BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anggaran Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17. berbunyi sebagai berikut : Ketentuan mengenai pengakuan dan


BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan yang transparan dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Hal ini dilakukan untuk terwujudnya good governance dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. suatu era transparansi dan akuntabilitas. Hal itu ditandai dengan. pemberlakuan undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagai pengguna anggaran negara, wajib untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah, termasuk

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bergulirnya era reformasi sejak tahun 1998 membawa pula angin

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan keuangan. Seiring berjalannya waktu, akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Indonesia untuk seluruh instansi pemerintah baik

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya reformasi dibidang keuangan, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. kelogisannya. Standar itu disebut standar akuntansi, di Indonesia berlaku Prinsip

BAB I PENDAHULUAN. informasi bagi para pemakainya. Keberadaan ini membuat penulis

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan

I. PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. baru dalam sektor pemerintahan. Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan

KONVERSI LKPD VERSI PP NO. 24 TAHUN 2005 MENJADI LKPD VERSI PP NO. 71 TAHUN 2010 (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan)

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi Pemerintah yang menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 akan

BAB I PENDAHULUAN. pula. Reformasi di bidang keuangan negara menjadi sarana peningkatan performa

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

Implementasi Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah ( Studi Literatur)

BAB I PENDAHULUAN. kepedulian dan kemajuan dalam mewujudkan peningkatan kualitas kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkannya, salah satunya dalam bidang keuangan pemerintahan. Dimana

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah otonomi daerah. pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

Penerapan Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya reformasi pada pemerintahan yang mengarahkan pemerintah

I. PENDAHULUAN. melalui satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir reformasi keuangan di Indonesia terus

3. Ketidaksiapan sumber daya manusia (SDM) dan sistem aplikasi untuk mendukung penerapan pelaporan keuangan berbasis akrual. 1) Sumber daya manusia 6

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian. pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa bentuk dan isi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

Tulisan Hukum UJDIH BPK RI Perwakilan Riau 1

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah wajib menyampaikan laporan keuangan sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cukup substansial dalam sistem, prosedur, dan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah melahirkan paket perundang-undangan ngan keuangan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di pusat maupun di

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan daerah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia selama beberapa dekade terakhir. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia ialah telah mencanangkan reformasi di bidang keuangan. Untuk mewujudkan reformasi dibidang keuangan, perlu adanya sistem pemerintahan yang baik (Good Govermance). Sistem pemerintahan yang baik dapat ditandai dengan adanya laporan pertanggungjawaban yang baik dan transparan atas dana masyarakat yang digunakan untuk kegiatan pemerintahan. Upaya ini mendapat momentum dengan reformasi keuangan negara berupa diterbitkannya tiga paket Undang-Undang (UU) dibidang keuangan negara yaitu UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik, perlu adanya pengelolaan dan pelaporan keuangan negara yang baik. Pengelolaan dan pelaporan keuangan negara yang baik dapat terlihat dari penerapan sistem akuntansi yang digunakan oleh Pemerintah. Salah satu hal yang harus diterapkan oleh setiap instansi Pemerintah adalah penerapan sistem akuntansi 1

2 yang berbasis akrual, baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut. Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Berdasarkan undang-undang tersebut seharusnya, pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sudah diterapkan di instansi Pemerintah pada tahun 2008. Namun kenyataannya, penerapan sistem akuntansi berbasis akrual tersebut menjadi kendala bagi pemerintah Indonesia sehingga sampai saat ini belum bisa diterapkan secara penuh dan masih menggunakan sistem akuntansi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, yaitu basis kas menuju akrual (Cash Basis Toward Accrual). Tuntutan-tuntutan masyarakat yang semakin kuat dan adanya dorongan dari lembaga-lembaga internasional, seperti Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), International Monetary Fund (IMF), dan World Bank, untuk menerapkan basis akrual kepada negara-negara di dunia menyebabkan pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memperbaiki sistem akuntansinya.

3 Hal tersebut mendorong pemerintah pada tahun 2010, melalui Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menerbitkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang ditetapkan melalui PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan menggantikan PP Nomor 24 Tahun 2005. Setelah tahun 2008, pemerintah masih harus melakukan persiapanpersiapan dan penyempurnaan-penyempurnaan sistem akuntansi sehingga terjadi penundaan implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Hal ini telah disepakati antara pemerintah dengan DPR yang dituangkan dalam UU Pertanggungjawaban APBN dan diterbitkannya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Berbasis Akrual) sebagai pengganti PP Nomor 24 Tahun 2005. 1 Reformasi pengelolaan keuangan negara masih harus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan agar amanat yang tertuang dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, yang mengharuskan keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, efektif, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, dapat semakin diwujudkan. Dengan menetapkan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual yang ditetapkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), 1 http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20197-peranpemahaman-akuntansi-dasar-dalam-pengimplementasian-sistem-akuntansi-instansi-berbasis-akrual-saiba (Diakses pada tanggal 07 Februari 2016 pukul 13.32 WIB)

4 penerapan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum. Dengan demikian, pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yang baru, yaitu SAP berbasis akrual dan harus dilaksanakan selambat-lambatnya tahun 2015. Hal ini sesuai dengan Pasal 32 UU Nomor 17 Tahun 2003 yang mengamanatkaan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP. Hal ini juga ditegaskan dalam pasal 4 ayat (1) PP Nomor 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual. SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). 2 Mulai tahun 2015, seluruh instansi pemerintah termasuk Badan Narkotika Nasional diwajibkan menggunakan basis akrual dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya. Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Dalam akuntansi akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya sehingga dengan basis akrual maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan lebih komprehensif 2 http://repository.unej.ac.id/ (Diakses pada tanggal 07 Februari 2016 pukul 13.35 WIB)

5 dibandingkan basis kas menuju akrual. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi, yaitu pengungkapan penuh (full disclosure). Pemerintah harus mampu menyajikan laporan keuangan yang mengandung informasi keuangan yang berkualitas. Pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. 3 Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumber daya tersebut. Selain itu, laporan keuangan berbasis akrual juga dimaksudkan untuk memberikan manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan. 4 Penerapan akuntansi berbasis akrual harus direncanakan seacara realistis dan praktis yang disesuaikan dengan kemampuan sumber daya dan kapasitas yang ada. Dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual diperlukan persiapanpersiapan yang matang dari segi sumber daya manusia, sumber daya 3 Amelia, Meyrisa. Analisis Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah Mengenai PSAP No.12 Laporan Operasional. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2014 4 http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/20248- penerapan-akrual-berbasis-saiba (Diakses pada tanggal 07 Februari 2016 pukul 13.43 WIB)

6 teknologi informasi, maupun dari segi peraturan sebagai dasar petunjuk teknis pelaksanaan penerapan akuntansi berbasis akrual. Terkait dengan penyiapan sumber daya teknologi informasi, telah dihasilkan sistem aplikasi, yaitu Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) yang telah dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus 2013 dan Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) yang rencananya akan dilakukan pada tahun 2014. Sampai dengan tahun 2014, sistem aplikasi SAKTI masih terdapat penyempurnaan-penyempurnaan sehingga tidak dimungkinkan dapat digunakan untuk tahun 2015, sedangkan pada tahun 2015 seluruh satuan kerja sudah diwajibkan melaksanakan sistem akuntansi dan penyusunan laporan keuangan yang berbasis akrual penuh. Sebagai gantinya, pemerintah yang dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah mengembangkan aplikasi akuntansi, yaitu Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA). Sistem ini merupakan modifikasi dari aplikasi SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa Penguasa Anggaran) yang selama ini telah familiar digunakan oleh seluruh satuan kerja yang ada sehingga para satuan kerja tidak akan mengalami kesulitan untuk mempelajari aplikasi SAIBA. Aplikasi SAIBA merupakan program aplikasi yang memodifikasi aplikasi SAKPA yang proses pengoperasiannya sama dengan aplikasi SAKPA yang meliputi perekaman dokumen baik manual maupun elektronik, posting buku besar, dan terakhir penyusunan laporan keuangan.

7 Perbedaan yang terjadi disini lebih dititikberatkan pada laporan dan penambahan menu transaksi Jurnal Penyesuaian untuk menghimpun transaksi-transaksi akrual yang di input secara manual. Perubahan juga terjadi pada laporan keuangan, seperti di aplikasi SAIBA terdapat tambahan 2 (dua) laporan, yaitu Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas sehingga aplikasi SAIBA akan menghasilkan 5 (lima) laporan, yaitu Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional dan Catatan Atas Laporan Keuangan. 5 Dengan penerapan aplikasi SAIBA mulai tahun 2015, Badan Narkotika Nasional sudah melakukan penyesuaian-penyesuaian dan pelatihan untuk menyusun laporan keuangan basis akrual. Sehingga dengan adanya SAIBA dapat membantu dalam kegiatan penyusunan laporan keuangan di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang diharapkan akan menghasilkan laporan keungan yang baik dan mempertahankan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yang diberikan oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atas laporan keuangan pemerintah pusat selama ini. Karena uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis lebih dalam tentang penerapan Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual. Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis memilih judul Analisis Penerapan Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akual (SAIBA) (studi kasus pada Laporan Operasional Badan Narkotika Nasional). 5 http://www.fadlie.web.id/aplikasi-saiba-sistem-akuntansi-instansi-berbasis-akrual.html (Diakses pada tanggal 10 Februari 2016 pukul 22.31 WIB)

8 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana penyajian laporan operasional BNN sesuai SAIBA? 2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan SAIBA? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: a. Mengetahui bagaimana penyajian laporan operasional BNN sesuai SAIBA; b. Mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan SAIBA. 2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan tentang penerapan SAIBA, bagaimana penyajian laporan operasional sesuai SAIBA, serta apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan SAIBA.

9 b. Bagi Akademisi Sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat menambah wawasan kepada akademisi mengenai penerapan SAIBA. c. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan diharapkan dapat memberikan masukkan terhadap pemerintahan yang menggunakan basis akrual dalam penyusunan laporan keuangan.