MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG HOTEL FAVE SURABAYA DENGAN SISTEM BALOK PRATEGANG

dokumen-dokumen yang mirip
Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

Gambar 4.9 Tributary area C 12 pada lantai Gambar 5.1 Grafik nilai C-T zona gempa Gambar 5.2 Pembebanan kolom tepi (beban mati)... 7

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

KAJIAN STRUKTUR BETON PRATEKAN BENTANG PANJANG DENGAN BEBAN GEMPA LATERAL PADA PROYEK GEDUNG RUMAH SAKIT JASA MEDIKA TUGAS AKHIR

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

SEMINAR TUGAS AKHIR 5 LOADING. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN ITS SURABAYA

MODIFIKASI STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG GEDUNG TECHNO PARK UPN VETERAN JAWA TIMUR MENGGUNAKAN BALOK PRESTRESS TUGAS AKHIR

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

PERENCANAAN BEAM-COLOUM JOINT DENGAN MENGGUNAKAN METODE BETON PRATEGANG PARTIAL GEDUNG PERKANTORAN BPR JATIM TUGAS AKHIR

Prinsip dasar sistem prategang sebenarnya telah diterapkan di dunia konstruksi sejak berabad-abad yang lalu. Pada tahun 1886, insinyur dari California

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb.

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SHERWALL PADA GEDUNG BANK BCA CABANG RUNGKUT SURABAYA

BAB III ANALISA PERMODELAN

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial

TUGAS AKHIR RC

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian proses analisis dan perhitungan yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tugas akhir ini berjudul Perancangan Struktur Gedung Mall dan Hotel

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

Jl. Banyumas Wonosobo

MAHASISWA ERNA WIDYASTUTI. DOSEN PEMBIMBING Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL BAHTERA SURABAYA JAWA TIMUR. Laporan Tugas Akhir

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA MAHASIWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. Oleh : CAN JULIANTO NPM. :

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR SEWAKA DHARMA MENGGUNAKAN SRPMK BERDASARKAN SNI 1726:2012 DAN SNI 2847:2013 ( METODE LRFD )

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

I. PENDAHULUAN. Beton dan bahan dasar butiran halus (cementitious) telah digunakan sejak

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

Desain Beton Prategang

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun


BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

PERENCANAAN STRUKTUR STADION MIMIKA MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH DENGAN STRUKTUR ATAP SPACE FRAME

komponen struktur yang mengalami tekanan aksial. Akan tetapi, banyak komponen

Desain Modifikasi Struktur Gedung Hotel Premier Inn Surabaya dengan Menggunakan Beton Prategang dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

Transkripsi:

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG HOTEL FAVE SURABAYA DENGAN SISTEM BALOK PRATEGANG ABSTRACT - Keyword: - Jaka Propika 1, Heri Istiono 2 Jurusan Teknik Sipil FTSP ITATS 1, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITATS 2 e-mail: jakapropika@gmail.com, tio_pelo@yahoo.com ABSTRAK Fave Hotel merupakan jenis gedung hunian terdiri dari 10 lantai yang berada pada wilayah gempa Surabaya dengan kondisi tanah lunak. Desain eksisting dari gedung ini menggunakan beton konvensional untuk struktur utamanya. Keterbatasasn lahan pakai dan kemampuan balok dalam memikul beban bentang panjang menjadi salah satu masalah digunakannya banyak kolom dalam desain konstruksi eksisting, salah satu solusi adalah dengan memodifikasi balok konvensional dengan menggunakan sistem prategang. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada Struktur balok utama dengan menggunakan balok pratekan system post-tension. Dengan modifikasi ini akan bisa dihasilkan balok bentang panjang tanpa harus diberi kolom ditengah bentang, sehingga bisa menghemat penggunaan ruang maupun volume beton. Berdasarkan hasil analisa modifikasi dengan metode perhitungan manual untuk dimensi penampang yang telah memenuhi rasio kekuatan digunakan balok prategang adalah 40/70 cm, balok induk konvesional adalah 35/60, 30/40, 25/40 cm dan untuk kolom adalah 90/90 cm. Dari hasil analisa dengan program bantu SAP gaya gempa dan join Reactions, kontrol partisipasi massa menghasilkan respons total mencapai 91,812 % untuk arah X dan 97,982 % untuk arah Y sesuai dengan total pola getar harus mencapai sekurang kurangnya 90 %. Dari segi volume beton dihitung dengan cara menjumlah berat total struktur bangunan + beban layan diperoleh sebesar 579402.06 kgm untuk struktur konvensional sedangkan struktur prategang diperoleh sebesar 425504.54 kgm. Sehingga volume beton yang digunakan dapat tereduksi lebih hemat 26.6% dari metode konvensional. Kata kunci: Balok Prategang, post-tension PENDAHULUAN Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative rendah terhadap tarik, kuat tarik beton berkisar antara 8% - 15% dari kuat tekannya. Beton tidak selamanya bekerja secara efektif didalam penampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat, hal inilah yang menyebabkan tidak dapat diciptakan srtuktur beton bertulang dengan bentang yang panjang. Terbatasnya kemampuan dalam memikul beban untuk bentang panjang pada Beton bertulang menjadi salah satu masalah dalam dunia konstruksi, salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja (tendon) yang ditarik atau biasa disebut beton pratekan. Beton pratekan adalah kombinasi beton berkekuatan tinggi dan baja mutu tinggi dengan cara aktif. Hal ini dicapai dengan menarik baja tersebut dan menahannya ke beton, sehingga membuat beton dalam keadaan tertekan. Berdasarkan kelebihan-kelebihan dari beton prategang, maka dirancang modifikasi pada gedung hotel fave Surabaya dengan menggunakan balok prategang sebagai pengganti balok induk pada struktur portal utama gedung hotel fave Surabaya. A-109

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian modifikasi gedung hotel Fave dengan balok induk pratekan ini menggunakan Sistem Rangka Ganda dengan letak bangunan berada pada wilayah gempa Surabaya kelas situs D. Material Beton yang digunakan dalam struktur prategang adalah beton yang mempunyai kuat tekan yang cukup tinggi dengan nilai f c min 24,9 Mpa, modulus elastis yang tinggi akan mengalami rangkak ultimite yang lebih kecil, yang menghasilkan kehilangan prategang yang lebih kecil pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan. Pada umumnya tinggi komponen struktur beton prategang berkisar antara 65 sampai 80 persen dari tinggi komponen struktur beton bertulang [1]. Prinsip Dasar Beton Prategang Beton pratekan dapat didefinisikan sebagai beton yang diberikan tegangan tekan internal sedemikian rupa sehingga dapat meng-eliminir tegangan tarik yang terjadi akibat beban ekternal sampai suatu batas tertentu. Ada 2 metode perencanaan beton prategang [2] yaitu : 1. Working stress method ( metode beban kerja ) Prinsip perencanaan disini ialah dengan menhitung tegangan yang terjadi akibat pembebanan ( tanpa dikalikan dengan faktor beban ) dan membandingkan dengan tegangan yang di-ijinkan. Tegangan yang di-ijinkan dikalikan dengan suatu faktor kelebihan tegangan (overstress factor) dan jika tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan yang di-ijinkan tersebut, maka struktur dinyatakan aman 2. Limit state method ( metode beban batas ) Prinsip perencanaan disini didasarkan pada batas-batas tertentu yang dapat dilampaui oleh suatu sistim struktur. Batas-batas ini ditetapkan terutama terhadap kekuatan, kemampuan layan, keawetan, ketahanan terhadap beban, api,kelelahan dan persyaratan-persyaratan khusus yang berhubungan dengan penggunaan struktur tersebut. Dalam menghitung beban rencana maka beban harus dikalikan dengan suatu faktor beban (load factor), sedangkan kapasitas bahan dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan (reduction factor). Tahap batas (limit state) adalah suatu batas tidak di-inginkan yang berhubungan dengan kemungkinan kegagalan struktur. Gaya Prategang Gaya prategang dipengaruhi momen total yang terjadi. Gaya prategang yang disalurkan harus memenuhi kontrol batas pada saat kritis. Tegangan baja tidak boleh melampaui nilai-nilai berikut [2]: Tegangan ijin akibat gaya pengangkuran tendon yang bekerja pada kabel. 0,8fpu atau 0,94fpy. Diambil yang lebih kecil, tetapi tidak lebih besar dari nilai maksimum yang diusulkan oleh pembuat kabel atau angkur. Tendon pasca tarik pada daerah angkur dan sambungan sessaat setelah penyaluran gaya prategang. 0,70fpu. Kehilangan Gaya Prategang Kehilangan gaya prategang adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon pada tahap-tahap pembebanan. Secara umum kehilangan gaya prategang dapat dijelaskan sebagai berikut [2] : A-110

1. Immediate Elastic Losses ( Kehilangan Seketika ) Ini adalah kehilangan gaya prategang langsung atau segera setelah beton diberi gaya prategang. Kehilangan gaya prategang secara langsung ini disebabkan oleh: Perpendekan Elastis Beton. Kehilangan akibat friksi atau geseran sepanjang kelengkungan dari tendon, ini terjadi pada beton prategang dengan sistem post tension. Kehilangan pada sistem angkur, antara lain akibat slip diangkur 2. Time dependent Losses ( Kehilangan Tergantung Waktu ) Ini adalah kehilangan gaya prategang akibat dari pengaruh waktu, yang mana hal ini disebabkan oleh : Rangkak ( creep ) dan Susut pada beton. Pengaruh temperatur. Relaksasi baja prategang. METODE Data Perencanaan Berikut ini adalah data data perancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : Lokasi Bangunan : Surabaya Mutu Beton Pelat : 40 Mpa Kelas Situs Tanah : D (tanah lunak). Baja Tulangan Pelat (fy) : 240 Mpa Jumlah lantai : 10 lantai Baja Tulangan ( fy ) : 390 Mpa Tinggi tiap lantai : 3,2 m Sengkang : 240 & 390 Mpa Mutu Beton Balok :25 Mpa Tendon : Kawat Strand Mutu Beton Kolom :35 Mpa (posttensiont) Ø12.70 mm Gambar 1 Denah Pembalokan eksisting Gambar 2 Denah Pembalokan pratekan A-111

Analisis Pemodelan Peraturan yang digunakan dalam analisa perencanaan (remodeling) mengacu kepada SNI 03-2847-2013 dan SNI 03-1726-2012. Adapun anlisa perhitungan menggunakan metode perhitungan manual dan validasi pemodelan menggunakan program bantu SAP 2000 V.14.2.5. Gambar 4. Permodelan Struktur Pembebanan Analisa struktur dilakukan dengan menggunakan program bantu dengan menggunakan spectrum respon gempa IBC 2006 yang typical dengan spectrum respon [3]. Dari hasil analisa struktur diperoleh periode alami fundamental gempa tertinggi sebesar T= 1,43 detik. Periode tidak boleh melebihi Cu x Ta. T= 1,01 detik < Cu x Ta= 1,4 x 1 = 1,4 detik Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut [2]: U = 1,4 D U = 1,2 D + 1,6 L U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E U = 0,9 D + 1,0 E Keterangan : D = beban mati L = beban hidup E = beban gempa HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 berikut adalah hasil perhitungan dari balok dan kolom sesudah balok utamanya dimodifikasi menjadi balok pratekan dan tabel 2 adalah perhitungan plat lantai sesudah dimodifikasi menjadi plat precest. Tabel 1 Dimensi balok dan kolom No. Nama Penampang (cm) Dimensi Penampang (cm) b h Tebal Selimut (mm) Mutu Beton (MPa) Tulangan Longitudinal Sengkang 1 Balok Induk 35/60 35 60 50 25 D19 Ø8 2 Balok Induk 30/40 30 40 50 25 D19 Ø8 -A-112-

3 Balok Induk 25/40 25 40 50 25 D19 Ø8 4 Balok Prategang 40/70 40 70 40 50 D25 Ø12 5 Balok Anak 25/50 25 50 50 25 D19 Ø8 6 Kolom 90/90 90 90 40 35 D25 Ø10 Tabel 2 Dimensi plat lantai No. Jenis Pelat Dimensi Pelat (cm) Tebal (mm) Fc (MPa) Penulangan Lx Ly Lap. X Lap. Y Tum.X Tum.Y 1 Type A (Precast) 100 264 60 40 Ø8-115 Ø8-115 - Type A (Topping) 264 700 40 40 - Ø8-195 Ø8-195 2 Type B (Precast) 100 264 70 40 Ø8-135 Ø8-135 - Type B (Topping) 264 700 50 40 - Ø8-200 Ø8-200 3 Type C (Precast) 100 264 100 40 Ø8-195 Ø8-195 - Type C (Topping) 264 700 70 40 - Ø8-150 Ø8-150 Balok Pratekan Dalam perhitungan beton prategang ini menggunakan letak tendon yang dapat diketahui dengan gambar sebagai berikut. Gambar 5 Konsep umum Balok Pratekan Sesuai dengan persyaratan beton prategang dapat direncanakan dengan menggunakan dalam 1 tendon terdapat 22 strand, dengan hasil bantuan program analisa maka didapat nilai gaya dalam beton pratekan tersebut dan didapatkan penulangan 4D25 pada daerah serat atas dan serat bawah dapat dilihat pada gambar berikut [2]: Gambar 6a. Balok Pratekan daerah tumpuan Gambar 6b. Balok Pratekan daerah lapangan -A-113-

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dimensi penampang existing balok dan kolom yang digunakan sebagai berikut : a. Balok Konvensional b. Kolom Konvensional B.1 = 40/60 cm K.1 = 40/70 cm B.2 = 30/50 cm K.2 = 60/60 cm B.3 = 30/40 cm K.3 = 55/55 cm B.4 = 25/50 cm K.4 = 50/50 cm B.5 = 25/40 cm K.5 = 40/40 cm B.6 = 20/35 cm K.6 = 30/30 cm B.7 = 20/30 cm Sedangkan hasil modifikasi Struktur Gedung Hotel Fave dengan Sistem Balok Prategang di zona gempa sedang daerah Surabaya didapat sebagai berikut: a. Balok Induk Prategang = 40/70 cm ( 1 Tendon) b. Balok Induk Konvensional = 35/60 cm = 30/40 cm = 25/40 cm c. Balok Anak Konvensional = 25/50 cm d. Kolom Konvensional = 90/90 cm 2. Hasil perhitungan Gaya gempa kontrol partisipasi massa peraturan yang dipakai sesuai dengan SNI 03-1726-2012 Pasal 7.2.1 jumlah ragam vibrasi (jumlah mode shape) yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa (Modal participating Mass Ratios) dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang kurangnya 90 % sesuai peraturan SNI 1726 2012 menghasilkan respons total mencapai 91,81294 % untuk arah X dan 97,982 % untuk arah Y. 3. Pemanfaatan beton prategang pada perancangan gedung Hotel Fave dinilai efektif dikarenakan fungsi ruangan yang tanpa penggunaan kolom. 4. Berdasarkan hasil redesain struktur Fave Hotel Surabaya perbandingan nilai Join Reactions dengan menggunakan beton prategang adalah 425504.54 kgm sedangakan beton Konvensional adalah 579402.06 kgm, sehingga dapat disimpulkan bahwa berat total struktur bangunan + beban layan yang digunakan, dapat tereduksi dengan penggunaan struktur beton prategang sehingga kebutuhan jumlah tiang pancang untuk pondasi diperkirakan akan mengalami penurunan (diperlukan jumlah total pancang yang lebih sedikit). Sehingga lebih hemat 26.6% dalam volume beton. 5. Penggunaan balok praregang dengan system tumpuan jepit-jepit antara kolom dan balok pada lantai 1 sampai 9 memberikan dampak yang tidak signifikan, hal ini dikarenakan ada pengaruh dari kekakuan kolom sehingga perlu penambahan balok konsol pada kolom untuk menumpu balok induk prategang dan menjadikan tumpuan balok kolom menjadi sendi-rol. DAFTAR PUSTAKA [1] E. G. Nawy, "Control of Cracking in Concrete Structures Official ACI Comitte" California USA, 1972 [2] Badan Standarisasi Nasional."Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013)", 2013. [3] Badan Standarisasi Nasional."Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung(SNI 03-1726-2012)", 2012. -A-114-