PERUBAHAN BENTUK PADA BUSANA TRADISIONAL ADAT PERKAWINAN ACEH BESAR oleh: Siti Hawa 1*, Taat Kurnita Y 1, Lindawati 1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala Email: Sietie_tiecut@yahoo.com ABSTRAK Penelitian yang berjudul Perubahan Bentuk pada Busana Tradisional Adat Perkawinan Aceh Besar mengangkat masalah tentang bagaimana motif ragam hias pada baju dan celana busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar, bagaimana perubahan bentuk pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar, dan faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana motif ragam hias pada baju dan celana busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar, bagaimana perubahan bentuk pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar, dan faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Lam Alu Raya Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Subjek penelitian ini adalah Manfarisyah sebagai orang yang menjaga perlengkapan adat, Muhammad Yatim sebagai tuha pheut, Tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui tentang perubahan bentuk pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar, objek penelitian ini yaitu busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif ragam hias pada baju dan celana busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar memiliki bentuk dan nama yang berbeda-beda yaitu Bungoeng Djohang, Bungoeng Puetjok Reubong, Bungoeng Keupula, Bungoeng Mantjang, Bungoeng Seumang, Bungoenng Pueta Taloe Dua, Bungoeng Aneuk Ablek, dan Bungoeng Dada Limpeun. Perubahan bentuk pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar terlihat pada bagian warna baju pengantin yang dulunya hanya memakai warna hitam, merah, kuning sekarang sudah memakai berbagai jenis macam warna lainnya, dan juga busana yang dulunya tidak menggunakan penutup kepala/kerudung bagi wanita sekarang sudah memakainya. Faktor penyebab terjadinya perubahan bentuk pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar disebabkan karena adanya faktor kebudayaan dan juga faktor globalisasi. Kata Kunci : Bentuk, Busana Tradisional, Adat Perkawinan. 191
PENDAHULUAN Usaha pengembangan kebudayaan nasional Indonesia yang merupakan puncak kebudayaan di daerah, diperlukan terlebih dahulu memahami unsur-unsur kebudayaan daerah di seluruh Indonesia. Arti penting pemahaman unsur-unsur kebudayaan adalah untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang ingin disampaikan baik secara langsung maupun tidak dan secara sadar ataupun tidak disadari telah dijadikan kerangka acuan untuk bertindak oleh setiap warga masyarakat pendukungnya. Kebudayaan daerah tidak dapat dipisahkan dari manusia sebagai pendukung kebudayaan daerah tersebut. Budaya itu lahir dari hasil interaksi manusia dengan lingkungan sekitar yaitu tempat di mana mereka berkumpul dan bermusyawarah. Manusia dengan budayanya dapat mengubah lingkungan dari yang tidak menarik menjadi sangat menarik hingga dikagumi oleh masyarakat. Provinsi Aceh sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia ini merupakan daerah yang kaya akan kebudayaan. Sejarah telah membuktikan di masa silam sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya hingga dewasa ini Aceh tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaannya bahkan nilai-nilai budaya ini menjadi bagian dari kehidupan rakyat Aceh. Puncak kejayaan Aceh dimulai ketika kerajaan dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda yang bergelar Meukuta Alam. Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai seorang yang berbudi tinggi, adil, bijaksana, dan perkasa serta dicintai oleh rakyatnya yang hidup makmur sentosa. Adat istiadat sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, karena itu adat istiadat merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dalam membentuk watak dan kepribadian yang serasi dengan tantangan zaman, salah satunya auku Aceh. Suku Aceh sangat terkenal dengan kekayaan masyarakat bukan hanya berupa kekayaan sumber alam saja, tetapi masyarakat Aceh juga memiliki kekayaan lain seperti kekayaan adat istiadat, kebudayaan, suku dan kesenian yang tersebar di seluruh bagian daerah Aceh serta tidak terlepas dengan nilainilai islami. Busana tradisional adat perkawinan dapat mencerminkan suatu norma atau nilainilai budaya suatu etnis yang memilikinya, di dalam kebudayaan masyarakat Aceh Besar, busana merupakan unsur kebudayaan yang sangaat penting. Busana tradisional adat perkawinan merupakan salah satu warisan budaya leluhur yang sangat tinggi nilainya. Warisan budaya tersebut harus tetap dipertahankan dan dilestarikan agar tetap terjaga hingga masa yang akan datang. Busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar merupakan bagian dari aspek kebudayaan. Namun seiring dengan perkembangannya zaman bahkan belakangan ini disadari atau tidak secara perlahan dalam berbusana tradisional adat perkawinan telah mengalami pergeseran dan tata cara sehingga yang sangat tampak jelas perubahan 192
terjadi pada Kulah kama (mahkota) atau perhiasan pada bagian kepala pengantin wanita. Berikut merupakan seorang yang berprofesi sebagai tokoh adat dan penjaga perlengkapan adat perkawinan yang bernama Manfarisyah, merupakan salah satu warga masyarakat Aceh Besar yang berada di desa Lam Alu Raya. Ungkapan dari ibu Manfarisyah pada tanggal 22 Januari 2016 beliau menerangkan bahwa busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar mengalami perubahan terutama pada Kulah kama, hal ini dikarenakan masuknya budaya luar dan pandangan masyarakat terhadap keindahan saja tanpa memikirkan adat budaya aslinya. Kulah kama adalah mahkota atau seperangkat tata rias kepala mempelai wanita yang terbuat dari ukiran perak yang terdapat sepuhan emas. Gambar 1. Kulah Kama (Hiasan Kepala) Sumber: Zaida Fitriah, Januari 2001 METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di desa Lam Alu Raya Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Selama 1 minggu yaitu pada bulan 6 Februari-13 Februari 2016, subjek penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan tokoh lainnya yang mengerti tentang bentuk busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengetahui data-data yang terkait tentang perubahan bentuk pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar. Pada penelitian penulis akan melakukan observasi dengan cara ikut serta pada saat nara sumber atau orang yang diamati memperlihatkan bagaimana bentuk busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar. Teknik pengolahan data menggunakan pendekatan induktif. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif 193
dan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pelaksanaan analisis data dalam penelitian ini adalah dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Perubahan Bentuk pada Busana Tradisional Adat Perkawinan Aceh Besar 1. Bentuk Busana Tradisional Adat Perkawinan Aceh Besar Tahun 2000 Pada tahun 2000 busana perkawinan Aceh Besar yang digunakan pasangan pria dan wanita sangatlah sederhana, tetapi masih memiliki nilai keindahan. Bagi pengantin pria busana yang digunakan cenderung berwarna hitam yang diperindah dengan berbagai macam motif di sekeliilingnya, sedangkan pengantin wanita kerap menggunakan busana yang berwarna merah atau kuning sesuai dengan keinginan. Masing-masing pengantin dilengkapi dengan aksesoris yang beraneka ragam dan indah. Busana Tradisional Adat Perkawinan Aceh Besar pada Tahun 2000 (Foto: Siti Hawa, 2016) 2. Bentuk Busana Tradisional Adat Perkawinan Aceh Besar Tahun 2008 Tahun 2008 busana perkawinan Aceh Besar yang digunakan pasangan pria dan wanita sudah mulai mengalami perubahan, tetapi tidak menghilangkan unsur-unsur budaya yang diwariskan dalam berbusana adat. Bagi pengantin pria busana yang digunakan masih bernuansa hitam dan juga diperindah dengan berbagai macam motif berwarna emas di sekelilingnya, sedanngkan pengantin wanita kerap menggunakan busana yang berwarna merah atau kuning dan juga tambahan berwarna hitam sesuai dengan keinginan. Masing-masing pengantin dilengkapi dengan aksesoris yang beraneka ragam dan indah. 194
Busana Tradisional Adat Perkawinan Aceh Besar pada Tahun 2008 (Foto: Siti Hawa, 2016) 3. Bentuk Busana Tradisional Adat Perkawinan Aceh Besar Tahun 2016 Tahun 2016 busana perkawinan Aceh Besar yang digunakan pasangan penngantin pria dan wanita sudah mengalami perubahan yang signifikan, tetapi tidak menghilangkan unsur-unsur budaya yang diwariskan dalam berbusana adat. Bagi pengantin pria busana yang digunakan sudah mulai beraneka macam warna dan motif, sedangkan pengantin wanita disesuaikan warna busana dengan pengantin pria sesuai dengan keinginan pengantin yang memakainya. Masing-masing pengantin dilengkapi dengan aksesoris yang beraneka macam dan indah, pada tahun 2016 aksesoris yang dipakai pengantin wanita jauh berbeda dengan tahun 2000. Penambahan berbagai macam aksesoris menjadikan pengantin menjadi lebih mempesona. 195
Busana Tradisional Adat Perkawinan Aceh Besar pada Tahun 2016 (Foto: Siti Hawa, 2016) Pembahasan Sesuai dengan uraian di atas, dapat dipahami bahwa busana adat perkawinan Aceh Besar memiliki bentuk dan model yang berbeda-beda. Pada masyarakat Aceh sudah menjadi kebiasaan atau adat istiadat secara turun temurun, upacara perayaan perkawinan dilakukan dengan menggunakan budana tradisional adat perkawinan yang dimiliki. Namun semakin dewasa ini busana yang digunakan sudah mulai berubah, karena masuknya budaya luar dan pandangan masyarakat terhadap keindahan saja tanpa memikirkan adat budaya aslinya. Bentuk busana tradisional adat perkawinan di Desa Lam Alu Raya Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2000 masih memakai busana yang tradisional, seperti baju pengantin wanita yang identik tidak memiliki motif tetapi diperindah dengan adanya perhiasan-perhiasan yang dipakai di bagian leher dan sebagian besar menutupi bagian depan baju pengantin. Ciri khas lain pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar tahun 2000 terlihat pada bagian kepala pengantin wanita, yaitu rambut yang disasak sehingga membentuk sanggul yang indah. Dan juga penggunaan jilbab/kerudung di kepala pengantin belum begitu populer di kalangan masyarakat pada saat itu. Pada tahun 2008 pemakaian busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar mulai memiliki perubahan yaitu di bagian kepala pengantin wanita yang sudah mulai memakai penutup kepala atau kerudung, bagian baju yang dikenakan pengantin wanita juga sudah memiliki motif yang berbagai macam. Pada pengantin pria perubahan busana yang sangat terlihat yaitu di bagian motif yang terdapat pada baju. 196
Sedangkan pada tahun 2016 busana tradisional adat perkawinan sudah sangat berkembang dan moderen mengikuti perkembangannya zaman. Perubahan yang sangat terlihat yaitu pada bagian baju dan celana yang dimodifikasi menjadi berbagai macam warna dan penambahan aksesoris atau perhiasan pada bagian kepala yang sangat banyak. PENUTUP Kesimpulan Perubahan bentuk pada busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar terjadi seiring dengan berkembangnya zaman. Seriap busana dan aksesoris yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2016 mengalami perubahan yang signifikan. Diantara perubahannya terdapat pada bagian baju dan celana yang dulunya hanya memakai warna hitam, kuning, merah sekarang sudah mulai diganti dengan berbagai macam warna lainnya. Perubahan lainnya yang terlihat pada bagian Kulah kama (Hiasan kepala) pengantin wanita. Saran Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dan masyarakat khususnya daerah Aceh Besar untuk tetap melestarikan bentuk busana tradisional adat perkawinan dan diwariskan kepada generasi muda. Kepada mahasiswa/i Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik FKIP UNSYIAH dapat mengetahui bagaimana bentuk busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar sehingga dapat menjadi salah satu bahan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i SENDRATASIK terkait dengan bentuk busana tradisional adat perkawinan Aceh Besar. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Artati. 2003. Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Adat Sunda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anton. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Aprilia, Ade. 2012. Tata Rias Pengantin Aceh Tradisional dan Modifikasi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Apriyatno, Veri. 2010. Cara Mudah Menggambar Dengan Pensil (Komposisi, Still Life, Perspektif, Anatomi, Gambar suasana, Landscape). Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan: Penerbit PT Kawan Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Penerbit Rineka Cita. Aryagytha. 2013. Arti dan Makna Bentuk. Sahabat Indonesia Berubah. 197
Elly Arby, Cut I. 1990. Tata Rias dan Upacara Adat Perkawinan Aceh. Yayasan Meukuta Alam. Fadhillah. 2009. Pengelolaan Usaha Busana. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Kurdi, Muliadi. 2005. Menelusuri Karakteristik Masyarakat Desa (Pendekatan Sosiologi Budaya dalam Masyarakat Atjeh). Yayasan PeNA Banda Aceh. Maryati, Kun. 2006. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII Jilid 3. Penerbit Esis. Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Darussalam: Ghalia Indonesia. Purnomo, Eko. 2013. Seni Budaya. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Soemardjan, Soelaeman. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Syahrizal. 2004. Hukum Adat dan Hukum Islam di Indonesia. Penerbit Yayasan Nadiya. Tim Penyusun Kamus. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Widarwati, Sri. 1993. Desain Busana. Yogyakarta: EPTIK IKIP. Yunus, Ahmad. 1985. Pakaian Adat Tradisional Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya. Yunus, Helmy. 2012. Pakaian Adat Menurut Kelompok Etnis Aceh. Banda Aceh: Majelis Adat Aceh Provinsi Aceh. 198