teknik pengolahan dan analisis data. Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasannya. Hal utama yang dipaparkan pada bab ini adalah pengolahan data secara kuantitatif atau analisis data yang sudah diperoleh peneliti dan pembahasan atau analisisnya. Bab terakhir dari karya tulis ilmiah ini adalah bab V yang berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang sudah dilakukan peneliti. Saran berisi rekomendasi penulis yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang disertai dengan saran tindak lanjut dari hasil penelitian. 10