BAB 1 : PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Di tingkat dunia, penyakit tidak menular (PTM) menjadi persoalan serius

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tinggi. Undang-Undang No.14 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) (KONSEP DASAR & RUANG LINGKUP)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR)

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional di bidang kesehatan saat ini dihadapkan pada beban ganda, di

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak -

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

LAPORAN TAHUN PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan karena dapat menyebabkan hambatan. Di dunia saat ini, jumlah penduduk lanjut usia sudah mencapai sekitar 21% dari total populasi dunia. Pada tahun 2025, diperkirakan akan mencapai jumlah sekitar 1,2 miliar jiwa. Hal tersebut memerlukan satu perhatian khusus, termasuk di negara-negara berkembang seperti Indonesia, karena dari jumlah 1,2 miliar lanjut usia tersebut, sekitar 80% hidup di negara-negara sedang berkembang. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 di Indonesia populasi lansia adalah sekitar 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari total populasi dan meningkat 3,5 kali lipat dibanding tahun 1971 (1). Keputusan menteri kesehatan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya umur harapan hidup hal tersebut dapat meningkatkan jumlah penduduk lanjut usia maka perlu adanya upaya kesehatan terhadap para lansia (2). Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan. 1

2 Tujuannya agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya (3). Berdasarakan hasil Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstrukif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). Lima penyakit ini merupakan 5 penyakit terbanyak pada lansia (3). Penyakit tidak menular telah menjadi penyebab utama kematian secara global. Penyakit tidak menular membunuh 40 juta orang setiap tahunnya setara dengan 70% kematian di seluruh dunia, 15 juta orang meninggal karena penyakit menular antara usia 30 dan 69 tahun lebih dari 80% kematian dini ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab sebagian besar kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular yaitu 17,7 juta orang setiap tahun, diikuti oleh kanker (8,8 juta), penyakit pernafasan (3,9 juta), dan diabetes (1,6 juta). Data WHO menunjukkan lebih dari tiga perempat kematian (30,7 juta) oleh penyakit tidak menular terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Berdasarkan data risiko kematian dini usia 30 tahun sampai 70 tahun untuk wilayah WHO tahun 2015, Asia Tenggara menempati urutan pertama dengan persentase 23,2 kematian oleh penyakit tidak menular dimana rata-rata risiko kematian oleh penyakit tidak menular di dunia yaitu 17,8 (4-6). Hasil Sample Registration Survey (SRS) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, menunjukkan bahwa proporsi kematian PTM di Indonesia terus meningkat (71%) dibandingkan tahun 1995 (41,7%), 2001 (49,9%), 2007 (59,9%) dan tahun 2014 empat dari 5 penyebab kematian tertinggi adalah stroke (21,1%), penyakit jantung

3 koroner (12,9%), diabetes melitus dengan komplikasi (6,7%), dan hipertensi dengan komplikasi (5,3%) (7). Berdasarkan data gambaran penyakit tidak menular pada rumah sakit menurut kelompok umur di Indonesia tahun 2010, persentase paling tinggi adalah pada kelompok umur 45-65 tahun dengan angka 35,18 dan kelompok umur 65 tahun ke atas menempati posisi ketiga dengan angka 21,1. (8). Berdasarkan data riskesdas tahun 2013 kecenderungan prevalensi penyakit tidak menular adalah DM, Hipertensi, Stroke dimana prevalensi DM menurut kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun dengan angka 5,5 dan diikuti oleh kelompok umur 65-74 tahun dengan angka 4,8; prevalensi hipertensi menurut pengukuran tertinggi pada kelempok umur 75 tahun keatas dengan angka 63,8 diikuti dengan kelompok umur 65-74 tahun dengan angka 57,6; dan prevalensi stroke menurut kelompok umur paling tinggi pada kelompok umur 75 tahun keatas dengan angka 67,0 diukuti dengan kelompok umur 65-74 tahun dengan angka 46,1. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa penyakit tidak menular paling banyak menyerang kelompok usia lansia. Berdasarkan persentase rawat jalan baru dengan penyakit tidak menular pada rumah sakit di Indonesia tahun 2010, Sumatera Barat menempati angka 65,9% dimana angka ini masih tinggi dari angka rata-rata nasional yaitu 62,23% (8). Penyakit tidak menular menempati urutan kedua penyakit terbanyak di Kota Padang dengan penyakit hipertensi ( 47.902 kasus) kemudian penyakit sendi non infeksi (22.288 kasus) dan diabetes meilitus (22.523 kasus) (9). Upaya pengendalian PTM berbasis masyarakat yang baru dikembangkan oleh pemerintah sesuai dengan rekomendasi WHO agar memusatkan penanggulangan PTM melalui tiga komponen utama, yaitu surveilans faktor risiko, promosi

4 kesehatan, dan pencegahan melalui inovasi dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan (pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular) (10). Salah satu strategi untuk mencegah faktor resiko secara dini adalah dengan pemberdayaaan dan peningkatan peran masyarakat. Masyarakat diberi fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk berperan, dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali masalah di wilayahnya, mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahannya sendiri berdasarkan prioritas dan potensi yang ada. Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui posbindu PTM (11). Posbindu PTM merupakan suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif-preventif untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan faktor risiko PTM secara terpadu. Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama yang dilakukan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko PTM adalah merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stress, hipertensi, serta menindaklanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar (10). Posbindu PTM merupakan sistem pelayanan kesehatan yang diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat mencakup upaya promotif dan preventif serta pola rujukannya. Komitmen negara dalam upaya pencegahan dan pengendalian PTM tercantum dalam Undang-undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 158 ayat 1 yang menyatakan bahwa pemerintah dan masyarakat melakukan upaya pencegahan, pengendalian dan penanganan PTM beserta akibat

5 yang ditimbulkan. Untuk itu deteksi dini faktor risiko PTM berbasis masyarakat perlu dikembangkan (12). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2017, distribusi Posbindu PTM untuk wilayah Kota Padang sebanyak 112 Posbindu yang tersebar di 23 wilayah kerja puskesmas di Kota Padang. Puskesmas Andalas merupakan puskesmas dengan jumlah posbindu terbanyak di Kota Padang yaitu sebanyak 12 posbindu namun jumlah posbindu yang banyak tidak sejalan dengan pemanfaatan Posbindu PTM yang masih 3,04% dari sasaran (Penduduk dengan usia 15 tahun ke atas). Berdasarkan data dari Puskesmas Andalas, jumlah kunjungan posbindu PTM pada Tahun 2017 sebanyak 1918 kunjungan (13). Perilaku seseorang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan menurut L. Green ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi (antara pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, karakteristik individu), faktor pemungkin (antara lain ketersediaan sarana kesehatan, jarak tempuh, hukum pemerintah, keterampilan terkait kesehatan), dan faktor penguat (antara lain keluarga, teman sebaya, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan). Diantara ketiga faktor tersebut, faktor dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan sangat penting karena sebagai penguat perilaku seseorang (14). Penelitian Nurizka tahun 2017 di Kota Makassar menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan, dukungan kader kesehatan dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu PTM. Hal ini sejalan dengan penelitian Fauzia tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Cilogok I dimana hasil penelitiannya terdapat hubungan status kesehatan, status pengobatan, pengetahuan, sikap, dukungan kader, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, dukungan teman sebaya, persepsi sakit dengan pemanfaatan Posbindu PTM (15).

6 Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (posbindu PTM) oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2018. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Faktor apa saja yang berhubungan dengan pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM) oleh Lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2018? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (posbindu PTM) oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2018. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi pemanfaatan posbindu PTM pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018 2. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018 3. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018 4. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan kader pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018 5. Mengetahui distribusi frekuensi status kesehatan pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018

7 6. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018 7. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan Posbindu PTM oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018 8. Mengetahui hubungan dukungan kader dengan pemanfaatan Posbindu PTM oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018 9. Mengetahui hubungan status kesehatan dengan pemanfaatan Posbindu PTM oleh lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2018 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan data yang didapat serta dapat dijadikan sebagi acuan ilmiah bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posbindu PTM. 2. Untuk menambah referensi dan kontribusi wawasan keilmuan dalam pengembangan ilmu Kesehatan Masyarakat 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi FKM Unand Menambah referensi kepustakaan dan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa kesehatan di Universitas Andalas terutama mahasiwa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas tentang faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posbindu PTM. 2. Bagi Puskesmas Andalas Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan pemanfaatan Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

8 3. Bagi Dinas Pendidikan Kota Padang Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan pemanfaatan Posbindu PTM di Kota Padang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Pos pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) oleh lansia. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Dimana dengan desain ini peneliti dapat mengukur variabel independen dan dependen dalam waktu bersamaan. Variabel independen terkait dengan penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, dukungan kader dan status kesehatan. Sedangkan variabel dependen penelitian ini adalah pemanfaatan Posbindu PTM. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2018 melalui pengisian kuesioner kepada sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.