I. PENDAHULUAN. Ilmu matematika sangat penting dalam kehidupan manusia. Bisa dikatakan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Astri Jayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB II KAJIAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. Saat ini usaha-usaha peningkatan mutu atau kualitas pendidikan terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Macam-Macam Model Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman konsep dalam matematika merupakan kemampuan dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat.

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek penting dalam menciptakan sumber daya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu matematika sangat penting dalam kehidupan manusia. Bisa dikatakan bahwa semua aspek kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari ilmu ini. Artinya bahwa matematika digunakan oleh manusia dalam segala bidang. Bahkan ilmuilmu lain juga menggunakan matematika sebagai ilmu dasar. Matematika sebagai ilmu dasar memiliki peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain sebagai alat untuk mengembangkan cara berpikir, matematika mampu menjadi alat yang secara substansial memuat pengembangan kemampuan berpikir yang berlandaskan pada kaidah-kaidah penalaran secara logis, kritis, sistematis dan akurat. Kemampuan berpikir tersebut secara umum dikenal dengan kemampuan berpikir matematis. Winataputra (2007: 12) mengatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang tidak mudah untuk dipelajari dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran matematika. Ketidaksenangan siswa pada mata pelajaran matematika mungkin disebabkan oleh sukarnya memahami konsep yang terkandung dalam matematika, sehingga dapat menimbulkan hasil belajar matematika menjadi rendah.

2 Matematika adalah salah satu ilmu yang harus dipelajari pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan rasional serta ketajaman penalaran sehingga matematika dapat digunakan secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan matematika pada pendidikan menengah adalah agar peserta didik memahami konsep matematika, mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Menurut Slavin (2005: 25) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan kecil, yaitu antara empat sampai lima orang yang mempunyai latar belakang akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Sedangkan Lie (2002: 18) mendefin isikan pembelajaran kooperatif sebagai sistem kerja kelompok yang terstruktur. Terstruktur berarti pembelajaran kooperatif tersusun dari lima unsur pokok yang membedakan dengan pembelajaran berkelompok biasa, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi interpersonal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok. Menurut Lie (2002: 33) model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sebaiknya adalah model pembelajaran yang memberikan interaksi guru dengan siswa, serta interaksi antarsiswa yang nantinya akan membentuk sinergi yang menguntungkan untuk semua anggota. Pembelajaran matematika akan mendapatkan hasil yang lebih optimal jika guru memilih model pembelajaran

3 yang tepat, yaitu pembelajaran yang mampu melibatkan semua siswa sehingga diharapkan siswa dapat lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Jadi, faktor yang paling menentukan tercapainya tujuan pembelajaran adalah pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara optimal. Berdasarkan hasil survei TIMSS (Mullis et al. 2012) diketahui bahwa dalam studi TIMSS, pengukuran terhadap ranah kognitif siswa dibagi menjadi tiga domain. Domain pertama, knowing, mencakup fakta, konsep, dan prosedur. Domain kedua yaitu applying yang berfokus pada kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep untuk memecahkan masalah. Domain ketiga, reasoning, lebih dari sekedar menemukan solusi dari masalah rutin tetapi juga mencakup situasi asing, konteks yang kompleks, dan multistep problems. Kemampuan pemahaman konsep matematis yang masih rendah juga terjadi di SMPN 7 Kotabumi, khususnya yang terjadi pada kelas VIII. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi, pembelajaran matematika yang diterapkan masih menekankan pada pentingnya meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada Ulangan harian yang diberikan guru setelah materi pembelajaran berakhir, yaitu sebesar 65,00. Dari hasil wawancara juga diperoleh fakta bahwa umumnya kemampuan siswa untuk memahami suatu konsep masih rendah. Pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 7 Kotabumi masih berupa pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran yang biasa dilakukan masih menunjukkan pembelajaran yang berpusat pada guru. Komunikasi yang terjadi

4 satu arah, siswa hanya menggunakan alat indra yaitu pendengaran dan penglihatan. Sebagai contoh sederhana sebuah lingkaran memiliki panjang jari-jari 14 cm, Hitunglah luas daerah lingkaran tersebut. Melalui pertanyaan ini, siswa diharuskan menggali seluruh ingatan dan pemahamannya mengenai lingkaran. Secara tidak langsung, pertanyaan tersebut mengharuskan siswa untuk merumuskan masalah dan merencanakan strategi penyelesaian masalah. Contoh jawaban dari siswa sebagai berikut: Siswa pertama: Contoh jawaban siswa yang salah r = 14 Jadi luas daerah lingkaran tersebut adalah 1936 cm Siswa kedua: Contoh jawaban siswa yang benar Jari-jari lingkaran (r) = 14

5 Jadi didapat luas daerah lingkaran adalah 616 cm. Berdasarkan contoh sederhana di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pertanyaan kemampuan pemahaman konsep dapat di jawab secara baik oleh siswa. Kondisi yang dijelaskan di atas disebabkan kurangnya keterlibatan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dipengaruhi peran guru yang masih sangat besar dalam proses pembelajaran. Siswa terbiasa dibimbing oleh guru untuk menemukan konsep-konsep matematika. Hasil observasi dan wawancara juga menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan hanya model pembelajaran konvensional. Akibatnya siswa menjadi jenuh dalam belajar matematika. Oleh karena itu, kebanyakan siswa tidak mampu mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal yang diberikan sekolah sebesar 75,00. Hal ini kurang sesuai dengan karakter siswa yang cukup aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Menanggapi permasalahan kurangnya kemampuan pemahaman konsep siswa di atas, perlu dilakukan perubahan model mengajar guru. Dengan dilakukannya perubahan ini, diharapkan kemampuan pemahaman konsep siswa dapat ditingkatkan. Jika siswa menguasai kemampuan pemahaman konsep dengan baik, maka siswa tidak hanya dapat dikatakan memahami konsep matematika, tetapi juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan kemampuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam banyak alternatif jawaban. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran yang

6 menuntut siswa untuk aktif dalam memahami pokok bahasan yang diajarkan. Model pembelajaran tersebut antara lain model pembelajaran Group Investigation (GI). Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam menentukan topik, mengidentifikasinya, merencanakan, dan menentukan cara untuk mempelajarinya melalui investigasi di dalam kelompok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rusdi (2014) dalam pembelajaran ini guru harus mengondisikan siswa dalam suatu keadaan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksploitasi gagasan-gagasan mereka dan berusaha menyempurnakan jawaban-jawaban dari permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu, model pembelajaran seperti model pembelajaran Group Investigation ini sangat cocok untuk membantu siswa yang terbiasa dengan model pembelajaran konvensional yang diberikan guru pada waktu sekolah masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sekarang beralih memakai kurikulum 2013. Yang dalam hal ini SMPN 7 kotabumi mempunyai siswa yang telah terbiasa melakukan tanya jawab kepada temanteman sekelas maupun kepada gurunya, siswa yang aktif dalam pembelajaran dikelas serta siswa yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan guru disekolah. Dalam pelaksanaan model kooperatif tipe GI ini, siswa-siswa bekerja secara berkelompok mengadakan penyelidikan dalam upaya memahami konsep yang mereka hadapi. Menurut Slavin (2005: 215) GI tidak akan dapat

7 diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memerhatikan dimensi rasa sosial dalam pembelajaran di kelas. Jadi, komunikasi dan interaksi kooperatif dalam kelas mempunyai peranan yang sangat penting dalam GI. Solusi lain yang dapat digunakan untuk membuat kemampuan pemahaman konsep matematis siswa meningkat adalah model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD). STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pada pembelajaran ini, siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kemampuannya, jenis kelamin dan suku. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zuma (2014) kegiatan pembelajaran diawali dengan guru menyajikan materi kemudian siswa bekerja dalam tim. Untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut, siswa diberikan kuis berdasarkan materi mingguan, kemudian dihitung poin peningkatan individu tiap kelompok yang selanjutnya kelompok yang mendapat poin peningkatan tertinggi akan diberikan penghargaan. Model pembelajaran ini memungkinkan mampu mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, belajar dari teman sendiri di dalam kelompok, melakukan diskusi kelompok kecil, produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat dan siswa belajar membuat keputusan. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk bisa mengekspresikan gagasan-gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari

8 bersama teman sekelompoknya. Model pembelajaran STAD merupakan pembelajaran sederhana yang kebanyakan digunakan oleh guru untuk melatih siswa belajar berkelompok. Kedua model ini mempunyai karakter pembelajaran yang hampir sama tetapi ada perbedaan saat siswa melakukan pembelajaran dikelas. Dengan demikian, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pun dapat menjadi lebih baik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa antara model pembelajaran GI dengan model pembelajaran STAD dapat membantu siswa mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran GI dengan model pembelajaran STAD di kelas VIII SMP Negeri 7 Kotabumi tahun pelajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika berkaitan dengan model pembelajaran GI dan

9 model pembelajaran STAD serta hubungannya dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan mutu pembelajaran matematika. b. Bagi guru dan calon guru, sebagai bahan masukan mengenai pembelajaran matematika yang melibatkan diskusi kelompok dan memberikan susasana baru dalam pembelajaran yang mendorong peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa. c. Bagi peneliti lain, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengalaman, wawasan baru dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan STAD serta sebagai referensi untuk penelitian lain yang sejenis. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar menghapal atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran yang pada dasarnya untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengekplorasi berbagai cakrawala mengenai

10 masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan menguji hipotesis. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang dimulai dengan penyajian materi secara singkat oleh guru, kemudian siswa ditempatkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen beranggota 4 sampai 5 siswa pada setiap kelompoknya untuk berdiskusi menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam berdiskusi, guru dapat memberikan bantuan secara individu bagi siswa yang membutuhkannya. Selanjutnya diadakan evaluasi (kuis) terkait materi fungsi, perhitungan nilai kuis, dan diakhiri dengan pemberian penghargaan kelompok.