BAB I IT ALL BEGINS Mendapatkan tugas untuk merancang bangunan di tepi sungai (riverfront architecture) dengan sebuah tema besar A River Runs Through It, membuat perancang bingung sejenak. Betapa tidak, melihat kondisi sungai di Kota Medan yang begitu tidak terawat. Sungai di Kota Medan, salah satunya Sungai Deli, hanya difungsikan sebagai saluran pembuangan akhir yang mengakibatkan sungai tersebut tampak kotor (Gambar 1.1). Berbeda dengan negara-negara lain, di mana proyek-proyek riverfront kian marak untuk direalisasikan, masyarakat di negara-negara tersebut telah sadar betapa pentingnya untuk merawat dan melestarikan kebersihan sungai. Salah satunya Jepang yang kini mampu menjaga saluran riol kota mereka sedemikian bersih, hingga ikan-ikan hias mampu hidup di sana. Selain sebagai hiasan, ikan-ikan tersebut juga berperan sebagai pendeteksi jika ada limbah yang bocor ke riol kota (Gambar 1.2). Gambar 1.1 Keadaan Sungai Deli sekarang 4
5 Gambar 1.2 Saluran riol kota di Jepang yang bersih (Sumber: www.facebook.com/kehidupandijepang) Berbicara mengenai riverfront architecture, apa sebenarnya maksud dari riverfront architecture itu sendiri? Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, secara harfiah yaitu arsitektur muka sungai. Lalu, apa bedanya dengan karya arsitektur lain pada umumnya? Seperti yang telah perancang tuturkan di atas, manusia kini mulai menyadari manfaat dari sungai yang bersih. Oleh karena itu, proyek-proyek yang di bangun pada tepi sungai tidak lagi boleh mencemari sungai, bahkan pada proyek riverfront architecture diharuskan untuk membuat sungai menjadi sebuah potensi yang mampu meningkatkan kualitas rancangan. Andai keadaan sungai di Kota Medan bisa seperti Gambar 1.2, sepertinya tidak akan susah dalam merancang proyek riverfront karena potensi keindahan sungai sudah terlihat melalui kebersihan dan kejernihan air sungai, ditambah dengan ikan-ikan hias yang hidup di sungai itu.
6 Dari tema besar tugas Perancangan Arsitektur 6, diperinci lagi menjadi beberapa tema kecil di mana kelompok perancang mendapat tema Urban Heritage Tourism dan lokasi untuk proyek perancang adalah Komplek Istana Maimun. Urban Heritage Tourism sendiri berarti pariwisata yang berkenaan dengan sejarah di dalam kota. Kota Medan memiliki banyak bangunan peninggalan bersejarah, di antaranya yaitu Istana Maimun, Masjid Raya dan Tjong A Fie Mansion. Sektor pariwisata ini sangat penting karena turisturis dari luar negeri sangat tertarik pada peninggalan bersejarah di Kota Medan. Istana Maimun selesai dibangun pada tahun 1888 yang berfungsi sebagai istana bagi Kesultanan Deli, yang pada saat itu dipimpin oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, Sinar (1991). Namun, bagaimana dengan kondisi lokasi pariwisata bersejarah tersebut kini? Kondisi Istana Maimun ketika perancang beserta kelompok mengunjunginya, ternyata dalam keadaan nyaris tidak terawat. Bagian luar hingga dalam bangunan istana tidak tertata dan dipelihara dengan baik dan benar. Apalagi kondisi perumahan keluarga sultan yang terletak di belakang istana dan dekat dengan sungai. Kondisi fisik Istana Maimun sendiri telah mengalami bebererapa perubahan karena istana juga menjadi tempat tinggal bagi Sultan dan keluarga keturunan Sultan. Tetapi, perubahan-perubahan ini mengurangi kesan megah dari Istana Maimun. Penghuni yang bertempat tinggal di dalam Istana Maimun seolah-olah hanya menganggap istana tersebut sebagai tempat tinggal mereka seperti rumah pada biasanya, bukan sebagai sebuah peninggalan bersejarah yang harus dijaga, dirawat kondisinya supaya tetap layak untuk disebut sebagai istana.
7 Gambar 1.3 Kondisi Istana Maimun yang diperlakukan seolah-olah menjadi rumah pada umumnya. Gambar 1.4 Keadaan Istana Maimun yang telah dimodifikasi Perancang membandingkan keadaan Istana Maimun dengan keadaan istana-istana di Malaysia, salah satunya Istana Maziah di Terengganu (Gambar 1.4), yang masih berdiri megah dan terkesan mewah. Memang, salah satu faktor yang membuat istana tersebut bisa tetap terawat karena Malaysia menggunakan bentuk pemerintahan monarki konstitusional, sehingga kerajaan masih merupakan elemen penting dalam negara tersebut. Hal ini mengakibatkan perawatan Istana Maziah menjadi suatu keharusan. Berbeda dengan negara kita yang menggunakan sistem pemerintahan republik yang
8 dipimpin oleh seorang presiden, sehingga kerajaan-kerajaan yang masih ada sekarang hanya sebagai "hiasan" di dalam negeri. Namun, bukankah pelestarian bangunan bersejarah penting, dalam hal ini Istana Maimun, seharusnya memang merupakan kewajiban bagi pengguna bangunan tersebut? Bukan seperti keadaan sekarang yang telah pudar sisi kemegahannya. Gambar 1.5 Istana Maziah yang masih berdiri megah dan terawat (Sumber: www.istana.terengganu.gov.my) Dari permasalahan-permasalahan di atas, diajukanlah gagasan untuk merestorasi Komplek Istana Maimun dengan tema urban heritage tourism yang bermaksud untuk meningkatkan potensi pariwisata yang ke depannya bisa mendapatkan keuntungan untuk memelihara bangunan Istana Maimun. Gagasan yang diajukan yaitu membangun apartemen dan hotel butik di dalam Komplek Istana Maimun. Gambar 1.6 Komplek perumahan di belakang Istana Maimun
9 Apartemen ini akan menjadi tempat relokasi tempat tinggal bagi penghuni di Komplek Istana Maimun sekarang (Gambar 1.6). Relokasi ini bertujuan agar bangunan Istana Maimun bisa dioptimalisasi menjadi sebuah bangunan bersejarah yang bisa dikunjungi turis. Apartemen ini juga akan dijual untuk umum sehingga bisa mengatasi defisit rumah di Kota Medan. Apartemen menjadi sebuah solusi yang lebih efektif dibanding hunian horizontal karena kurangnya lahan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan rumah tersebut. Hotel butik yang diajukan akan mendatangkan keuntungan dari turis-turis yang menginap di sana. Menurut Lucienne Anhar, tren hotel butik semakin menjamur dalam beberapa tahun terakhir. Setelah beberapa dekade ketika sektor penginapan dan perhotelan dikuasai oleh brand-brand besar seperti Hilton, Marriott, bisnis hotel butik kini mulai dilirik. Bukan hanya di Indonesia, namun begitu juga di luar negeri, terutama di negara-negara yang memiliki potensi pariwisata yang besar. Lalu, apa yang membedakan hotel butik dengan hotel pada umumnya? Hotel-hotel pada umumnya terikat pada ketentuan standarisasi yang monoton. Meskipun terletak di negara yang berbeda, namun fasilitas yang ditawarkan oleh hotel satu dengan hotel lainnya tidak berbeda jauh selain gaya arsitekturalnya. Hal ini berbeda dengan hotel butik. Hotel butik menjawab keinginan para turis yang ingin merasakan kejutan, yang positif tentunya. Para turis kini ingin melihat dan merasakan perbedaan pada tiap-tiap hotel yang mereka tempati. Di samping menawarkan servis yang nyaman dan ramah, hotel butik juga memberikan impresi yang unik kepada pengunjung hotel. Impresi tersebut bisa berupa sejarah kawasan hotel tersebut, maupun sisi sosiokultural dari penduduk sekitar. Dari penjelasan singkat di atas, hotel butik memang cocok dibangun di komplek ini karena komplek ini merupakan lokasi yang memiliki nilai sejarah.